menjelaskan permintaan ekspor Uni Eropa sebesar 83,18 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.
Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari UE.
PersamaanPeubah Notasi
Koefisien Prob
Elastisitas
Total Permintaan
Ekspor dari Uni Eropa
XTUE
t
- -
- Intersept
C -0,0003
Harga Ikan tuna Indonesia di Uni
Eropa PTUE
t
-11879,7 0,000197
-0,412 Harga
Salmon sebagai
substitusi Ikan tuna
PSUBSTUE
t
7529,841 0,00641
0,221 Harga Ikan tuna
Thailand di pasar Uni Eropa
PTHAIUE
t
80645,93 0,0015
2,043 Gross
National Product
Uni Eropa GNPUE
t
0,083474 0,0018
5,859 Jumlah
penduduk Uni Eropa
POPUE
t
0,000219 0,001
0,296 Tarif Uni Eropa
yang dikenakan
pada ikan
tuna Indonesia
TRFUE
t
-12937,7 0,0273
-2,778 Konsumsi Ikan tuna
per kapita di Uni Eropa
KONSUE
t
9042,561 0,0395
1,816 Kebijakan
pemerintah Uni
Eropa terhadap
ekspor ikan tuna dari Indonesia
KBJKUE
t
-37320,9 0,0154
Trend TUE
t
50540,31 5,401
Adjusted R-squared 0,831815
= signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen
= signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen
Variabel harga ikan tuna Indonesia di Uni Eropa PTUE
t
, Harga ikan tuna Thailand di Uni Eropa PTHAIUE
t
, Pendapatan Regional Uni Eropa GNPUE
t
, jumlah penduduk Uni Eropa POPUE
t
, dan tren yang menggambarkan selera
konsumsi ikan tuna Indonesia preference di Uni Eropa TUE
t
signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Variabel tarif yang diterapkan di Uni Eropa
terhadap ikan tuna Indonesia TRFUE
t
, Konsumsi Ikan tuna Masyarakat Uni Eropa perkapita pertahun KONSUE
t
dan kebijakan pemerintah Uni Eropa terhadap impor ikan tuna IndonesiaKBJKUE
t
Hasil pendugaan menunjukkan bahwa Harga Ikan tuna Indonesia di Uni Eropa berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor ikan tuna dari Uni Eropa.
Kenaikan harga ikan tuna akan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Uni Eropa. Harga salmon sebagai substitusi ikan tuna di Uni Eropa berhubungan
positif dengan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kenaikan harga salmon akan menaikkan permintaan ikan tuna Indonesia, karena masyarakat Uni Eropa
akan memilih mengkonsumsi ikan tuna sebagai pengganti salmon. Harga ikan tuna Thailand sebagai negara eksportir kompetitor membawa
pengaruh positif bagi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Uni Eropa. Ada kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan tuna dari pemasok
yang memberikan harga yang lebih bersaing. Pendapatan Domestik Uni Eropa justru memberikan pengaruh positif pada permintaan ekspor ikan tuna Uni Eropa
terhadap ikan tuna Indonesia, kenaikan GNP Uni Eropa justru meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna asal Indonesia. Jumlah penduduk Uni Eropa yang
meningkat akan menaikkan permintaan konsumsi ikan ikan tuna, yang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di Uni Eropa.
Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Uni Eropa, tak terkecuali pada ekspor ikan tuna asal Indonesia memberikan hubungan yang
negatif pada permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kebijakan yang diterapkan menyangkut tarif dan quota untuk melindungi ikan tuna produksi dalam negeri
Uni Eropa dan negara-negara yang mempunyai hubungan dagang khusus dengan Uni Eropa, serta kebijakan menyangkut pembatasan dari sisi persyaratan kualitas
dan higinitas membutuhkan usaha yang lebih giat lagi dari pemerintah dan pelaku penangkapan serta pengekspor ikan tuna untuk lebih meningkatkan kualitas ikan
tuna Indonesia agar dapat lebih bersaing di pasar ekspor Uni Eropa. Variabel Trend yang menggambargan selera konsumen di Uni Eropa juga menunjukkan
adanya peningkatan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari tahun ke tahun.
Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.
5.2.6. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor dari Jepang.
Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Jepang disajikan pada Tabel 10. Hasil pendugaan
parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga ikan tuna Indonesia di pasar Jepang, Harga Salmon sebagai substitusi Ikan tuna,
Harga ikan tuna Thailand di pasar Jepang, GNP Jepang, Populasi Jepang, Tarif yang dikenakan terhadap ikan tuna Indonesia di pasar Jepang, Konsumsi Ikan tuna
perkapita di Jepang, Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang terhadap ikan tuna Indonesia, serta Trend yang menggambarkan selera konsumsi ikan tuna
masyarakat Jepang, dapat menjelaskan permintaan ekspor Jepang sebesar 83,18 persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.
Hasil pendugaan menunjukkan bahwa Harga Ikan tuna Indonesia di Jepang berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor ikan tuna dari Jepang.
Kenaikan harga ikan tuna akan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Jepang. Harga salmon yang dipilih sebagai ikan yang dapat mensubstitusi ikan tuna karena
sama-sama dapat dikonsumsi sebagai sashimi makanan favorit di Jepang, berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kenaikan
harga salmon akan menaikkan permintaan ikan tuna Indonesia, karena masyarakat Jepang akan memilih mengkonsumsi ikan tuna sebagai pengganti salmon.
Harga ikan tuna Thailand sebagai negara eksportir kompetitor membawa pengaruh positif bagi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Jepang. Ada
kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan tuna dari pemasok yang memberikan harga yang lebih bersaing. Pendapatan Domestik Jepang justru
memberikan pengaruh positif pada permintaan ekspor ikan tuna Jepang terhadap ikan tuna Indonesia, kenaikan GNP Jepang meningkatkan permintaan ekspor ikan
tuna asal Indonesia. Jumlah penduduk Jepang yang meningkat akan menaikkan permintaan konsumsi ikan tuna, yang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan
tuna Indonesia di Jepang.
Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Jepang.
PersamaanPeubah Notasi
Koefisien Prob
Elastisitas
Total Permintaan Ekspor dari Jepang
XTJ
t
- -
- Intersept
C 30372987
0.161 Harga Ikan tuna
Indonesia di Jepang PTJ
t
-1612012 0.08763
-8.710 Harga Salmon
sebagai substitusi Ikan tuna
PSUBSTJ
t
128091.2 0.09005
0.679 Harga Ikan tuna
Thailand di pasar Jepang
PTHAIJ
t
169978 0.08695
1.008 Nilai Tukar Riil
Jepang ERRIILJ
t
92.23755 0.0002
0.410 Gross National
Product Jepang
GNPJ
t
5.207955 0.186
1.940 Jumlah penduduk
Jepang POPJ
t
0.066346 0.0653
2.193 Tarif Jepang yang
dikenakan pada ikan tuna Indonesia
TRFJ
t
-1073.83 0.04351
-0.004 Konsumsi Ikan tuna
per kapita di Jepang KONSJ
t
35062.25 0.4196
1.883 Kebijakan
pemerintah Jepang terhadap ekspor
ikan tuna dari Indonesia
KBJKJ
t
-186987 0.0315
Trend TJ
t
121433.2 0.0827
0.956 Adjusted R-squared 0,831868
= signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen
= signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen
Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Jepang, tidak terkecuali pada ekspor ikan tuna asal Indonesia memberikan hubungan yang
negatif pada permintaan ekspor ikan tuna Indonesia. Kebijakan yang diterapkan menyangkut tarif dan quota untuk melindungi ikan tuna produksi dalam negeri
Jepang dan negara-negara yang mempunyai hubungan dagang khusus dengan Jepang, serta kebijakan menyangkut pembatasan dari sisi persyaratan kualitas dan
higinitas membutuhkan usaha yang lebih giat lagi dari pemerintah dan pelaku
penangkapan serta pengekspor ikan tuna untuk lebih meningkatkan kualitas ikan tuna Indonesia agar dapat lebih bersaing di pasar ekspor Jepang. Variabel Trend
yang menggambarkan selera konsumen di Jepang juga menunjukkan adanya peningkatan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari tahun ke tahun. Semua
hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi ceteris paribus.
