Siklus 1 1 Tahap Persiapan Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Tindakan a. Pelaksanaan Pra Tindakan
74 siswa peneliti berdiskusi mengenai perasaan mereka jika
bekerjasama atau tidak bekerjasama dalam cerita yang sudah diperankan maupun kehidupan nyata.
Setelah proses pemberian tindakan I selesai, peneliti membagikan naskah yang akan diperankan pada pertemuan
selanjutnya yaitu hari Selasa 20 Oktober 2015. Siswa yang belum terpilih menjadi pemeran akan dipilih pada tindakan
selanjutnya. b Pemberian Tindakan II : Menolong
Pemberian tindakan II dilaksanakan pada hari Selasa 20 Oktober
2015 dengan tema “Menolong”. Pemberian tindakan II ini bertujuan agar siswa mampu berempati terhadap
orang lain. Pemeran pada tindakan II ini berbeda dengan pemeran pada tindakan I. Anggota lain yang tidak berperan,
bertindak sebagai pengamat. Pemeran pada pertemuan ini adalah YKP, MKA dan WN.
Pertemuan kedua masih terlihat sedikit sama seperti pada pertemuan pertama, yaitu masih tegang dan malu-malu.
Namun ada peningkatan dibandingkan pertemuan pertama. Siswa sudah mulai menghafal naskah dan sudah tidak melihat
naskah lagi. Kelompok pengamat masih terlihat ada beberapa anak mengobrol dan kurang memperhatikan penampilan
temannya.
75 Selesai penampilan role playing dengan tema
menolong, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Diskusi dipimpin oleh guru BK. Peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan kepada para pemain terlebih dahulu mengenai perasaan mereka saat berperan. Diskusi pada pertemuan ini
berjalan lancar, karena terdapat beberapa perbedaan pendapat dan semua anggota mampu menyampaikan pendapatnya
mengenai penampilan yang sudah dilakukan oleh temannya. Setelah pertemuan selesai, peneliti membagikan naskah yang
akan diperankan pada pertemuan berikutnya. Anggota yang belum dipilih akan tetap menjadi pengamat.
c Pemberian Tindakan III : Toleransi Pemberian tindakan III ini dilaksanakan pada hari Rabu
21 Oktober 2015 dengan tema “Toleransi”. Kegiatan role
playing ini membutuhkan pemahaman untuk para pemainnya serta keseriusan bagi para kelompok pengamat. Karena tidak
semua kegiatan membutuhkan toleransi. Pemeran role playing berbeda dari pemain pada pertemuan sebelumnya. Siswa yang
berperan yaitu DeYA, SAJ dan RHJ. Siswa yang tidak berperan, bertindak sebagai pengamat seperti biasanya.
Kegiatan pada tindakan III ini terlihat semakin membaik, pemeran sudah terlihat siap untuk tampil. Sebelum
ditanya mengenai kesiapan, mereka sudah menawarkan diri
76 untuk maju, khususnya SAJ. Dia mulai percaya diri dan
bersemangat. Jika dilihat dari peran SAJ saat menjadi pengamat, dia terlalu banyak diam dan malu-malu.
Kelompok pengamat juga terlihat antusias. Dengan adanya tepuk tangan dan teriakan yang menandakan bahwa
pengamat memperhatikan kegiatan. Namun masih ada sesekali satu dua anak yang mengobrol sendiri. Tetapi untuk cerita
yang diperankan, semua anggota mampu memahami toleransi itu seperti apa.
Guru BK memimpin diskusi mengenai toleransi. Sebelum diskusi dimulai, seperti biasa peneliti menanyakan
perasaan pemeran setelah memerankan tokoh yang ada dicerita. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang diikuti
dengan antusias oleh kelompok pengamat. Ditandai dengan pendapat yang cukup berbeda dari satu anak dengan anak
lainnya. Kegiatan sudah dilaksanakan dengan baik, guru BK bersama dengan peneliti mengajak para siswa untuk
menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan.
d Pemberian Tindakan IV : Komitmen Pemberian tindakan IV dilaksanakan pada hari Kamis
22 Oktober 2015 dengan tema “Komitmen”. Pemberian
tindakan IV ini bertujuan agar siswa mempunyai komitmen tinggi untuk tetap berada dalam kelompok meskipun banyak
77 godaan untuk meningalkan kelompok tersebut. Pemeran pada
tindakan IV ini berbeda dengan pemeran pada tindakan sebelumnya. Anggota lain yang tidak berperan, bertindak
sebagai pengamat. Pemeran pada pertemuan ini adalah DTS, DTA dan WTA.
Pada pertemuan ini masih terlihat sedikit sama seperti pada pertemuan pertama, yaitu masih tegang dan malu-malu.
Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh kelas yang berbeda. DTS anggota OSIS dari kelas VII sedangkan dua rekannya
dalam berperan berasal dari kelas VIII. Namun perbedaan tersebut dapat diatasi dengan baik dan kelompok ini mampu
menyelesaikan role playing yang dilakukan. Selesai penampilan role playing dengan tema
komitmen, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang dipimpin guru BK. Peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan kepada para pemain terlebih dahulu mengenai perasaan mereka saat berperan. DTS benar merasa malu-malu
sebab lawan mainnya adalah kakak kelasnya. Diskusi pada pertemuan ini berjalan lancar, semua anggota mampu
menyampaikan pendapatnya mengenai penampilan yang sudah dilakukan.
78
3 Hasil Tindakan
Hasil tindakan dari keempat pertemuan dalam penelitian ini dapat dilihat dari observasi, wawancara, dan post test. Pemberian
post test dilakukan pada hari Sabtu 24 Oktober 2015. Berikut hasil post test terhadap 26 anggota OSIS setelah diberikan tindakan:
Tabel 12. Hasil Post Test I
No Subjek
Skor Persentase
Kategori
1 AF
120 83
Tinggi 2
YLP 88
61 Sedang
3 DPK
112 78
Tinggi 4
ER 126
88 Tinggi
5 MKA
117 81
Tinggi 6
TANS 110
76 Tinggi
7 DN
128 89
Tinggi 8
FP 120
83 Tinggi
9 DYA
105 73
Sedang 10
FA 109
76 Tinggi
11 SS
117 81
Tinggi 12
RMP 115
80 Tinggi
13 HP
110 76
Tinggi 14
AR 112
78 Tinggi
15 DeYA
114 79
Tinggi 16
SAJ 110
76 Tinggi
17 VS
112 78
Tinggi 18
RHJ 113
78 Tinggi
19 HA
114 79
Tinggi 20
PNE 118
82 Tinggi
21 DTS
102 71
Sedang 22
WBS 109
76 Tinggi
23 SM
110 76
Tinggi 24
DTA 106
74 Sedang
25 WTA
90 63
Sedang 26
WN 106
74 Sedang
Rata-rata 111,3
77
79 Berdasarkan hasil pada post test I, peneliti menyimpulkan
bahwa terdapat peningkatan tingkat kohesivitas kelompok setelah diberikan tindakan. Data setelah dilakukan post test dari 26
anggota OSIS diperoleh skor tertinggi adalah 128 dan skor terendah adalah 88.
Peningkatan Kohesivitas didukung oleh hasil pengamatan yang menunjukkan beberapa siswa mulai bekerjasama dan
menolong antar anggota tanpa diminta. Namun dalam aspek toleransi masih belum muncul. Beberapa siswa masih ada yang
memotong pendapat anggota lain dalam memberikan komentar saat selesai praktik role playing. Untuk aspek komitmen, siswa
sudah menunjukkan bahwa siswa ingin berada didalam kelompok. Hal tersebut ditandai dengan kehadiran dan kenyamanan yang
ditunjukkan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa siswa
yang sudah mampu mengungkapkan alasan mereka mengenai pentingnya kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun, dan
berkomitmen didalam kelompok. Tetapi masih ada siswa yang mengaku bahwa sulit untuk mengontrol diri agar tidak memotong
pendapat orang lain. Jika pendapat tersebut dirasa kurang sesuai, secara tidak sadar siswa tersebut memotong dan menyanggah
pendapat orang tersebut.
