Identifikasi Model Alat Analisis Data

4.2 Sistem Perdagangan Luar Negeri Negara Pengimpor Terbesar Ikan Tuna Indonesia.

4.2.1 Sistem Perdagangan Jepang

Pada prinsipnya sebenarnya barang yang diimpor Jepang untuk memenuhi kebutuhannya tidak membutuhkan izin Impor, namun ada aturan impor khusus yang diberlakukan bagi komoditi perikanan diterapkan sistem kuota impor dan dibatasi oleh Undang-undang dan peraturan Undang-undang Karantina The Quarantine Law dan Undang-undang Kebersihan makanan The Food Sanitation Law. Berdasarkan Undang-undang karantina, eksportirsuplier luar negeri yang beroperasi di wilayah yang terkontaminasi, harus dilengkapi dengan keterangan yang dikeluarkan oleh pemerintah negara eksportir yang menerangkan bahwa ikan yang diekspor tersebut diproduksi di luar wilayah yang terjangkit dan penanganannya telah memenuhi persyaratan kesehatan. Ikan yang diimpor dengan sertifikat tersebut tetap masih harus melewati tahapan berikutnya yaitu menjalankan pemeriksaan oleh pemerintah Jepang, baru setelah lolos dari pemeriksaan dokumen diteruskan ke prosedur bea cukai, sementara barang diperiksa secara nyata oleh petugas kesehatan makanan di pelabuhan utama Jepang, dengan memperhatikan pula pembatasan yang berhubungan dengan zat aditive . Indonesia and The Changing Market. Profil ikan beku di Jepang. Departemen Perdagangan. PPPI-Osaka. 1999. Hal 10-12

4.2.2 Sistem Perdagangan UniEropa.

UniEropa merupakan kelompok negara-negara independen dan berdiri pada akhir masa Perang Dunia Kedua. Pembentukan kelompok ini dilatarbelakangi dengan keputusan para anggota pendirinya tentang cara terbaik penanganan konflik adalah mengelola bersama batu bara dan baja, dua bahan utama yang diperlukan untuk berperang. Pemrakarsa UniEropa yaitu negara Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luksemburg dan Belanda. Negara anggota UniEropa terus bertambah mulai tahun 1973 dan sejak tanggal 1 Mei 2004 Jumlah negara UniEropa menjadi 25 negara anggota lampiran 1. UniEropa UE merupakan pasar terbesar di dunia. Pada tahun 2005, share ekspor barang UniEropa dalam pasar dunia sebesar 18,3 dan untuk impor sebesar 19,1. UniEropa merupakan salah satu mitra dagang yang penting bagi Indonesia, khususnya di bidang perikanan. Perdagangan bilateral dalam sektor perikanan antara RI dan UE mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bagi Indonesia, UniEropa merupakan pasar terbesar ketiga untuk produk-produk perikanan setelah pasar Jepang dan Amerika Serikat. Namun, sejak tanggal 21 Maret 2006 produk perikanan Indonesia, tidak terkecuali ikan tuna terkena peraturan di UniEropa yaitu systemic border control , melalui peraturan CD 06236EC Kementrian Kelautan dan Perikanan. Melalui peraturan tersebut, seluruh impor hasil perikanan Indonesia dilakukan sampling dan analisis logam berat dan juga analisis histamin khususnya pada produk ikan tuna asal Indonesia diduga mengandung kadar histamin dan logam berat yang terlalu tinggi pada hasil perikanan tangkap Indonesia. Adanya temuan histamin dan logam berat pada hasil perikanan Indonesia di pasar UniEropa telah menurunkan citra hasil perikanan Indonesia di pasar global, sementara di sisi lain permintaan ikan tuna mengalami peningkatan yang pesat, yang secara langsung akan berkontribusi positif terhadap nilai ekspor nasional yang berdampak pada pertumbuhan industri-industri pengolahan ikan tuna segarbeku. Peraturan pangan di UniEropa didasari oleh adanya jaminan perlindungan yang tinggi terhadap kesehatan manusia dan keinginan konsumen terhadap pangan, tuntutan yang semakin tinggi terhadap faktor keamanan dan pakan berbasis peraturan umum dan tanggung jawab berasas nilai kemanusiaan. Ketentuan umum dari peraturan pangan di UniEropa adalah pangan tidak dapat dipasarkan bila dalam keadaan tidak aman. Pangan dikategorikan dalam keadaan tidak aman bila: 1 membahayakan kesehatan manusia, 2 tidak layak untuk konsumsi manusia. Dokumen kunci pada Peraturan Pangan UniEropa adalah: 1. Peraturan Pangan UniEropa No. 178 Tahun 2002 tentang Aturan Umum dan Ketentuan Peraturan Pangan Tentang Keamanan Pangan, 2. Peraturan Pangan UniEropa No.882 tahun 2004 tentang Sistem Pengendalian Mutu, 3. Peraturan Pangan UniEropa No.853 tahun 2004 tentang Kebersihan Pangan, 4. Peraturan Pangan UniEropa No.85 tahun 2004 tentang Aturan Kebersihan yang Spesifik untuk Produk Pangan Manusia yang Berasal dari Produk Hewani, 5. Peraturan Pangan UniEropa No.854 tahun 2004 tentang Aturan Khusus untuk Lembaga Pengendalian Mutu. 6. Peraturan Pangan UniEropa No.236 tahun 2006 tentang Systemic Border Control . 4.2.3. Sistem Perdagangan Amerika Serikat Pengawasan untuk bahan makanan termasuk produk perikanan di Amerika Serikat ditangani oleh Food and Drugs FDA yang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat. FDA bertugas untuk membuat peraturan yang melindungi konsumen dan menjaga keamanan pangan. Peraturan utama dalam pengawasan bahan pangan di Amerika Serikat tercantum dalam Federal Food, Drugs, and Cosmetic Act yang di dalamnya berisi peraturan mengenai batasan bahan yang rusak, label yang tidak sesuai dengan bahan yang terkandung, batas bahan makanan tambahan, batas maksimal residu kimia, sistem ekspor-impor, dan cara pendaftaran unit pengolahan. Regulasi lain yang terkait dengan perdagangan ikan tuna terdapat pada Code of Federal Regulation CFR 123 tentang ikan dan produk berbahan dasar ikan. Regulasi ini menjelaskan lebih rinci tentang produk perikanan, penerapan analisis bahaya di dalam proses pengolahan, dan penerapan HACCP Hazard Analysis and Critical Control Point yang harus dilakukan oleh pengolah. Amerika Serikat kemudian mengeluarkan regulasi baru terkait dengan adanya peristiwa 11 September 2001, yang berguna untuk mencegah bahaya bioterorisme yaitu The Bioterorism ACT TBA. Regulasi ini juga berpengaruh terhadap perdagangan ikan tuna karena Amerika Serikat menetapkan peraturan baru tentang registrasi pengolahan pangan, pemberitahuan sebelum impor, dan pembuatan rekaman proses pengolahan.