5.3. Validasi Model
Validasi model merupakan tahapan yang digunakan untuk mengetahui apakah model cukup valid untuk selanjutnya dilakukan simulasi alternatif
kebijakan. Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana model hasil penelitian dapat mewakili dunia nyata. Kriteria statistik untuk
validasi nilai pendugaan model ekonometrika menggunakan beberarapa indikator, dalam penelitian ini yang digunakan adalah Root Means Squares Percent Error
RMSPE untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya pada periode pengamatan. Selain
RMSPE digunakan Theils Inequality Coefficient U yang idealnya mendekati nol karena jika nilainya satu maka model dapat dikatakan naif. Validasi model faktor-
faktor yang memengaruhi perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional dilakukan dengan simulasi dasar baseline untuk periode sampel pengamatan
penelitian tahun 1990-2009 terhadap nilai aktualnya. Hasil validasi model faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor
ikan tuna Indonesia di pasar internasional, seperti yang disajikan pada Tabel 11 memperlihatkan dari seluruh persamaan, terdapat enam persamaan 85,71 persen
yang memiliki nilai RMSPE di bawah 30 persen. Artinya nilai prediksi masih dapat mengikuti kecenderungan data historisnya dengan baik. Dan secara umum
semua persamaan 100 persen memiliki nilai U Theil di bawah 0,3 sehingga dapat diartikan simulasi model yang digunakan pada analisis faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional mengikuti data aktualnya dengan baik sehingga dapat dilakukan simulasi pada
tahap selanjutnya.
Hasil validasi model faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional pasar internasional secara lengkap disajikan
pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Validasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Ekspor Ikan tuna Indonesia di Pasar Internasional.
No. Peubah
Notasi Durbin
Watson Statistik
RMSPE U
1 Produksi Ikan tuna
Indonesia QT
t
2,42 1,2991
0,011997 2
Permintaan Ikan tuna Domestik
QDT
t
2,32 6,9348
0,053589 3
Total Ekspor Ikan tuna Indonesia
XT
t
2,29 5,7111
0,062492 4
Harga Ikan tuna Domestik
PT
t
2,48 3,4367
0,030237 5
Permintaan Ekspor Ikan tuna
Indonesia dari Amerika Serikat
XTAS
t
2,68 4,7144
0,042607
6 Permintaan Ekspor
Ikan tuna Indonesia dari Uni
Eropa XTUE
t
1,71 9,1132
0,149749
7 Permintaan Ekspor
Ikan tuna Indonesia dari
Jepang XTJ
t
2,32 45,3243
0,042607
Tingkat autokorelasi dapat dilihat dari hasil statistik Durbin-Watson yang pada penelitian ini bernilai 1,71-2,68. Hal ini menunjukkan bahwa model faktor-
faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional tidak memiliki masalah autokorelasi. Masalah autokorelasi dalam
suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson berada dibawah 1,21 dan diatas 2,79. Pada interval 2,35-2,79 tidak dapat disimpulkan
ada atau tidaknya autokorelasi Makridakis et al., 1995.
5.4. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model
Untuk melihat dampak perubahan kebijakan maupun fenomena yang ada saat ini terhadap peubah-peubah endogen dalam sistem persamaan dilakukan
beberapa simulasi perubahan variabel eksogen karena perubahan tersebut dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif atau bahkan mungkin tidak
membawa dampak sama sekali terhadap masing-masing peubah endogen. Evaluasi perubahan dilakukan untuk membandingkan dampak yang ditimbulkan
dalam ekspor ikan tuna Indonesia. Simulasi kebijakan yang dilakukan pada model faktor-faktor yang
mempengarui permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional adalah: 1 Dampak penambahan jumlah kapal penangkap sebesar 25 persen, 2
Dampak penurunan suku bunga sebesar 2,5 persen, 3 Dampak penghapusan tarif impor oleh pemerintah Jepang, 4 Dampak penurunan harga Ikan tuna Indonesia
di negara Amerika Serikat sebesar sepuluh persen.
5.4.1. Dampak kenaikan jumlah kapal penangkap sebesar 25 persen.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk
perikanan terbesar di asia pada tahun 2015. Langkah utama yang digulirkan adalah membangun minapolitan di 11 WPP Wilayah Pengelolaan Perikanan. Di
dalamnya ada program penambahan 1.000 kapal penangkap ikan berbobot 30 ton ke atas pada 2011 atau kenaikan sebesar 25 persen dari rata-rata jumlah kapal
pada periode penelitiam 1990-2009. Kapal ini akan dimiliki oleh koperasi atau kelompok nelayan.
Kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan hasil penangkapan ikan tuna Indonesia disimulasikan dengan kenaikan jumlah kapal pengangkap
yang disediakan pemerintah dan disalurkan melalui koperasi nelayan sebesar sepuluh persen. Simulasi tersebut dipandang cukup relevan untuk mencerminkan
usaha kuat pemerintah dalam rangka mendorong kemajuan usaha penangkapan ikan tuna sehingga dapat diketahui bagaimana dampaknya terhadap permintaan
ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Internasional. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 12.
