BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Restoran Sop Sumsum Langsa
Restoran Sop Sumsum Langsa adalah salah satu restoran di kota Medan yang menerapkan strategi penetapan harga, fasilitas dan kualitas pelayanan.
Restoran ini merupakan sebuah usaha dagang yang bergerak pada industri jasa yang didirikan pada tahun 2000. Konsep yang diterapkan oleh perusahaan dalam
memasarkan produknya adalah restoran yang menawarkan bermacam-macam sop. Selain itu, restoran ini juga menawarkan jenis makanan lain serta minuman yang
dapat dilihat pada daftar menu. Restoran Sop Sumsum Langsa merupakan salah satu restoran yang menghadapi ketatnya persaingan bisnis restoran pada saat ini. Di
Medan muncul rumah makan berskala kecil yang lebih berorientasi dekat dengan pelanggan. Konsep ini membuat orang merasa segan berpergian jauh untuk
memeuhi kebutuhan sehari-hari, dengan rasa yang sama dan harga yang relatif lebih murah. Saat ini cabang Restoran Sop Sumsum Langsa tersebar di Kota Medan
antara lain sekitar K.L Yos Sudarso No. 73 Medan, Setia Budi No. 11 Medan.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif Responden Penelitian
Data deskriptif merupakan gambaraan keadaan atau kondisi responden yang perlu diperhatikan sebagai informasi tambahan untuk memahami dan
mendukung hasil-hasil penelitian. Responden dalam penelitian ini seluruh pelanggan yang berkunjung pada
Restoran Sop Sumsum Langsa cabang Jalan. Kol. Yos Sudarso No. 73 Medan Glugur berjumlah 190 pelanggan. Selanjutnya seluruh responden penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
berjumlah 190 secara rinci akan dijabarkan berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, penghasilan tiap bulan dan frekuensi berkunjung pada
Restoran Sop Sumsum Langsa.
4.2.1 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Komposisi responden berdasarkan aspek jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Responden Menurut
Keterangan Frekuensi Orang
Persentase
Laki-laki 127
66,8 Perempuan
63 33,1
Jumlah 190
100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.1 diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki memiliki persentase yang dominan yaitu 66,8 atau sebanyak 127 responden dan
responden perempuan memiliki persentase 33,1 atau sebanyak 63 responden. Tingginya responden laki-laki yang berkunjung pada Restoran Sop Sumsum
Langsa menunjukkan bahwa makanan sop sumsum sapi lebih disukai oleh kaum laki-laki, ini dikarenakan makanan sop sumsum sapi mengandung zat besi yang
tinggi bagi sehingga sangat baik bagi tubuh dan vitalitas pria. Sedangkan yg kurang menyukai sop sumsum, dapat menikmati hidangan lainnya seperti sop
daging, sop buntut, sop urat, sop babat dan sop paru. Dengan adanya menu yang lainnya setiap pelanggan dapat memesan menu makanan sesuai dengan seleranya
masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Karakteristik Responden Menurut Usia
Komposisi responden berdasarkan aspek usia dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Responden Menurut Usia
Keterangan Frekuensi Orang
Persentase
Dibawah 20 Tahun 23
12,1 21 – 30 Tahun
65 34,2
31 – 40 Tahun 52
27,3 41 – 50 Tahun
40 21,1
Lebih dari 51 Tahun 10
5,2
Jumlah 190
100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.2 diketahui bahwa dari 190 responden pelanggan yang dominan adalah responden yang berusia 21 – 30 tahun sebesar 34,2. Hal ini menunjukkan
bahwa pengunjung Restoran Sop Sumsum Langsa yang menjadi responden merupakan pengunjung yang menyukai makanan sop, namun secara keseluruhan
Restoran Sop Sumsum Langsa pelanggan dapat dinikmati oleh semua kalangan umur karena sop merupakan makanan yang banyak disukai semua orang.
4.2.3 Karakteristik Responden Menurut Penghasilan Tiap Bulan
Komposisi responden berdasarkan aspek penghasilan tiap bulan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Responden Menurut Penghasilan Tiap Bulan
Keterangan Frekuensi Orang
Persentase
Rp 500.000 -
- Rp 500.000 – Rp 1.000.000
14 7,3
Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000 57
30,0 Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000
76 40,0
Rp 2.500.000 43
22,6
Jumlah 190
100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah pengunjung Restoran Sop Sum-sum Langsa yang dominan adalah responden berpendapatan antara Rp. 1.500.000 –
Rp. 2.500.000 per bulannya atau 40,0 . Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Restoran Sop Sumsum Langsa yang menjadi responden merupakan pelanggan
yang memiliki tingkat pendapatan cukup tinggi.
4.2.4 Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi Mengenai Restoran Sop Sumsum Langsa
Komposisi responden berdasarkan aspek sumber informasi mengenai Restoran Sop Sumsum Langsa dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Responden Menurut Sumber Informasi
Keterangan Frekuensi Orang
Persentase
Word of Mouth 104
54,7 Spanduk
24 12,6
Internet 37
19,4 Media cetak
25 13,1
Jumlah 190
100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.4 diketahui bahwa word of mouth menjadi sumber informasi responden yang dominan sebanyak 104 orang atau 54,7 mengetahui dan
pernah mengunjungi Restoran Sop Sumsum Langsa, dapat disimpulkan pengunjung yang datang ke Restoran Sop Sumsum Langsa memperoleh
rekomendasi dari orang-orang yang pernah berkunjung pada Restoran Sop Sumsum Langsa. Sedangkan responden lain memperoleh informasi dari
spanduk terpasang di depan restoran atau ditempat lain, sedangkan lainnya beberapa responden memperoleh informasi melalui internet dan memperoleh
informasi melalui media cetak.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Karakteristik Responden Menurut Frekuensi Berkunjung ke Restoran Sop Sumsum Langsa
Komposisi responden berdasarkan frekuensi berkunjung responden ke Restoran Sop Sumsum Langsa dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Responden Menurut Frekuensi Berkunjung
Keterangan Frekuensi Orang
Persentase
Lebih kurang 2 Kali 39
20,5 3 Kali
20 10,5
4 Kali 34
17,8 Diatas 5 Kali
97 51,0
Jumlah 190
100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.5 diketahui bahwa frekuensi berkunjung ke Restoran Sop Sumsum Langsa yang dilakukan responden yang dominan
≥ 5 Kali sebesar 51,0. Tingginya tingkat frekuensi berkunjung ke Restoran Sop Sumsum
Langsa dari responden sebagai pelanggan mengindikasikan bahwa responden merupakan kelompok pelanggan yang memiliki loyalitas cukup tinggi, sebuah
loyalitas yang tinggi dari pelanggan diakibatkan sebelumnya pelanggan merasa puas dengan produk yang diterimanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan orang yang tepat karena telah berkunjung ke Restoran Sop Sumsum
Langsa lebih dari satu kali.