80
4 Refleksi
Refleksi dilakukan dengan melalui diskusi antara peneliti dan guru BK untuk mengetahui perkembangan dan kekurangan
mengenai tindakan yang sudah dilakukan pada siklus sebelumnya. Pada dasarnya pelaksanaan teknik role playing pada siklus I ini
sudah menunjukkan adanya peningkatan kohesivitas pada pengurus OSIS. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pre test dan post
test I, seperti pada tabel berikut:
Tabel 13. Skor Perbandingan Pre test dan Post Test I No
Nama Subjek
Pre Test Post Test I
Pening- katan
Skor Kategori Skor Kategori
1 AF
122 Tinggi
120 Tinggi
-2 -1
2 YLP
70 Rendah
88 Sedang
18 13
3 DPK
101 Sedang
112 Tinggi
11 8
4 ER
117 Tinggi
126 Tinggi
9 6
5 MKA
107 Sedang
117 Tinggi
10 7
6 TANS
117 Tinggi
110 Tinggi
-7 -5
7 DN
122 Tinggi
128 Tinggi
6 4
8 FP
108 Tinggi
120 Tinggi
12 8
9 DYA
99 Sedang
105 Sedang
6 4
10 FA 109
Tinggi 109
Tinggi 11 SS
117 Tinggi
117 Tinggi
12 RMP 112
Tinggi 115
Tinggi 3
2 13 HP
109 Tinggi
110 Tinggi
1 1
14 AR 103
Sedang 112
Tinggi 9
6 15 DeYA
107 Sedang
114 Tinggi
7 5
16 SAJ 106
Sedang 110
Tinggi 4
3 17 VS
112 Tinggi
112 Tinggi
18 RHJ 103
Sedang 113
Tinggi 10
7 19 HA
118 Tinggi
114 Tinggi
-4 -3
20 PNE 116
Tinggi 118
Tinggi 2
1
81
No Nama
Subjek Pre Test
Post Test I Pening-
katan Skor Kategori Skor Kategori
21 DTS 98
Sedang 102
Sedang 4
3 22 WBS
111 Tinggi
109 Tinggi
-2 -1
23 SM 108
Tinggi 110
Tinggi 2
1 24 DTA
99 Sedang
106 Sedang
7 5
25 WTA 71
Rendah 90
Sedang 19
13 26 WN
101 Sedang
106 Sedang
5 3
Rata-rata 106,3 74
111,3 77 5
3 Berdasarkan hasil pre test dan post test pada siklus I,
diperoleh hasil yaitu rata-rata skor pre test adalah 106,3 atau dengan persentase 74 dan skor post test I adalah 111,3 atau
dengan persentase 77. Pada siklus I sudah menunjukkan adanya
peningkatan sebesar 3 dengan peningkatan rata-rata skor 5.
Meskipun dalam pemberian post test I terdapat anggota dengan total skor menurun, namun secara keseluruhan total skor rata-rata
mengalami peningkatan yang artinya tingkat kohesivitas anggota kelompok mulai mengalami peningkatan. Hal tersebut didukung
oleh hasil observasi selama penelitian dan wawancara dengan
anggota maupun pihak terkait.
Hasil observasi juga sudah menunjukkan peningkatan. Melalui pengamatan menunjukkan beberapa siswa mulai
bekerjasama dan menolong antar anggota tanpa diminta. Namun dalam aspek toleransi masih belum muncul. Beberapa siswa masih
ada yang memotong pendapat anggota lain dalam memberikan komentar saat selesai praktik role playing. Untuk aspek komitmen,
siswa sudah menunjukkan bahwa siswa ingin berada didalam
82 kelompok. Hal tersebut ditandai dengan kehadiran dan
kenyamanan yang ditunjukkan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan.
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa siswa yang sudah
mampu mengungkapkan
alasan mereka
mengenai pentingnya kerjasama, saling menolong dalam bentuk apapun, dan
berkomitmen didalam kelompok. Tetapi masih ada siswa yang mengaku bahwa sulit untuk mengontrol diri agar tidak memotong
pendapat orang lain. Jika pendapat tersebut dirasa kurang sesuai, secara tidak sadar siswa tersebut memotong dan menyanggah
pendapat orang tersebut Meskipun pada tindakan ini sudah mengalami peningkatan,
namun masih belum sesuai terget karena masih ada sebagian anggota OSIS yang masih berada dalam kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan yang lebih baik lagi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, masih ada siswa
yang kurang mampu mengontrol diri untuk mendengarkan pendapat orang lain dulu sebelum berkomentar.
Tindakan yang dilaksanakan juga masih terdapat kekurangan seperti keterlibatan seluruh anggota OSIS yang terkadang membuat
gaduh suasana kelas, sehingga mengganggu jalannya pemberian tindakan. Kesiapan siswa dalam melakukan role playing dirasa
kurang karena waktu yang cukup mepet. Pengelolaan waktu juga
83 kurang maksimal, karena pemberian tindakan dilakukan sepulang
sekolah. Peneliti mengatasi kekurangan pada siklus I dengan
memberikan tindakan lanjutan dan melakukan perbaikan- perbaikan. Perbaikan dilakukan antara lain dengan memperbaiki
teks role playing dengan kata-kata sederhana yang mudah dipahami oleh siswa. Peneliti juga mengkondisikan kelas untuk
tetap tenang agar pemeran dapat melakukan perannya secara maksimal.
Sebelum kegiatan
berlangsung peneliti
akan menanyakan terlebih dahulu kesiapan dari para pemeran untuk
memastikan bahwa para pemeran siap dan akan menampilkan yang terbaik.
Berdasarkan hasil post test, wawancara, dan observasi yang masih belum optimal, maka peneliti bersama dengan guru BK
memutuskan untuk melakukan tindakan lanjutan yaitu siklus II sebagai upaya mengoptimalkan tindakan agar memperoleh hasil
yang optimal.