Kenaikan jumlah kapal penangkap ikan tuna sebesar 1000 kapal atau 25 persen dari rata-rata jumlah kapal periode penelitian menyebabkan produksi ikan
tuna Indonesia mengalami peningkatan sebesar 6,50 persen. Naiknya produksi ikan tuna Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan harga tuna domestik
sebesar 0,28 persen, dan penurunan harga tuna domestik tersebut akan meningkatkan permintaan ikan tuna domestik sebesar 8,03 persen, hal ini sejalan
dengan target pemerintah dalam meningkatkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain, bahkan di
Asia. Peningkatan produksi ikan tuna Indonesia juga meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia ke AS sebesar 4,19 persen, ke Jepang sebesar
3,69 persen, dan ke UE sebesar 0,19 persen. Tabel 12. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Kenaikan Jumlah Kapal, Tahun
1990-2009
Peubah Nilai
Dasar Nilai
Simulasi Kebijakan
Perubahan Unit
persen PT
t
Harga Ikan tuna Domestik
3,501 3,491
-0,00980 -0,28
QDT
t
Permintaan Ikan tuna Domestik
1919528 2073686,76
154158,69 8,03
QT
t
Produksi Ikan tuna Indonesia
3892975 4146018,2
253042,75 6,50
XT
t
Total Ekspor Ikan tuna Indonesia
1973447 2072331,4
98884,00 5,01
XTAS
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia
dari Amerika Serikat 154278
160744,7 6466,68
4,19 XTJ
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia
dari Jepang 1333921
1383078,6 49157,50
3,69 XTUE
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia
dari Uni Eropa 98262,78
98445,28 182,50
0,19
5.4.2. Dampak Kebijakan Penurunan Tingkat Suku Bunga oleh Bank Indonesia
Suku bunga investasi yang menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia merupakan salah satu instrumen kebijakan yang
dapat dilakukan atau dikendalikan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mendorong investasi di bidang produksi dan ekspor ikan tuna segar Indonesia.
Kebijakan pemerintah di bidang moneter yang disimulasikan dengan menurunkan suku bunga sebesar 2,5 persen dipandang cukup relevan untuk
melihat bagaimana dampak penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia terhadap
permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Internasional. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga oleh Bank Indonesia.
Peubah Nilai
Dasar Nilai
Simulasi Kebijakan
Perubahan Unit
persen PTt Harga Ikan tuna Domestik
3,501 3,496
-0,005 -0,14
QDT
t
Permintaan Ikan tuna Domestik
1919528 1953433,69
33905,615 1,77
QT
t
Produksi Ikan tuna Indonesia
3892975 3997637,8
104662,350 2,69
XT
t
Total Ekspor Ikan tuna Indonesia
1973447 2044204,11
70756,710 3,59
XTAS
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari
Amerika Serikat 154278
158381,55 4103,518
2,66 XTJ
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Jepang
1333921 1347477,79
13556,639 1,02
XTUE
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari
Uni Eropa 98262,78
99340,2 1077,420
1,10
Penurunan suku bunga investasi sebesar 2,5 persen akan berpengaruh meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia sebesar 2,69 persen. Produksi ikan
tuna yang memerlukan investasi sangat besar untuk biaya tangkap, pendaratan, cold storage
, pengepakan, dan penyimpanan stok di kapal penangkap sebelum ikan tuna diturunkan di pelabuhan sangat bergantung pada suku bunga dalam
rangka pemodalan dan keputusan investasi, sehingga terlihat bahwa penurunan suku bunga investasi memberikan dampak langsung terhadap kenaikan produksi
ikan tuna Indonesia. Kenaikan produksi ikan tuna Indonesia ternyata meningkatkan pula total
ekspor ikan tuna segar Indonesia sebesar 3,59 persen. Total ekspor ikan tuna Indonesia yang merupakan agregat permintaan ekspor ikan tuna segar ke Jepang,
AS, UE dan ROW meningkat 3,59 persen karena peningkatan permintaan AS
yang meningkat 2,66 persen, permintaan Jepang yang meningkat 1,02 persen, dan permintaan UE yang meningkat sebesar 1,10 persen.
5.4.3. Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Ikan Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang.