4.3 Hasil Analisis Desktiptif Variabel Penelitian
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai responden penelitian ini, khususnya mengenai variabel-variabel penelitian yang
digunakan. Selanjutnya analisis menggunakan teknik analisis indeks, untuk
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang diajukan. Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah minimum 1 dan
maksimum 5, maka perhitungan indeks jawaban responden dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Nilai indeks = {F1x1 + F2x2 + F3x3 + F4x4 + F5x5190} x 100 Keterangan :
F1 adalah Frekuensi responden yang menjawab 1 F2 adalah Frekuensi responden yang menjawab 2
F3 adalah Frekuensi responden yang menjawab 3 F4 adalah Frekuensi responden yang menjawab 4
F5 adalah Frekuensi responden yang menjawab 5 Oleh karena itu angka jawaban responden tidak berangkat dari angka 0,
tetapi mulai angka 1 hingga 5 dan dengan jumlah sampel sebanyak 190 responden maka indeks terendah yang dihasilkan adalah [190x1950]x100 = 20 dan
tertinggi [190x5950]x100 = 100 dengan rentang sebesar 100 - 20 = 80. Dengan menggunakan interval lima tingkat, maka rentang sebesar 80 dibagi lima akan
menghasilkan rentang interval sebesar 16 yang akan digunakan sebagai interval interpretasi nilai indeks, yang dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
Sangat Rendah =
20,0 - 35,9 Rendah
= 36,0 - 51,9
Sedang =
52,0 - 67,9 Tinggi
= 68,0 - 83,9
Tinggi Sekali =
84,0 - 100,0
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Hasil Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Harga Adapun hasil perhitungan nilai indeks variabel harga X1 dapat dilihat
dalam Tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6.
Variabel Harga Indikator Variabel
Harga Frekuensi Jawaban Responden
Mengenai Variabel Harga Nilai
Indeks 1
2 3
4 5
Harga sesuai daya beli pelanggan X
1.1
2 25
57 42
64 74,8
Harga lebih rendah dari pesaing X
1.2
6 13
59 53
59 75,4
Harga sesuai dengan manfaat X
1.3
4 13
63 48
62 75,9
Rata-rata Indeks 75,4
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.6 diketahui hasil perhitungan nilai indeks untuk variabel harga
menunjukkan rata-rata indeks adalah 143,2, sehingga dapat disimpulkan bahwa
harga dipersepsikan tinggi oleh responden. Dari ketiga indikator yang digunakan untuk mengukur harga diketahui bahwa indikator harga sesuai dengan manfaat
X
1.3
memiliki nilai indeks tertinggi, ini menunjukkan adanya kesesuaian dari harga menu makanan Restoran Sop Sumsum Langsa dengan manfaat yang
diperoleh pelanggan. Indikator harga lebih rendah dari pesaing X
1.2
memiliki nilai indeks tertinggi kedua, ini menunjukkan bahwa harga menu makanan seperti
sop daging yang beredar di Kota Medan memiliki harga yang bervariasi sehingga pelanggan dapat memilih alternatif produk yang akan dikonsumsinya. Sedangkan
indikator harga sesuai daya beli pelanggan X
1.1
memiliki nilai indeks terendah, ini menunjukkan responden memiliki kemampuan untuk membeli atau
mengkonsumsi sop sumsum langsa meski terjadi kenaikan harga produk.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Hasil Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Kualitas Pelayanan
Adapun hasil perhitungan nilai indeks variabel kualitas pelayanan dapat dilihat dalam Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7. Variabel Kualitas Pelayanan
Indikator Variabel Kualitas Pelayanan
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kualitas
Pelayanan Nilai
Indeks 1
2 3
4 5
Kemampuan yang profesional X
2.1
5 21
47 57
66 78,53
Perilaku karyawan X
2.2
7 20
44 52
67 76,00
Akses yang mudah jam operasional X
2.3
2 25
43 47
73 77,26
Kepercayaan X
2.4
6 15
56 50
63 75,68
Reputasi X
2.5
1 16
45 52
76 79,58
Rata-rata Indeks 77,61
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.7 diketahui hasil perhitungan indeks bahwa untuk variabel kualitas
pelayanan adalah 77,61, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
dipersepsikan tinggi oleh responden. Dari kelima indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan diketahui bahwa indikator reputasi X
2.5
memiliki indeks tertinggi, ini menunjukkan Restoran Sop Sumsum Langsa mempunyai
reputasi yang baik di mata para pelanggannya untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Indikator kemampuan yang profesional X
2.1
memiliki nilai indeks tertinggi kedua, ini menunjukkan untuk menilai suatu kualitas
pelayanan yang baik dengan melihat kemampuan para karyawan tersebut dalam melayani pelanggan. Indikator akses yang mudah jam operasional X
2.3
memiliki nilai indeks tertinggi ketiga, ini mengindikasikan bahwa Restoran Sop Sumsum Langsa memberikan kemudahan bagi pelanggannya untuk menikmati
produk mereka dengan membuat jam operasional yang panjang. Indikator perilaku
Universitas Sumatera Utara
karyawan X
2.2
memiliki nilai indeks tertinggi keempat. Indikator kepercayaan dalam hal pelayanan X
2.4
4.3.3 Hasil Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Kepuasan Pelanggan
memiliki nilai indeks yang terendah, dimana hal ini mengindikasikan bahwa pelayanan di Restoran Sop Sumsum Langsa belum
sepenuhnya memenuhi harapan pelanggan.
Adapun hasil perhitungan nilai indeks variabel kepuasan pelanggan dapat
dilihat dalam Tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.8.
Variabel Kepuasan Pelanggan
Indikator Variabel Kepuasan Pelanggan
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kepuasan
Pelanggan Nilai
Indeks 1
2 3
4 5
Pelayanan sesuai harapan Y
1.1
4 8
42 61
75 80,53
Kemudahan pemesanan Y
1.2
6 14
40 63
67 78,00
Penanganan keluhan Y
1.3
2 25
52 46
65 75,47
Overall satisfaction Y
1.4
2 23
50 39
76 77,26
Rata-rata Indeks 77,81
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.8 diketahui hasil perhitungan indeks bahwa untuk variabel kepuasan pelanggan adalah 77,81. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan
dipersepsikan tinggi oleh responden. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan diketahui bahwa indikator pelayanan sesuai harapan Y
1.1
memiliki nilai indeks tertinggi, ini menunjukkan bahwa responden pelayanan jasa perusahaan dianggap baik dan memuaskan jika jasa perusahaan yang diterima
melampaui harapan pelanggan, jika jasa perusahaan yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan maka kualitas pelayanan jasa perusahaan dipersepsikan
buruk, dan jika kinerja perusahaan sama dengan harapan pelanggan pelayanan tersebut baik dan memuaskan. Kemudahan pemesanan Y
1.2
memiliki nilai
Universitas Sumatera Utara
indeks tertinggi kedua, ini mengindikasikan bahwa umumnya dalam industri jasa harapan pelanggan merupakan perkiraankeyakinan pelanggan tentang apa yang
akan diterimanya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak lama. Indikator overall satisfaction Y
1.4
memiliki nilai indeks tertinggi ketiga mengarahkan bahwa secara keseluruhan pelanggan puas dengan pelayanan yang diterima. Indikator
penanganan keluhan Y
1.3
4.3.4 Hasil Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Loyalitas Pelanggan
memiliki nilai indeks terendah mengindikasikan bahwa kelemahan sebuah industri jasa secara umum adalah keterlambatan dalam
penanganan keluhan karena ketika keluhan atau complain dari pelanggan terjadi, biasanya proses pengambilan keputusan harus diputuskan oleh manajemen
perusahaan sehingga menyebabkan respon atau tindakan dalam mengatasi masalah tersebut tertunda tanpa waktu yang jelas.
