= nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi = nilai aktual variabel observasi
n = jumlah periode observasi
Nilai U-Theil’s berkisar antara 0 dan 1 dengan kriteria bahwa semakin kecil nilai U-Theil’s
yang dihasilkan, maka semakin baik model tersebut. Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis
simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika U=0 maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan model naif. Untuk
melihat keeratan arah slope antara nilai aktual dengan yang disimulasi dilihat dari koefisien determinasinya R
2
. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSE dan U-Theil’s dan makin besar nilai R
2
maka pendugaan model makin baik. Kriteria untuk menentukan model terbaik adalah:
1. Tingkat signifikansi baik koefisien persamaan maupun persamaan secara
keseluruhan; 2.
Adanya autokorelasi Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-
Watson Uji D terhadap model. Adanya autokorelasi membuat model tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen dengan menggunakan
variabel independen. Menurut Tweeten 1992 masalah autokorelasi dalam suatu model ekonometrik tibul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson
berada dibawah 1,25 dan diatas 2,75. 3.
Konsistensi dari tanda koefisien regresi dengan koefisien harapan teoritis dan logika.
3.2.4 Simulasi Model
Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Model yang
didapatkan digunakan untuk mensimulasikan nilai-nilai dan keadaan di masa yang akan datang dari variabel tak bebas dependent variable atas dasar nilai-nilai
variabel yang menjelaskan independent variables yang telah diketahui atau diharapkan di masa yang akan datang.
Menurut Sinaga 1997, simulasi adalah suatu pendekatan untuk mengetahui arah sign dan besar size perubahan dari suatu atau beberapa variabel endogen
decision variabel dengan melakukan perubahan satu atau beberapa variabel endogen. Oleh karena itu, simulasi model adalah suatu perubahan yang dilakukan
di dalam model tanpa merubah sistem atau dunia nyata. Simulasi memiliki beberapa tujuan yaitu: 1 melakukan pengujian dan evaluasi terhadap model, 2
mengevaluasi kebijakan pada masa lampau, 3 membuat peramalan pada masa datang.
Analisis simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan faktor- faktor eksternal dan kebijakan terhadap variabel-variabel endogen. Sesuai dengan
tujuan penelitian, simulasi yang akan digunakan adalah simulasi historis ex-post simulation
Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan
terbesar di Asia pada tahun 2015. Langkah utama yang digulirkan adalah membangun minapolitan di 11 WPP Wilayah Pengelolaan Perikanan. Di
dalamnya ada program penambahan 1.000 kapal penangkap ikan berbobot 30 ton ke atas pada 2011. Kapal ini akan dimiliki oleh koperasi atau kelompok
nelayan. Dampak kebijakan pemerintah tersebut dapat dilihat dengan mensimulasikan kenaikan kapal penangkap sebesar 25 persen yaitu 1000 kapal.
Kenaikan kapal penangkap sangat relevan untuk disimulasikan pengaruhnya bagi perubahan produksi ikan tuna Indonesia, serta pengaruhnya bagi
permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional. 2.
Suku bunga investasi sebagai salah satu faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dapat
dilakukan atau dikendalikan oleh pemerintah Indonesia. Rata-rata pertumbuhan suku bunga investasi selama kurun waktu penelitian 1990-2009
adalah sebesar 2,5 persen dengan pertumbuhan yang positif. Besarnya suku bunga sangat menentukan iklim investasi, tidak terkecuali dalam investasi di
bidang usaha penangkapan dan ekspor ikan tuna Indonesia. Maka sangat relevan bila disimulasikan pengaruh penurunan suku bunga investasi sebesar
2,5 persen untuk melihat dampaknya bagi produksi ikan tuna Indonesia, serta
pengaruhnya bagi kinerja permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional.
3. Jepang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia baik dalam ekspor maupun
dalam impor. Hubungan bilateral dalam bidang ekonomi antar kedua negara diperkuat dengan adanya Indonesia Jepang Economic Partnership Agreement
yang mulai dirintis sejak tahun 2004. Dampak kerjasama dengan Jepang yang akan menghapus tarif impor ikan tuna segar Indonesia menjadi 0 persen akan
meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia dari negara tersebut. Maka disimulasikan dampak penghapusan tarif impor ikan tuna
Indonesia oleh pemerintah Jepang. Hasil pembicaraan bilateral pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
telah menghasilkan kesepakatan akan adanya penurunan tarif impor ikan tuna Indonesia, dan wacana penghapusan tarif impor ikan tuna dari Indonesia.
Meskipun kebijakan ini masih merupakan wacana positif, namun cukup relevan untuk menjadi bahan pertimbangan apakah pelaku usaha ikan tuna
Indonesia siap menghadapi harga yang akan semakin murah di Jepang karena pembebasan tarif, dan akibat yang akan muncul karena penghapusan tarif
tersebut. 4.
Dampak penurunan harga ikan tuna Indonesia dari negara Amerika Serikat sebesar 10 persen. Akibat terjadinya krisis yang berkepanjangan di Amerika
Serikat, maka akan menurunkan pengeluaran konsumsi masyarakatnya yang secara langsung juga akan memengaruhi penurunan permintaan terhadap
ekspor ikan tuna Indonesia, yang akan menurunkan harga ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat. Maka sangat relevan bila disimulasikan penurunan harga
impor ikan tuna sebesar 10 persen di negara Amerika Serikat untuk melihat dampaknya pada ekspor ikan tuna Indonesia, untuk menjadi pertimbangan agar
pelaku usaha ikan tuna Indonesia siap menghadapi harga yang akan semakin murah di Amerika Serikat, dan akibat yang muncul karena penurunan harga
tersebut.