f. Jumlah penduduk populasi dalam suatu negara. g. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.
Dalam menganalis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu dalam teori
permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Hukum permintaan pada hakikatnya
merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendahnya harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap suatu barang tersebut. Sebaliknya
semakin tinggi harga barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sadono Sukirno, mikroekonomi, 2002:76. Jumlah permintaan
dan tingkat harga memiliki hubungan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti
substitution yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya.
Kemudian kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Menurut Kotler 1991 permintaan pasar atas suatu produk adalah jumlah
yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu dalam suatu wilayah geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu yang berada di lingkungan
pemasaran tertentu dengan program pemasaran tertentu. Fungsi permintaan pasar dalam Colman dan Trevor Young 1989 adalah
sebagai berikut: Qs = fP, M,POP,ID
Qs = Permintaan P = harga komoditi
M = Pendapatan Perkapita POP= Populasi yang merupakan pasar produk tersebut
ID = Index Disribution Income Tingkat pendapatan yang merupakan sumber daya atau kemampuan membeli
purchasing power dari konsumen adalah determinasi permintaan terpenting. Bertambahnya pendapatan konsumen akan memengaruhi peningkatan jumlah
yang diminta Hanafiah,1986.
Tomek W.G 1987 mengatakan empat faktor terbesar yang memengaruhi tingkat permintaan adalah ukuran populasi dan distribusinya menurut umur,
daerah geografis dan sebagainya, pendapatan konsumen dan distribusinya, harga dan penggunaan komoditi dan jasa lain, selera serta preference konsumen.
Faktor-faktor tersebut merupakan determinan dari permintaan. Pada sebagian besar produk pertanian, pendapatan dan permintaan
mempunyai hubungan yang positif, hal ini berarti peningkatan pendapatan akan menggeser permintaan ke kanan. Perubahan selera dan preference secara nyata
mendorong perubahan permintaan untuk komoditi pertanian, walaupun efeknya sulit untuk dipisahkan karena muncul bersamaan dengan perubahan pendapatan
atau variabel lain Tomek, W.G, 1987
2.1.3 Teori Ekspor
Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor,
kegiatan demikian akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing ke negara kita, yang dapat digunakan untuk membayar
pembelian atas impor barang dan jasa dari luar negeri. Dalam teori, pengertian ekspor adalah kegiatan yang menyangkut
produksi barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara tetapi untuk dikonsumsikan di luar batas negara tersebut Boediono, 1990.
Pengertian ekspor
menurut UU
Kepabeanan adalah
kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri
dari barang dari dalam negeri daerah pabean, barang dari luar negeri luar daerah pabean, barang bekas atau baru.
Secara umum produk ekspor dan impor dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas
adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas adalah barang-barang yangukan berupa minyak bumi dan gas,seperti hasil
perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas. Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk
pertanian, hasil hutan, hasil perikanan dengan ekspor terbesar adalah udang dan
yang kedua adalah ikan tuna, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.
2.1.4 Teori Nilai Tukar
Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar adalah mata uang suatu
negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual Lipsey, 1995. Nilai tukar mata uang ini memengaruhi kebijakan perdagangan
antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor. Peningkatan atau penurunan nilai mata uang asing dapat memengaruhi volume ekspor yang
diperdagangkan. Bertambah mahal atau murahnya suatu komoditas ekspor di pasar internasional sangat ditentukan oleh nilai tukar mata uang suatu negara.
Kebijakan mengenai permintaan ekspor seringakali dilakukan dengan pengaturan nilai tukar, karena ada dua alasan utama untuk bekerja dengan
exchange rate real , pertama adalah keinginan untuk bekerja dalam batas waktu
real untuk diambil analisa perdagangan dan pergerakan current account pada dasar yang sama seperti analisa real supply, real demand, dan harga riil dari
komoditi. Kedua adalah keinginan untuk memperkenalkan analisis current account
dalam dunia dengan sistem exchange rate yang berbeda Helmers, 1988. Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang negara pengimpor utama yaitu
dolar Amerika, yen Jepang dan Euro atau disebut apresiasi menyebabkan permintaan turun, sehingga akan menyebabkan: 1 Harga domestik negara
pengimpor turun, 2 Meningkatkan harga di negara pengimpor, 3 Menurunkan ekspor negara pengekspor, 4 Menurunkan impor negara pengimpor Tweeten,
1992. Secara implisit, revaluasi mata uang negara pengekspor berperan sebagai pajak ekspor yang akan menurunkan jumlah produk ekspor yang diminta pada
tingkat harga tertentu. Nilai tukar terhadap mata uang negara tujuan ekspor dapat dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam penelitian ini, perhitungan nilai tukar yang digunakan untuk setiap negara tujuan
ekspor utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan UniEropa menggunakan nilai
tukar riil untuk memperhitungkan Purchasing Power Parity, dan menggunakan rumusan
2.1.5 Suku Bunga
Suku bunga merupakan indikator dari keadaan bisnis, karena biaya pinjaman merupakan pertimbangan paling penting dalam keputusan investasi.
Biaya pinjaman yang tinggi menghambat investasi dan konsumsi, sementara biaya pinjaman yang rendah mendorong investasi dan konsumsi Gorman, 2009
Dalam proses ekspor ikan tuna, dibutuhkan gudang pendingin, pengepakan barang, dan penyimpanan stok ikan di kapal penangkap sebelum kapal didaratkan
di pelabuhan. Dibutuhkan investasi yang cukup besar, iklim investasi dapat dijaga dengan stabil dengan menjaga suku bunga Bank Indonesia stabil. Suku bunga
yang relatif tinggi akan membuat para pengusaha penangkapan tuna memilih untuk menginvestasikan uangnya di bank daripada menanggung resiko
menanamkan modalnya pada penangkapan tuna, demikian pula para pengusaha yang memerlukan pinjaman dari bank akan merasa keberatan dengan bunga
pinjaman yang tinggi. Apabila hal ini terjadi terus-menerus, investasi untuk membangun fasilitas pengolahan yang mendukung ekspor ikan tuna akan terus
menurun, secara tidak langsung dampaknya akan terkena kepada ekspor secara secara keseluruhan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan ekspor ikan tuna sudah banyak dilakukan sebelumnya. Munir 1997 dan Olivia 2007 meneliti tentang ekspor
ikan tuna dan ikan tuna Indonesia serta analisis ekspornya ke pasar jepang. Dengan metode 2 SLS, dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor
skipjack beku dan segar Indonesia ke pasar Jepang. Munir telah memasukkan peubah ekspor negara pesaing utama seperti Thailand, namun tidak ada peubah
kebijakan pemerintah dalam ekspor dan produksi sehingga tidak dapat dilihat peranan pemerintah dalam mendorong peningkatan produksi dan ekspor skipjack.
Variabel harga diambil dari harga Free On Board masing-masing produk. Faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor ikan tuna beku Indonesia