Adapun hasil perhitungan nilai indeks variabel loyalitas pelanggan dapat dilihat dalam Tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9. Variabel Loyalitas Pelanggan
Indikator Variabel Loyalitas Pelanggan
Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Loyalitas
Pelanggan Nilai
Indeks 1
2 3
4 5
Bersedia membeli kembali Y
2.1
11 10
51 62
56 74,95
Bersedia merekomendasikan Y
2.2
4 18
39 57
72 78,42
Tidak berpindah ke tempat lain Y
2.3
1 31
35 48
75 77,37
Rata-rata Indeks 76,91
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.9 diketahui hasil perhitungan indeks bahwa untuk variabel loyalitas pelanggan adalah 76,91 sehingga dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan
dipersepsikan tinggi oleh responden. Dari ketiga indikator yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengukur loyalitas pelanggan diketahui bahwa indikator bersedia merekomendasikan Y
2.2
memiliki indeks tertinggi, ini menunjukkan bahwa menyangkut sumber informasi yang diterima responden mengenai keberadaan
Restoran Sop Sum-sum Langsa berasal dari rekomendasi orang yang pernah berkunjung. Sedangkan indikator tidak berpindah ke tempat lain Y
2.3
dan bersedia membeli kembali Y
2.1
Tabel 4.10.
memiliki nilai indeks terendah menurut responden, secara keseluruhan loyalitas pelanggan didasarkan pada sikap, artinya
loyalitas pelanggan terbangun dan tercipta karena responden dalam memilih produk menggunakan rasionalnya sebelum memutuskan pilihan produk yang diterimanya
menyangkut kualitas produk, manfaat, dan kesesuaian produk tersebut.
Sample Covariances – Estimates
X11 X12
X13 X21
X22 X23
X24 X25
Y11 Y12
Y13 Y14
Y21 Y22
Y23 X11
1.191 X12
0.372 1.125
X13 0.289
0.389 1.079
X21 0.254
0.122 0.301
1.234 X22
0.296 0.254
0.317 0.213
1.297 X23
0.180 0.247
0.340 0.262
0.252 1.213
X24 0.081
0.029 0.287
0.267 0.152
0.328 1.180
X25 0.189
0.179 0.390
0.369 0.264
0.323 0.422
1.021 Y11
0.133 0.043
0.079 0.205
0.184 0.156
0.227 0.153
0.973 Y12
0.222 0.087
0.306 0.348
0.343 0.165
0.242 0.287
0.345 1.132
Y13 0.073
0.121 0.185
0.134 0.365
0.316 0.267
0.279 0.306
0.467 1.186
Y14 0.159
0.037 0.135
0.199 0.146
0.092 0.186
0.144 0.283
0.418 0.364
1.223 Y21
-0.028 0.015
0.196 0.244
0.197 0.250
0.235 0.195
0.180 0.238
0.306 0.239
1.231 Y22
0.148 0.208
0.289 0.374
0.158 0.263
0.241 0.425
0.197 0.345
0.256 0.273
0.306 1.146
Y23 0.019
0.264 0.173
0.247 0.137
0.150 0.061
0.124 0.061
0.097 0.154
-0.007 0.414
0.263 1.262
Sumber: Hasil Penelitian, 2013
4.4 Hasil Analisis Data SEM
Proses analisis data dan pengujian model penelitian dengan menggunakan Structural Equation Model akan mengikuti 7 langkah Ferdinand, 2006. Tujuh
langkah proses analisis SEM tersebut telah dijelaskan pada Bab III sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Proses atau tahapan analisis ini akan dimulai pada langkah keempat, karena langkah pertama sampai langkah ketiga telah dijelaskan di Bab III.
4.4.1 Memilih Matriks Input dan Teknik Estimasi
Dari hasil olah data yang telah dilakukan, matriks kovarians data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.10
Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood estimation method dari program AMOS. Estimasi dilakukan secara bertahap yakni:
1. Estimasi measurement model dengan teknik confirmatory factor analysis yang digunakan untuk menguji unidimensionalitas dari konstruk-konstruk
eksogen dan endogen, 2. Estimasi structural equation model melalui analisis Full Model untuk melihat
kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang dibangun dalam model.
4.4.1.1. Analisis Faktor Konfirmatori Model Pengukuran
Menurut Ferdinand 2002 dalam Kusnendi 2008, tujuan utama analisis faktor konfirmatori adalah mengkonfirmasikan atau menguji model, yaitu model
pengukuran yang perumusannya berakar pada teori. Model pengukuran untuk analisis faktor konfirmatori yaitu pengukuran
terhadap dimensi–dimensi yang membentuk variabel latenkonstruk laten dalam model penelitian ini yaitu harga, kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan
loyalitas pelanggan. Unidimensionalitas dari dimensi-dimensi ini diuji melalui analisis faktor konfirmatori seperti terlihat pada Gambar 4.1 :
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Gambar 4.1. Analisis Faktor Konfirmatori Model Pengukuran
Terdapat serangkaian pengujian yang dapat dilakukan berkaitan dengan confirmatory factor analysis CFA. Diantaranya menurut Ghozali 2011 adalah
yaitu 1 uji Goodness of Fit model; 2 uji validitas konstruk; 3 uji kesalahan spesifikasi model dan 4 modifikation index.
