jumlah pelabuhan pangkalan yang tercantum dalam SIPI atau SIKPI, kewajiban pemasangan transmitter atau sistem pemantauan kapal perikanan
VMS untuk kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan sebagai persyaratan penerbitan izin, dan kewajiban menerima petugas pemantau
perikanan di atas kapal perikanan observer on board. 5
Percepatan proses perizinan usaha perikanan tangkap, jangka waktu pelayanan perizinan yang sebelumnya 11 hari kerja menjadi 10 hari kerja.
Meskipun secara kuantitatif hanya berkurang satu hari, namun hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan mempercepat pelayanan
perizinan. 6
Memberikan kesempatan berusaha kepada pelaku usaha perikanan tangkap secara lebih adil, dilakukan pembatasan jangka waktu berlakunya SIUP yang
sebelumnya berlaku selama perusahaan menjalankan usahanya, menjadi selama 30 tahun dan dapat diperpanjang. Hal ini berarti bahwa SIUP yang
selama ini identik dengan ”pembagian alokasi”, tidak ”dikuasai” oleh pelaku usaha tertentu, akan tetapi dapat diberikan kepada pelaku usaha yang lain.
Selain itu, jangka waktu realisasi SIUP juga dibatasi. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi SIUP atau alokasi yang idle.
7 Memberdayakan asosiasi atau organisasi di bidang perikanan tangkap,
dilakukan dengan memasukkan rekomendasi dari asosiasi atau organisasi di bidang perikanan tangkap sebagai salah satu syarat untuk memperoleh izin.
Hal tersebut berarti bahwa keberadaan asosiasi atau organisasi tersebut sangat diperlukan sebagai mitra KKP dalam pembangunan perikanan.
8 Sebagai apresiasi pemerintah kepada pelaku usaha yang taat, khususnya
dalam penyampaian laporan kegiatannya secara tertib, teratur, dan benar, maka terhadap pelaku usaha tersebut dapat dipertimbangkan untuk diberikan
kemudahan atau insentif dalam mengembangkan usahanya. 9
Penegakan hukum yang lebih tegas dikenakan terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran yang antara lain: menggunakan dokumen palsu,
menyampaikan data
yang berbeda
dengan fakta
di lapangan,
memindahtangankan atau memperjualbelikan izin, dan tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha atau sengaja memberikan laporan yang tidak benar.
15. Permen No 12 Tahun 2009 tentang Minapolitan 16. Perpres No 9 tahun 2006 tentang Bahan Bakar Minyak
4.4. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna
Ikan merupakan salah satu jenis bahan pangan yang cepat membusuk, karena kadar air yang tinggi dalam komposisi tubuhnya. Kualitas mutu dan kesegaran ikan
harus dijaga sejak ikan mulai ditangkap dan dipasarkan. Penanganan ikan dilakukan untuk mempertahankan kesegaran dan mutu ikan sehingga masih memenuhi standar
untuk bisa dikonsumsi dan diekspor dengan cara menghambat terjadinya pembusukan ikan dengan tekhnologi dan cara penangkapan yang tepat.
Proses penangkapan ikan tuna mulai dari penangkapan sampai di dermaga meliputi 3 tahapan yaitu penanganan ikan tuna di atas kapal, pembongkaran palka
pendingin, dan pembongkaran ikan di pelabuhan. Tekhnologi sangat berperan dalam setiap prosesnya, baik dalam penangkapan, penyimpanan stok sebelum ikan
didaratkan di pelabuhan, pengemasan, sampai proses pengiriman, dalam rangka meningkatkan mutu ikan tuna Indonesia agar dapat bersaing dengan ikan tuna
tangkapan dari negara pengekspor lainnya baik di Asia maupun di dunia yang menjadi kompetitor ikan tuna Indonesia.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Pendugaan Model
Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari
enam persamaan struktural dan dua persamaan identitas. Model dianalisis dengan menggunakan data time series dari tahun 1990 sampai tahun 2009 yang
merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Pendugaan model perdagangan ikan tuna Indonesia memberikan hasil dugaan
yang cukup baik secara ekonomi, statistika dan ekonometrika. Hampir semua variabel eksogen yang dimasukkan dalam persamaan struktural mempunyai
parameter dugaan yang tandanya sesuai dengan teori pendukung meskipun pengaruhnya ada yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan antara 90 persen
sampai 99 persen. Beberapa peubah penjelas yang parameter dugaannya tidak sesuai dengan harapan dapat dijelaskan secara logis dan sesuai dengan keadaan
nyata di lapangan. Nilai koefisien determinasi R
2
hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilainya berkisar antara 0,80 sampai 0.99, sehingga secara
umum variabel-variabel eksogennya mampu menjelaskan variabel endogen dengan baik. Oleh karena itu hasil pendugaan model cukup representatif untuk
menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Hasil pengolahan data faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional secara lengkap disajikan pada sub bab berikut.
5.2. Pembahasan Hasil Pendugaan Model
Model pada penelitian faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan struktural
dan dua persamaan identitas yang terdiri dari persamaan produksi ikan tuna, persamaan permintaan domestik, persamaan ekspor ikan tuna yang merupakan
selisih dari produksi ikan tuna dengan konsumsi domestik, persamaan harga domestik. Selain itu, persamaan permintaan ekspor dari Amerika Serikat,
persamaan permintaan ekspor dari Jepang dan persamaan permintaan ekspor dari Uni Eropa dijumlahkan menjadi persamaan permintaan ekspor setelah ditambah
dengan impor dari negara-negara lain yang dimasukkan sebagai Rest of the World ROW.
5.2.1. Produksi Ikan Tuna
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia disajikan pada Tabel 5. Hasil pendugaan parameter pada
persamaan produksi ikan tuna dijelaskan oleh variabel Interest Rate, Jumlah Kapal, Tenagakerja, Produksi ikan tuna tahun lalu, dan Kebijakan yang
merupakan dummy variabel dengan nilai KBJK=0 untuk tahun dimana tidak ada kebijakan pemerintah Indonesia dalam ekspor ikan tuna, dan KBJK=1 untuk
tahun dimana ada kebijakan pemerintah Indonesia dalam rangka ekspor ikan tuna sebesar 99,72 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan,
namun kurang respon terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya. Tabel 5. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Ikan Tuna
PersamaanPeubah Notasi
Koefisien Prob
Elastisitas Jangka
Pendek Elastisitas
Jangka Panjang
Produksi Ikan tuna QT
t
- -
Intersept -
1922343 Interest Rate Suku
Bunga Riil IR
t
-4313,96 0,0539
-0,017 -0,84
Jumlah Kapal JK
t
54,71907 0,056
0,056 2,696
Tenagakerja TK
t
3,053559 0,5312
3,25 Produksi Ikan tuna
tahun yang lalu QT_1
t
0,005713 0,097
0,005 0,005
Trend sebagai proxy perkembangan
tekhnologi T1
t
198722,8 0,001
- -
Kebijakan Pemerintah Indonesia