4.3. Kebijakan Pemerintah Indonesia

Kebijakan yang diterapkan oleh negara pengimpor Ikan tuna Indonesia makin hari memang semakin ketat dan meningkat permintaan mutunya, berkaitan dengan aspek-aspek keamanan pangan, jaminan mutu, dan ketelusuran agar mendapatkan kepuasan konsumen domestik negara pengimpor secara optimal. Pemerintah Indonesia tentunya tidak dapat tinggal diam dalam menghadapi tuntutan dari negara- negara pengimpor, karena sebagai negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, peranan pemerintah masih sangat besar porsinya bagi kemajuan perekonomian bangsa. Pemerintah Indonesia diantaranya menanggapi hal tersebut di atas melalui Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sebagai Competent Authority CA melakukan tindakan nyata yaitu reformasi sistem manajemen pada jaminan mutu dan keamanan produk perikanan untuk mencapai harmonisasi dengan standar mutu di negara-negara tujuan ekspor ikan tuna Indonesia, dan produk perikanan lainnya. Mulai tahun 2007, telah dilakukan perbaikan sarana dan prasarana sistem rantai dingin untuk menjamin mutu kesegaran ikan, perbaikan kondisi kebersihan pada kapal-kapal penangkap ikan dan pelabuhan perikanan harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi. CA berkolaborasi dengan Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI secara periodik melakukan inspeksi resmi terhadap kebersihan kapal dan mendokumentasikan hasilnya. Penerapan Good Aquaculture Practices saat ini diwajibkan untuk dilaksanakan, terutama untuk produk perikanan yang akan diekspor ke UniEropa, Amerika Serikat dan Jepang. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan produksi dan perdagangan ikan tuna adalah sebagai berikut: 1. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP. 63MEN2008 tentang Komisi Tuna Indonesia. Tugas Komisi Tuna yang dibentuk pemerintah dalam rangka mendorong peningkatan produksi sampai perdagangan luar negeri ikan tuna Indonesia adalah memberikan rekomendasi kepada Menteri Kelautan dan Perikanan dalam