4.4.1.1.1. Uji Kesesuaian Model – Goodness of Fit Test
Uji Goodness of fit terhadap model pengukuran dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Pertama untuk menguji sejauhmana model sama fit dengan data
empirisnya. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan kriteria Chi-square,
RMSEA, CMINDFGFI, AGFI, CFI dan TLI dengan dengan cut of value tertentu
yang telah diterangkan di Bab III. Hasil uji goodness of fit pada analisis faktor konfirmatori model pengukuran disajikan dalam tabel 4.11.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Hasil Uji
Goodness of Fit Faktor Konfirmatori Model Pengukuran
Kriteria Cut Of Value
Hasil Evaluasi
Chi-Square, df =84; α = 0,05
≤ 106,4 98,888
Model Fit Probabilitas
≥ 0,05 0,128
Model Fit RMSEA
≤ 0,08 0,031
Model Fit CMINDF
≤ 2,00 1,177
Model Fit GFI
≥ 0,90 0,935
Model Fit AGFI
≥ 0,90 0,907
Model Fit CFI
≥ 0,95 0,963
Model Fit TLI
≥ 0,95 0,954
Model Fit
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Dari Tabel 4.11 diperoleh nilai chi-square = 98,88 dengan df = 84 dan probabilitas = 0,128. Hasil chi-square ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang
menyatakan bahwa model sama dengan data empiris tidak dapat ditolak yang berarti model adalah fit dengan data. Hal didukung oleh ukuran model fit lainnya
yaitu RMSEA, CMINDF, GFI, AGFI, CFI dan TLI yang keseluruhannya memenuhi kriteria bahwa model pengukuran adalah fit dengan data.
4.4.1.1.2. Uji Validitas dan Unidimensionalitas Konstruk Laten 4.4.1.1.2.1. Uji signifikansi
Loading Factor
Sebelum melakukan uji validitas dan unidimensionalitas maka syarat yang harus dipenuhi adalah nilai loading factor masing-masing indikator harus
signifikan Ghozali, 2011. Untuk itu masing-masing indikator-indikator secara statistik diuji dengan menggunakan uji-t yang dalam analisis SEM identik dengan
nilai Critical RatioCR. Nilai loading factor dikatakan signifikan bila masing- masing indikator memiliki nilai CR 2.0 dan tingkat signifikansi 0,05.
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.12, hasil regresi dari variabel indikator ke variabel laten semuanya mempunyai CR 2 dan signifikan secara
statistik pada α = 0,01 bintang tiga pada kolom P. Dengan demikian semua nilai loading factor masing-
masing indikator signifikan secara statistik pada α = 0,01.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Regression Weights: Model Pengukuran Gambar 4.1
Standardize d Estimate
λ Estimate
S.E. C.R.
P X1.1 ---
Harga_X1 0.414
1.000 X1.2 ---
Harga_X1 0.482
1.133 0.285
3.969 X1.3 ---
Harga_X1 0.733
1.686 0.443
3.805 X2.1 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.502
0.871 0.161
5.427 X2.2 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.416
0.741 0.167
4.445 X2.3 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.481
0.828 0.159
5.208 X2.4 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.471
0.799 0.151
5.308 X2.5 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.633
1.000 Y1.1 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.480
0.868 0.195
4.451 Y1.2 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.690
1.345 0.256
5.247 Y1.3 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.605
1.207 0.243
4.967 Y1.4 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.493
1.000 Y2.1 ---
Loyalitas_Pelanggan_Y2 0.488
1.310 0.360
3.636 Y2.2 ---
Loyalitas_Pelanggan_Y2 0.634
1.640 0.463
3.543 Y2.3 ---
Loyalitas_Pelanggan_Y2 0.368
1.000
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Sedangkan unidimensionalitas adalah sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabilitas dari model yang menunjukkan bahwa dalam sebuah
model satu dimensi, indikator-indikator yang digunakan memiliki derajat kesesuaian yang baik Ferdinand, 2000
4.4.1.1.2.2. Uji Validitas Konstruk
Uji valididas konstruk dimaksudkan mengukur seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya. Jadi validitas konstruk
memberikan kepercayaan bahwa ukuran indikator yang diambil dari sampel menggambarkan skor sesungguhnya di dalam populasi Ghozali, 2011.
Untuk menguji validitas konstruk dalam penelitian ini menggunakan nilai convergent validity atau nilai loading factor dari masing-masing indikator
yang dibandingkan dengan kriteria nilai tertentu. Ghozali 2011 menyatakan bahwa beberapa peneliti menggunakan kriteria convergent validity 0,7 yang
Universitas Sumatera Utara
dianggap memiliki validitas baik untuk penelitian yang sudah mapan. Sedangkan convergent validity 0,50 - 0,60 masih dapat diterima untuk penelitian awal.
Sementara itu Ferdinand 2005 dalam Wijayanti, 2008 menyatakan bahwa nilai lambda loading factor yang dipersyaratkan adalah harus mencapai
≥ 0,40, bila nilai lambda lebih rendah dari 0,40 dipandang indikator tersebut tidak berdimensi
sama dengan indikator lainnya untuk menjelaskan sebuah variabel laten. Dari Tabel 4.12 dengan menggunakan kriteria yang direkomendasikan oleh
Ferdinand 2005 maka terdapat satu indikator atau variabel manifest yang mempunyai nilai convergent validity atau nilai loading factor lebih kecil dari 0,4 yaitu indikator
Y
2.3
dengan loading factor sebesar 0,368. Dengan demikian maka indikator Y
2.3
akan dikeluarkan dari variabel laten atau konstruk loyalitas pelanggan Y
2
4.4.1.1.2.3. Uji Unidimensionalitas Konstruk
.
Sedangkan unidimensionalitas adalah sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabilitas dari model yang menunjukkan bahwa dalam sebuah
model satu dimensi, indikator-indikator yang digunakan memiliki derajat kesesuaian yang baik Ferdinand, 2000. Formula Contruct Reliability CR :
∑
+
∑
∑ =
= =
= n
1 i
i 2
n 1
i i
2 n
1 i
i
δ λ
λ CR
dimana: λ
i
δ = loading factor indikator ke i
i
= 1 - λ
i 2
= kesalahan pengukuran measurement error indikator ke i
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Uji
Construct Reliability Keterangan
Loading Factor
λ
i
Loading Factor
2
λ
i 2
Error 1- λ
i 2
Construct Reliability
Harga X
0,414
1.1
0,171 0,829
X 0,482
1.2
0,232 0,768
X 0,733
1.3
0,537 0,463
Jumlah Σ
1,629 0,941
2,059 0,563
Kualitas Pelayanan X
0,502
2.1
0,252 0,748
X 0,416
2.2
0,173 0,827
X 0,481
2.3
0,231 0,769
X 0,471
2.4
0,222 0,778
X 0,633
2.5
0,401 0,599
Jumlah Σ
2,503 1,279
3,721 0,627
Kepuasan Pelanggan Y
0,480
1.1
0,230 0,770
Y 0,690
1.2
0,476 0,524
Y 0,605
1.3
0,366 0,634
Y 0,493
1.
