penangkapan serta pengekspor ikan tuna untuk lebih meningkatkan kualitas ikan tuna Indonesia agar dapat lebih bersaing di pasar ekspor Jepang. Variabel Trend
yang menggambarkan selera konsumen di Jepang juga menunjukkan adanya peningkatan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari tahun ke tahun. Semua
hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.
5.3. Validasi Model
Validasi model merupakan tahapan yang digunakan untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk selanjutnya dilakukan simulasi alternatif
kebijakan. Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana model hasil penelitian dapat mewakili dunia nyata. Kriteria statistik untuk
validasi nilai pendugaan model ekonometrika menggunakan beberarapa indikator, dalam penelitian ini yang digunakan adalah Root Means Squares Percent Error
RMSPE untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya pada periode pengamatan. Selain
RMSPE digunakan Theils Inequality Coefficient U yang idealnya mendekati nol karena jika nilainya satu maka model dapat dikatakan naif. Validasi model faktor-
faktor yang memengaruhi perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional dilakukan dengan simulasi dasar baseline untuk periode sampel pengamatan
penelitian tahun 1990-2009 terhadap nilai aktualnya. Hasil validasi model faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor
ikan tuna Indonesia di pasar internasional, seperti yang disajikan pada Tabel 11 memperlihatkan dari seluruh persamaan, terdapat enam persamaan 85,71 persen
yang memiliki nilai RMSPE di bawah 30 persen. Artinya nilai prediksi masih dapat mengikuti kecenderungan data historisnya dengan baik. Dan secara umum
semua persamaan 100 persen memiliki nilai U Theil di bawah 0,3 sehingga dapat diartikan simulasi model yang digunakan pada analisis faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional mengikuti data aktualnya dengan baik sehingga dapat dilakukan simulasi pada
tahap selanjutnya.
Hasil validasi model faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional pasar internasional secara lengkap disajikan
pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Validasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Ekspor Ikan tuna Indonesia di Pasar Internasional.
No. Peubah
Notasi Durbin
Watson Statistik
RMSPE U
1 Produksi Ikan tuna
Indonesia QT
t
2,42 1,2991
0,011997 2
Permintaan Ikan tuna Domestik
QDT
t
2,32 6,9348
0,053589 3
Total Ekspor Ikan tuna Indonesia
XT
t
2,29 5,7111
0,062492 4
Harga Ikan tuna Domestik
PT
t
2,48 3,4367
0,030237 5
Permintaan Ekspor Ikan tuna
Indonesia dari Amerika Serikat
XTAS
t
2,68 4,7144
0,042607
6 Permintaan Ekspor
Ikan tuna Indonesia dari Uni
Eropa XTUE
t
1,71 9,1132
0,149749
7 Permintaan Ekspor
Ikan tuna Indonesia dari
Jepang XTJ
t
2,32 45,3243
0,042607
Tingkat autokorelasi dapat dilihat dari hasil statistik Durbin-Watson yang pada penelitian ini bernilai 1,71-2,68. Hal ini menunjukkan bahwa model faktor-
faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional tidak memiliki masalah autokorelasi. Masalah autokorelasi dalam
suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson berada dibawah 1,21 dan diatas 2,79. Pada interval 2,35-2,79 tidak dapat disimpulkan
ada atau tidaknya autokorelasi Makridakis et al., 1995.
5.4. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model
Untuk melihat dampak perubahan kebijakan maupun fenomena yang ada saat ini terhadap peubah-peubah endogen dalam sistem persamaan dilakukan
beberapa simulasi perubahan variabel eksogen karena perubahan tersebut dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif atau bahkan mungkin tidak
membawa dampak sama sekali terhadap masing-masing peubah endogen. Evaluasi perubahan dilakukan untuk membandingkan dampak yang ditimbulkan
dalam ekspor ikan tuna Indonesia. Simulasi kebijakan yang dilakukan pada model faktor-faktor yang
mempengarui permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional adalah: 1 Dampak penambahan jumlah kapal penangkap sebesar 25 persen, 2
Dampak penurunan suku bunga sebesar 2,5 persen, 3 Dampak penghapusan tarif impor oleh pemerintah Jepang, 4 Dampak penurunan harga Ikan tuna Indonesia
di negara Amerika Serikat sebesar sepuluh persen.
5.4.1. Dampak kenaikan jumlah kapal penangkap sebesar 25 persen.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk
perikanan terbesar di asia pada tahun 2015. Langkah utama yang digulirkan adalah membangun minapolitan di 11 WPP Wilayah Pengelolaan Perikanan. Di
dalamnya ada program penambahan 1.000 kapal penangkap ikan berbobot 30 ton ke atas pada 2011 atau kenaikan sebesar 25 persen dari rata-rata jumlah kapal
pada periode penelitiam 1990-2009. Kapal ini akan dimiliki oleh koperasi atau kelompok nelayan.
Kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan hasil penangkapan ikan tuna Indonesia disimulasikan dengan kenaikan jumlah kapal pengangkap
yang disediakan pemerintah dan disalurkan melalui koperasi nelayan sebesar sepuluh persen. Simulasi tersebut dipandang cukup relevan untuk mencerminkan
usaha kuat pemerintah dalam rangka mendorong kemajuan usaha penangkapan ikan tuna sehingga dapat diketahui bagaimana dampaknya terhadap permintaan
ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Internasional. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 12.
Kenaikan jumlah kapal penangkap ikan tuna sebesar 1000 kapal atau 25 persen dari rata-rata jumlah kapal periode penelitian menyebabkan produksi ikan
tuna Indonesia mengalami peningkatan sebesar 6,50 persen. Naiknya produksi ikan tuna Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan harga tuna domestik
sebesar 0,28 persen, dan penurunan harga tuna domestik tersebut akan meningkatkan permintaan ikan tuna domestik sebesar 8,03 persen, hal ini sejalan