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam membina hubungan baik dengan pihak Jepang sebagai negara pengimpor ikan tuna Indonesia terbesar saat ini
membuahkan hasil yang menggembirakan dalam hal penurunan tarif impor ikan tuna yang dibebankan pemerintah Jepang terhadap ikan tuna Indonesia. Negosiasi
yang dilakukan oleh kementerian terkait yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan terus dilanjutkan
dalam rangka mempererat kerjasama perdagangan dengan Jepang dan mendapat pembebasan tarif sehingga mendapatkan tarif 0 persen. Simulasi tersebut
dipandang cukup relevan untuk mencerminkan usaha pemerintah dalam rangka mendukung ekspor ikan tuna Indonesia. Sehingga dapat diketahui bagaimana
dampaknya terhadap permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar Internasional. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 14.
Kerjasama yang terjalin antara Jepang dan Indonesia merupakan kerjasama yang saling menguntungkan mengingat terus meningkatnya konsumsi ikan tuna
masyarakat Jepang dan pihak Jepang memerlukan pasokan ikan tuna segar berkualitas, sementara di sisi lain hasil produksi ikan tuna Indonesia yang tidak
terkonsumsi di dalam negeri Indonesia memerlukan pasar internasional yang sampai saat ini masih didominasi oleh tiga negara pengimpor utama yang Jepang
masih menjadi pemimpin dalam hal nilai dan volume impornya. Pembebasan tarif yang disimulasikan diterapkan oleh negara Jepang, akan
menaikkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di negara Jepang sebesar
8,97
persen, merupakan jumlah yang sangat positif bagi perkembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Dengan bertambahnya permintaan ekspor dari negara Jepang,
karena total ekspor merupakan penjumlahan ekspor ke negara Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa, maka terlihat terjadi penurunan sebesar 1,87 persen di Uni
Eropa, dan sebesar
2,21
persen di Amerika Serikat, meskipun secara agregat total ekspor ikan tuna Indonesia mengalami kenaikan sebesar
14,17
persen. Kenaikan ekspor memberikan harapan positif bagi para pelaku usaha penangkapan ikan
tuna, sehingga mampu menaikkan produksi ikan tuna sebesar 2,44 persen. Namun kenaikan permintaan ekspor menyebabkan kenaikan harga ikan tuna
domestik cukup tinggi yaitu sebesar
15,05
persen, sehingga menurunkan permintaan ikan tuna domestik sebesar 9,62 persen.
Tabel 14. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak Penghapusan Tarif Impor Ikan Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang.
Peubah Nilai
Dasar Nilai
Simulasi Kebijakan
Perubahan Unit
persen PT
t
Harga Ikan tuna Domestik
3,501 4,028
0,527 15,05
QDT
t
Permintaan Ikan tuna Domestik
1919528 1734791,55
-184736,525 -9,62
QT
t
Produksi Ikan tuna Indonesia
3892975 3987792,55
94817,100 2,44
XT
t
Total Ekspor Ikan tuna Indonesia
1973447 2253001
279553,600 14,17
XTAS
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia
dari Amerika Serikat 154278
150864,7 -3413,330
-2,21 XTJ
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari
Jepang 1333921
1453584,15 119663
8,97 XTUE
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia
dari Uni Eropa 98262,78
96425,78 -1837
-1,87
Dalam rangka mempertahankan agar stabilitas pangan bermutu bagi konsumsi domestik tetap terjaga, maka perlu adanya kebijakan pembatasan oleh
pemerintah Indonesia agar para eksportir ikan tuna tetap memprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan domestik sebelum memenuhi permintaan ekspor ikan tuna
dari pasar internasional, sehingga untuk tetap mampu memenuhi permintaan ekspor yang meningkat, perlu dipikirkan tekhnologi dan kebijakan lanjutan untuk
meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia secara maksimal dengan tetap menjaga kelestarian laut Indonesia, sehingga tetap dapat mencukupi kebutuhan
domestik dan permintaan ekspor ikan tuna di tahun-tahun mendatang.
5.4.4. Dampak Penurunan Harga Ekspor Ikan Tuna Indonesia di Negara Amerika Serikat Sebesar 10 persen.
Krisis berkepanjangan di negara Amerika Serikat akhir-akhir ini ternyata telah berhasil memicu terjadinya perubahan terhadap permintaan komoditas dari
negara tersebut sehingga menurunkan harga komoditi di Amerika Serikat dan diprediksi akan terus turun untuk tahun depan karena krisis global belum akan
membaik. Untuk itu simulasi penurunan harga ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh penurunan harga
ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat tersebut terhadap permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Hasil simulasinya ditampilkan pada Tabel
15. Tabel 15. Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak penurunan harga ekspor
ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat sebesar 10 persen.