0,243 0,757
Jumlah Σ
2,268 1,316
2,684 0,657
Loyalitas Pelanggan Y
0,488
2.1
0,238 0,762
Y 0,634
2.2
0,402 0,598
Y 0,368
2.3
0,135 0,865
Jumlah Σ
1,490 0,776
2,224 0,500
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Menurut Ghozali 2011, contruct reliability 0,70 atau lebih menunjukkan reabilitas yang baik sedangkan contruct reliability 0,60 - 0,70 masih
dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik. Hasil perhitungan contruct reliability dari masing-masing kostruk dapat dilihat pada
Tabel 4.13 reliabilitas konstruk kualitas pelayanan dan konstruk kepuasan pelanggan masuk dalam kategori dapat diterima karena memiliki nilai contruct
reliability antara 0,60-0,70. Konstruk harga dan konstruk loyalitas pelanggan masuk kategori kurang baik karena nilai contruct reliability kurang dari 0,60.
Namun menurut hemat peneliti, interval contruct reliability yang
Universitas Sumatera Utara
dikemukakan oleh Ghozali berkaitan dengan nilai loading factor yang lebih dari 0,70 untuk kategori baik dan antara 0,60 - 0,70 untuk kategori dapat diterima.
Karena penelitian ini menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Ferdinand 2005 yaitu disyaratkan nilai loading factor
≥ 0.40 maka nilai contruct reliability konstruk harga dan konstruk loyalitas pelanggan
≥ 0,50 dapat dikategorikan memiliki nilai reliabilitas yang dapat diterima.
4.4.1.2. Analisis Faktor Konfirmatori Model Pengukuran Setelah Revisi
Berdasarkan hasil analisis faktor konfirmatori terhadap model pengukuran maka model pengukuran perlu direvisi dengan mengeluarkan variabel
manifest Y2.3 dan kemudian dilakukan analisis faktor konfirmatori kembali terhadap model pengukuran yang telah direvisi, hasilnya dapat dilihat pada
Gambar 4.2. Selanjutnya dilakukan kembali uji Goodness of Fit model dan uji signifikansi bobot faktor Loading Factor sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Gambar 4.2. Analisis Faktor Konfirmatori Model Pengukuran Sesudah Revisi
Tabel 4.14. Hasil Uji Goodness of Fit Analisis Faktor Konfirmatori
Model Pengukuran Sesudah dan Sebelum Revisi
Kriteria Cut Of Value
Sesudah Revisi Hasil
Sesudah Revisi
Hasil Sebelum
Revisi Evaluasi
Chi-Square df =71;
α = 0,05
≤ 91,7 73,741
98,888 Model Fit
Probabilitas
≥ 0,05 0,389
0,128 Model Fit
RMSEA ≤ 0,08
0,014 0,031
Model Fit CMINDF
≤ 2,00 1,039
1,177 Model Fit
GFI ≥ 0,90
0,947 0,935
Model Fit AGFI
≥ 0,90 0,921
0,907 Model Fit
CFI ≥ 0,95
0,993 0,963
Model Fit TLI
≥ 0,95 0,991
0,954 Model Fit
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Universitas Sumatera Utara
4.4.1.2.1. Uji Kesesuaian Model Pengukuran Sesudah Revisi
Dari Tabel 4.14, untuk model pengukuran sesudah revisi diperoleh nilai chi-square = 73,741 dengan df = 71 dan probabilitas = 0,389. Hasil chi-square ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa model sama dengan data empiris tidak dapat ditolak yang berarti model pengukuran sesudah revisi
adalah fit dengan data. Hasil uji goodness of fit model pengukuran revisi sesudah revisi lebih baik dibandingkan dengan model pengukuran sebelum revisi yang
ditunjukkan dengan nilai chi-square yang lebih kecil dan nilai probabilitas yang lebih besar . Hal ini juga didukung oleh ukuran model fit lainnya yaitu RMSEA,
CMINDF, GFI, AGFI, CFI dan TLI yang keseluruhannya lebih baik dari dari model pengukuran sebelum revisi.
4.4.1.2.2. Uji Signifikansi Loading Factor
Dari Tabel 4.15, hasil regresi dari variabel indikator ke variabel laten pada model pengukuran sesudah direvisi semuanya signifikan secara statistik pada
α = 0,01 bintang tiga pada tabel. Dengan demikian semua variabel manifest indikator pada model pengukuran sesudah revisi dapat menjelaskan masing-
masing konstruk atau variabel latennya. Selanjutnya dari Tabel 4.15 dengan menggunakan kriteria yang
direkomendasikan oleh Ferdinand 2005 maka tidak terdapat indikator atau variabel manifest yang mempunyai nilai convergent validity atau nilai loading
factor lebih kecil dari 0,4. Dengan demikian seluruh variabel manifest yang membentuk konstruk harga, kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan loyalitas
pelanggan yang terdapat pada model pengukuran setelah revisi layak untuk dipergunakan dalam full model persamaan struktural.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Regression Weights: Model Pengukuran Setelah Revisi
Standardized Estimate
Estimate S.E.
C.R. P
X1.1 ---
Harga_X1 0.416
1.000 X1.2
--- Harga_X1
0.479 1.119
0.282 3.965
X1.3 ---
Harga_X1 0.734
1.681 0.445
3.776 X2.1
--- Kualitas_Pelayanan_X2
0.498 0.854
0.157 5.441
X2.2 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.410
0.721 0.163
4.421 X2.3
--- Kualitas_Pelayanan_X2
0.480 0.816
0.156 5.227
X2.4 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.475
0.796 0.148
5.375 X2.5
--- Kualitas_Pelayanan_X2
0.641 1.000
Y1.1 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.479
0.856 0.191
4.483 Y1.2
--- Kepuasan_Pelanggan_Y1
0.691 1.332
0.252 5.296
Y1.3 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.600
1.182 0.236
5.007 Y1.4
--- Kepuasan_Pelanggan_Y1
0.499 1.000
Y2.1 ---
Loyalitas_Pelanggan_Y2 0.429
1.000 Y2.2
--- Loyalitas_Pelanggan_Y2
0.602 1.355
0.324 4.185
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 4.4.1.2.3. Uji Spesifikasi Model
Walaupun secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat konstruk CFA yaitu konstruk harga, kualitas pelayanan, kepuasan
pelanggan dan loyalitas pelanggan telah sesuai atau fit dengan data empirisnya, tetapi perlu dianalisis kemungkinan adanya mis-fit di dalam model. Dua jenis
informasi yang disediakan oleh Amos untuk mendeteksi adanya kesalahan spesifikasi model yaitu nilai standardized residual dan modification index.
4.4.1.2.3.1. Residual
Nilai standardized residual adalah nilai fitted residual dibagi dengan standard error, dengan demikian analog dengan nilai Z score dan nilai
standardized residual ≥ 2,58 dianggap besar nilainya. Berdasarkan pada output
standardized residual dari model pengukuran setelah revisi lihat Tabel 4.16 tidak terdapat satupun residual yang nilainya di atas 2,58. Dengan demikian dari
indikator standardized residual tidak mengindikasikan adanya kesalahan spesifikasi model.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Standardized Residual Covariances Group number 1 - Default model
X2.2 X1.3
Y2.2 Y2.1
Y1.1 Y1.2
Y1.3 Y1.4
X2.1 X2.3
X2.4 X2.5
X1.2 X1.1
X2.2 X1.3
0.577 Y2.2
-1.131 0.371
Y2.1 0.050
0.059 Y1.1
0.469 -0.878
-0.311 0.213
Y1.2 1.302
0.975 0.008
-0.182 -0.040
Y1.3 1.799
-0.183 -0.565
0.903 -0.035
-0.148 Y1.4
-0.256 -0.408
0.171 0.537
0.262 0.128
0.035 X2.1
-0.487 -0.160
0.730 0.183
0.408 0.911
-1.163 -0.026
X2.3 0.051
0.458 -0.360
0.357 -0.106
-1.042 1.003
-1.120 -0.331
X2.4 -0.974
-0.074 -0.536
0.256 0.838
-0.097 0.516
-0.015 -0.199
0.625 X2.5
-0.444 0.266
0.764 -0.858
-0.658 -0.327
0.009 -1.099
0.129 -0.224
1.050 X1.2
0.863 0.025
0.433 -1.297
-0.702 -0.76
-0.143 -0.888
-1.006 0.544
-1.958 -0.828
X1.1 1.510
-0.658 -0.064
-1.601 0.595
1.027 -0.529
0.665 0.744
0.018 -1.072
-0.368 1.649
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 4.4.1.2.3.2.
Modification Index Tabel 4.17.
Covariances: Group number 1 - Default model
M.I. Par Change
e5 --
Kepuasan_Pelanggan_Y1 5.046
0.101 e4
-- e11
4.823 -0.151
e2 --
e7 4.405
-0.148 e1
-- e2
5.173 0.165
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Indikasi adanya model mis-fit dapat dilihat dari nilai modification index MI yang dapat dikonseptualisasikan sebagai chi-
square λ
2
statistik dengan degree of freedom = 1 Joreskog and Sorbom, 1988 dalam Ghozali,
2011. Secara spesifik untuk setiap parameter yang ditetapkan, Amos memberikan nilai MI yaitu λ
2
yang akan turun jika parameter dikovariankan. Berdasarkan output MI pada Tabel 4.17, maka kita akan memodifikasi model
pengukuran yang telah direvisi dengan mengkovariankan e1 dengan e2. Respesifikasi model ini diharapkan akan meningkat goodness of fit model
karena chi-square akan turun sebesar 5,173.
Universitas Sumatera Utara
4.4.1.3. Analisis Faktor Konfirmatori Model Pengukuran Setelah Modifikasi
Setelah melakukan estimasi ulang terhadap model yang telah dimodifikasi maka hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Gambar 4.3. Analisis Eksploratori Model Pengukuran Sesudah Modifikasi
Dari Gambar 4.3 dan Tabel 4.18, hasil Uji Goodness of Fit Model pengukuran sesudah modifikasi diperoleh nilai chi-square = 67,547 dengan df = 70
dan probabilitas = 0,561. Hasil chi-square ini menunjukkan bahwa model fit dengan data empirisnya. Hasil uji goodness of fit ini lebih baik dibandingkan dengan model
pengukuran sesudah revisi yang ditunjukkan dengan nilai chi-square yang lebih kecil dan nilai probabilitas yang lebih besar . Hal ini juga didukung oleh ukuran model fit
lainnya yaitu RMSEA, CMINDF, GFI, AGFI, CFI dan TLI yang keseluruhannya lebih baik dari dari model pengukuran sesudah revisi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Hasil Uji
Goodness of Fit Model Pengukuran Sesudah Modifikasi
Kriteria Cut Of Value
Sesudah Modifikasi
Hasil Sesudah
Modifikasi Hasil Sesudah
Revisi Evaluasi
Chi-Square df =70;
α = 0,05
≤ 90,531 67,547
73,741 Model Fit
Probabilitas
≥ 0,05 0,561
0,389 Model Fit
RMSEA ≤ 0,08
0,000 0,014
Model Fit CMINDF
≤ 2,00 0,965
1,039 Model Fit
GFI ≥ 0,90
0,951 0,947
Model Fit AGFI
≥ 0,90 0,927
0,921 Model Fit
CFI ≥ 0,95
1,000 0,993
Model Fit TLI
≥ 0,95 1,009
0,991 Model Fit
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
4.4.2. Hasil Analisis Structural Equation Model SEM
Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Model SEM secara Full Model yang dimaksudkan untuk menguji model dan hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini. Hasil pengolahan data untuk analisis full model SEM terlihat pada Gambar 4.4 dan Tabel 4.19.
Berdasarkan Gambar 4.4 dan Tabel 4.19, dapat ditunjukkan bahwa model full SEM memenuhi kriteria fit. Hal ini ditunjukkan dimana nilai chi–
square sebesar 78,351 yang lebih kecil dari chi–square tabel 92,800 untuk df = 72 pada tingkat signifikansi
α = 0,05 dan nilai probabilitas sebesar 0,284 C 0,05. Nilai CMINDF sebesar 1,088 2,00. Nilai GFI sebesar 0,943 0,90. Nilai AGFI
sebesar 0,917 0,90. Nilai TLI sebesar 0,979 0,95. Nilai CFI sebesar 0,983 0,95 dan nilai RMSEA sebesar 0,022 0,08. Hasil-hasil tersebut di atas
menunjukkan bahwa model full SEM telah memenuhi kriteria model fit.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Gambar 4.4.
Full Model SEM Tabel 4.19.
Hasil Uji Goodness of Fit Full Model SEM
Kriteria Cut Of Value
Hasil Evaluasi
Chi-Square , df =72; α = 0,05
≤ 92,800 78,351
Model Fit Probabilitas
≥ 0,05 0,284
Model Fit RMSEA
≤ 0,08 0,022
Model Fit CMINDF
≤ 2,00 1,088
Model Fit GFI
≥ 0,90 0,943
Model Fit AGFI
≥ 0,90 0,917
Model Fit CFI
≥ 0,95 0,983
Model Fit TLI
≥ 0,95 0,979
Model Fit
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Universitas Sumatera Utara
4.4.3. Menilai Problem Identifikasi
Problem identifikasi model pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang
unik. Gejala-gejala problem identifikasi antara lain: a. Standard error pada satu atau beberapa koefisien sangat besar.
b. Muncul angka-angka yang aneh seperti varians error yang negatif. c. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi 0,90.
Tabel 4.20. Hasil Estimasi
Standardized Regression Weights Full Model SEM
Std. Estimate λ
Estimate S.E.
C.R.
Kepuasan_Pelanggan_Y1 ---
Harga_X1 -0.241
-0.241 0.240
-1.004 Kepuasan_Pelanggan_Y1
--- Kualitas_Pelayanan_X2
0.932 0.932
0.274 3.398
Loyalitas_Pelanggan_Y2 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.867
0.867 0.230
3.775 X1.1
--- Harga_X1
0.353 0.386
0.095 4.052
X1.2 ---
Harga_X1 0.429
0.457 0.092
4.950 X1.3
--- Harga_X1
0.787 0.820
0.109 7.503
X2.1 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.485
0.540 0.088
6.154 X2.2
--- Kualitas_Pelayanan_X2
0.425 0.485
0.091 5.328
X2.3 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.478
0.528 0.087
6.064 X2.4
--- Kualitas_Pelayanan_X2
0.487 0.531
0.086 6.191
X2.5 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.632
0.640 0.077
8.274 Y1.1
--- Kepuasan_Pelanggan_Y1
0.464 0.459
Y1.2 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.658
0.702 0.139
5.093 Y1.3
--- Kepuasan_Pelanggan_Y1
0.587 0.640
0.133 4.829
Y1.4 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.478
0.530 0.122
4.343 Y2.1
--- Loyalitas_Pelanggan_Y2
0.449 0.500
Y2.2 ---
Loyalitas_Pelanggan_Y2 0.574
0.616 0.150
4.104
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Tabel 4.21.
Covariances: Full Model SEM
Estimate S.E.
C.R. P
Harga_X1 --
Kualitas_Pelayanan_X2 0.153
0.057 2.668
0.008 e1
-- e2
0.196 0.084
2.349 0.019
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.22. Correlations: Full Model SEM
Estimate Harga_X
1 --
Kualitas_Pelayanan_ X2
0.736 e1
-- e2
0.201 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Tabel 4.23. Variances: Full Model SEM
Estimate S.E.
C.R. P
Harga_X1 0.148
0.078 1.913
0.056 Kualitas_Pelayanan_X2
0.290 0.094
3.071 0.002
Z1 0.084
0.042 2.034
0.042 Z2
0.062 0.064
0.960 0.337
e1 1.043
0.118 8.809
e2 0.918
0.106 8.688
e8 0.613
0.084 7.301
e7 0.899
0.105 8.588
e6 0.935
0.107 8.765
e4 0.944
0.108 8.740
e12 0.944
0.109 8.670
e11 0.778
0.099 7.870
e10 0.643
0.092 6.987
e9 0.764
0.087 8.773
e13 0.982
0.121 8.131
e14 0.769
0.128 6.009
e3 0.411
0.158 2.594
0.009 e5
1.062 0.118
8.974
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.20 dapat kita lihat bahwa standard error tidak ada nilainya yang terlalu ekstrim. Tabel 4.21 dan Tabel 4.22
memperlihatkan tidak ada satupun nilai korelasi maupun kovarian antar variabel yang bernilai 0,90. Dari Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa tidak ada nilai varians
error yang negatif. Berdasarkan indikator-indikator di atas maka disimpulkan tidak menunjukkan adanya problem identifikasi.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Pengujian kesesuaian model dilakukan melalui telaah terhadap kriteria goodness of fit. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.19, diketahui bahwa
model yang dibangun telah memenuhi kriteria indeks pengujian kelayakan. Jadi pengujian ini menghasilkan konfirmasi yang baik atas dimensi-dimensi faktor
serta hubungan-hubungan kausalitas antar faktor.
4.4.4.1. Evaluasi Outlier
Menurut Ghozali 2011, outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-
observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi.
Untuk mendeteksi multivariate outlier dilakukan dengan melihat dan memperhatikan nilai mahalanobis distance. Jarak mahalanobis untuk tiap-tiap
observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata- rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional Hair, et.al, 1995;
dalam Ferdinand, 2006. Jarak mahalanobis ini dihitung berdasarkan nilai chi- square tabel pada derajat bebas sebesar 15 jumlah indikator pada tingkat
pengujian α = 0,001 atau λ
2
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.24 menunjukkan bahwa jarak mahalonobis terendah adalah 12,761 dan tertinggi adalah 30,691 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model tidak terdapat multivariate outlier pada pengolahan data. Output mahalanobis distance dapat dilihat dalam Tabel 4.24. di bawah ini
15 ; 0,001 = 37,697. Jadi data yang memiliki jarak mahalonobis lebih besar dari 37,697 adalah multivariate outliers.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.24. Hasil Uji
Mahalanobis Distance Observation
number Mahalanobis d-squared
p1 p2
144 30.691
0.006 0.689
48 30.667
0.006 0.327
50 28.870
0.011 0.342
70 27.988
0.014 0.288
26 27.976
0.014 0.139
73 27.605
0.016 0.087
151 27.515
0.016 0.039
. .
. .
. .
. .
. .
. .
68 12.870
0.537 0.827
67 12.809
0.542 0.825
125 12.804
0.542 0.788
86 12.765
0.545 0.770
54 12.761
0.545 0.727
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 4.4.4.2 Uji Normalitas Data
Data dapat disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value berada dalam interval ± 2,58. Hasil pengujian normalitas
data ditampilkan pada Tabel 4.25. Berdasarkan Tabel 4.25 terlihat bahwa sebagian besar nilai C.R. Critical Ratio nilai skewness yang berada di luar rentang nilai ±
2,58 yang menunjukkan data tidak berdistribusi normal, kecuali indikator X1.1, X1.3, Y1.3 dan Y1.4 yang berdistribusi normal karena memiliki C.R nilai
skewness di dalam interval ± 2,58. Sedangkan hasil uji multivariate normalitas data diperoleh koefisien kurtosis multivariate Mardia sebesar 13,864 dengan C.R
= 4,514 2,58. Dengan demikian secara multivariate data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.25. Hasil Uji Normalitas Data
Variable min
max skew
c.r. kurtosis
c.r.
X2.2 1.000
5.000 -.630
-3.542 -.505
-1.421 X1.3
1.000 5.000
-.400 -2.250
-.581 -1.636
Y2.2 1.000
5.000 -.717
-4.037 -.349
-.981 Y2.1
1.000 5.000
-.739 -4.157
.036 .101
Y1.1 1.000
5.000 -.842
-4.740 .249
.700 Y1.2
1.000 5.000
-.796 -4.482
.003 .007
Y1.3 1.000
5.000 -.350
-1.970 -1.010
-2.841 Y1.4
1.000 5.000
-.452 -2.541
-1.009 -2.838
X2.1 1.000
5.000 -.545
-3.066 -.635
-1.786 X2.3
1.000 5.000
-.508 -2.858
-.920 -2.587
X2.4 1.000
5.000 -.526
-2.958 -.461
-1.296 X2.5
1.000 5.000
-.570 -3.210
-.736 -2.071
X1.2 1.000
5.000 -.507
-2.856 -.357
-1.003 X1.1
1.000 5.000
-.278 -1.563
-1.068 -3.005
Multivariate 13.864
4.514
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Untuk mengatasi masalah data yang tidak normal sebagaimana telah diidentifikasi pada Tabel 4.25, maka dalam penelitian ini akan digunakan metoda
Asymptotic Covariance Matrix ACM. Menurut Ghozali 2005, Asymptotic Covariance Matrix merupakan perhitungan matriks varians dan kovarians yang
dihitung berdasarkan pada distribusi data yang tidak normal. Salah satu manfaat penggunaan Asymptotic Covariance Matrix adalah dapat digunakan untuk
mengkoreksi biasnya chi-square dan standar error akibat tidak dipenuhinya asumsi normalitas data.
Output dengan menggunakan koreksi Asymptotic Covariance Matrix ini menghasilkan nilai loading dan koefisien estimasi regresi yang sama dengan
metode sebelumnya tanpa koreksi Asymptotic Covariance Matrix. Akan tetapi standar error dan nilai C.R yang dihasilkan berbeda dengan metoda sebelumnya.
Perbedaan tersebut terjadi karena pada metode sebelumnya asumsi normalitas dilanggar. Sebagai perbandingan output estimasi sebelum dan sesudah dikoreksi
dengan Asymptotic Covariance Matrix dapat dilihat pada Tabel 4.26.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.26. Perbandingan Output Hasil
Regression Weights Full Model SEM Sebelum dan Sesudah dikoreksi dengan
Asymptotic Covariance Matrix
Loading Factor λ
UJI NORMALITAS DATA SEBELUM
ACM SESUDAH
ACM S.E.
C.R. S.E.
C.R.
Kepuasan_Pelanggan_Y 1
--- Harga_X1
-0.241 0.240
-1.004 0.217
-1.111 Kepuasan_Pelanggan_Y
1 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.932
0.274 3.398
0.265 3.516
Loyalitas_Pelanggan_Y2 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.867
0.230 3.775
0.248 3.496
X1.1 ---
Harga_X1 0.353
0.095 4.052
0.092 4.218
X1.2 ---
Harga_X1 0.429
0.092 4.95
0.096 4.778
X1.3 ---
Harga_X1 0.787
0.109 7.503
0.110 7.426
X2.1 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.485
0.088 6.154
0.094 5.777
X2.2 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.425
0.091 5.328
0.093 5.226
X2.3 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.478
0.087 6.064
0.074 7.097
X2.4 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.487
0.086 6.191
0.070 7.615
X2.5 ---
Kualitas_Pelayanan_X2 0.632
0.077 8.274
0.071 8.997
Y1.1 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.464
Y1.2 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.658
0.139 5.093
0.016 4,427
Y1.3 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.587
0.133 4.829
0.125 5.115
Y1.4 ---
Kepuasan_Pelanggan_Y1 0.478
0.122 4.343
0.124 4.258
Y2.1 ---
Loyalitas_Pelanggan_Y2 0.449
Y2.2 ---
Loyalitas_Pelanggan_Y2 0.574
0.150 4.104
0.181 3.399
Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Berdasarkan Tabel 4.26 di atas maka dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan standar error SE sebelum dan sesudah pengujian normalitas data
dengan Asymptotic Covariance Matrix. Hal tersebut menyebabkan Critical Ratio CR sesudah dan sebelum pengujian dengan Asymptotic Covariance Matrix juga
berbeda. Namun kalau kita perhatikan perbedaan tersebut tidak sampai menyebabkan perubahan signifikasi setiap hubungan yang telah diestimasi
sebelum dilakukan uji normalitas data dengan Asymptotic Covariance Matrix. Indikator lain yang perlu diperhatikan adalah hasil goodness of fit
sesudah dilakukan uji normalitas data dengan Asymptotic Covariance Matrix yang dapat dilihat pada Tabel 4.27. Dari Tabel 4.27 dapat kita lihat bahwa nilai chi-
square sesudah dilakukan Asymptotic Covariance Matrix yaitu sebesar 76,115 yang lebih kecil dibandingkan sebelum Asymptotic Covariance Matrix yaitu
Universitas Sumatera Utara
78,349. Probabilitas chi-square sesudah ACM yaitu sebesar 0,348 lebih besar dibandingkan dengan sebelum dilakukan ACM yaitu sebesar 0,285. Indikator lain
yang tidak kalah penting adalah RMSEA dimana RMSEA sesudah dilakukan ACM yaitu 0,017 lebih kecil dibandingkan sebelum dilakukan ACM yaitu 0,024.
Gambaran indikator-indikator sesudah dilakukan ACM bermakna bahwa model yang normalitas datanya telah dikoreksi dengan Asymptotic Covariance Matrix
mempunyai tingkat kesesuaian fit data yang lebih tinggi dibandingkan bila model menggunakan data yang tidak normal.
Tabel 4.27. Perbandingan Hasil Uji Goodness of Fit Model
Full Model SEM Sebelum dan Sesudah dikoreksi dengan
Asymptotic Covariance Matrix
Kriteria Cut Of
Value Goodness of Fit
Evaluasi Sebelum
ACM Sesudah
ACM
Chi-Square df =72;
α = 0,05
≤ 92,800 78,349
76,115 Model Fit
Probabilitas
≥ 0,05 0,285
0,348 Model Fit
RMSEA ≤ 0,08
0,024 0,017
Model Fit CMINDF
≤ 2,00 1,088
1,057 Model Fit
GFI ≥ 0,90
0,943 0,943
Model Fit AGFI
≥ 0,90 0,917
0,917 Model Fit
CFI ≥ 0,95
0,983 0,983
Model Fit
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 4.4.4.3 Evaluasi atas Multikolinearitas dan Singularitas
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolineritas multicollinearity atau singularitas singularity dalam kombinasi-kombinasi
variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya. Indikasi adanya multikolinearitas dan singularitas menunjukkan
bahwa data tidak dapat digunakan untuk penelitian. Adanya multikolinearitas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai determinan matriks kovarians yang
benar-benar kecil, atau mendekati nol Tabachnick dan Fidell, 1998; dalam
Universitas Sumatera Utara
Ferdinand, 2006. Berdasarkan hasil pengolahan data pada penelitian ini, nilai determinan matriks kovarians sampel Determinant of sample covariance matrix
adalah sebesar 0,648 ≥ 0 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai determinan
matriks kovarians sampel adalah jauh dari nol. Sehingga data penelitian yang digunakan tidak terdapat multikolinearitas dan singularitas, sehingga data layak
untuk digunakan.
4.5 Pengujian Hipotesis