Peubah Nilai Dasar
Nilai Simulasi
Kebijakan Perubahan
Unit persen
PT
t
Harga Ikan tuna Domestik
3,501 3,498
-0,0031 -0,09
QDT
t
Permintaan Ikan tuna Domestik
1919528 1945792,55
26264,47 1,37
QT
t
Produksi Ikan tuna Indonesia
3892975 3887792,55
-5182,9 -0,13
XT
t
Total Ekspor Ikan tuna Indonesia
1973447 1942000
-31447,4 -1,59
XTAS
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia
dari Amerika Serikat 154278
179042 24763,97
16,05 XTJ
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari
Jepang 1333921
1232921,15 -101000
-7,57 XTUE
t
Total Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia
dari Uni Eropa 98262,78
98147,215 -115,57
-0,12
. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa penurunan harga ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat sebesar 10 persen berpengaruh juga terhadap
penurunan harga domestik yang selalu mengikuti perkembangan harga ikan tuna dunia sebesar 0,09 persen. Turunnya harga ikan tuna domestik akan
menyebabkan penurunan produksi ikan tuna sebesar 1,37 persen karena ekspektasi negatif dari para pelaku usaha penangkapan ikan tuna akibat penurunan
harga. Penurunan harga domestik menaikkan permintaan ikan tuna domestik
sebesar 1,37 persen, hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa permintaan akan meningkat saat harga komoditas turun, searah dengan
meningkatnya permintaan ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat. Setelah melihat hasil simulasi penurunan harga ikan tuna Indonesia di Amerika Serikat
sebesar 10 persen, diharapkan para pelaku usaha tuna dalam negeri dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi dampak penurunan harga ikan tuna di
Amerika Serikat tersebut, sehingga dapat dijaga jangan sampai terjadi penurunan produksi hasil tangkapan yang akan menurunkan total ekspor ikan tuna Indonesia
di pasar internasional.
VI.KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.
Kesimpulan
Dari pembahasan bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia secara
signifikan adalah Interest Rate Suku Bunga Riil, Jumlah kapal, Produksi Ikan tuna tahun yang lalu, Trend sebagai proxy perkembangan tekhnologi, dan
Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan produksi ikan tuna Indonesia seperti pengurusan izin usaha yang dipermudah, perbaikan
pelabuhan dan pembangunan cold storage yang memadai, proteksi keamanan dengan penyelesaian masalah illegal fishing yang banyak terjadi di perairan
Indonesia. Sedangkan variabel jumlah tenagakerja yang terlibat pada proses usaha produksi memengaruhi secara positif namun tidak signifikan terhadap
produksi ikan tuna Indonesia. 2.
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna domestik secara signifikan adalah pendapatan nasional dan populasi, sedangkan harga ikan tuna
domestik memengaruhi permintaan ikan tuna domestik secara negatif namun tidak signifikan, seperti harga udang yang memengaruhi permintaan ikan tuna
domestik secara positif namun tidak signifikan. 3.
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional dianalisis dengan melihat karakteristik permintaan ekspor
tiga negara pengimpor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah harga ikan tuna
Indonesia di negara tersebut, harga ikan salmon sebagai ikan substitusi ikan tuna, harga ikan tuna thailand sebagai eksportir selain Indonesia, nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara pengimpor, GNP negara pengimpor, jumlah penduduk, tarif yang diberlakukan terhadap impor ikan tuna asal Indonesia,
dan konsumsi ikan tuna perkapita. 4.
Produksi dan ekspor ikan tuna Indonesia ternyata dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Indonesia dan kebijakan yang diterapkan negara pengimpor.
Kebijakan yang dilakukan oleh KKP RI dalam mendorong produksi ikan tuna
dan Kementerian Perdagangan RI dalam meningkatkan ekspor perlu terus dilakukan, sebagai langkah konkretnya pelaksanaan minapolitan dengan
pengadaan kapal penangkap, penurunan tingkat suku bunga investasi oleh Bank Indonesia dalam rangka mendorong kegiatan usaha penangkapan dan
ekspor ikan tuna Indonesia. Kebijakan penghapusan tarif di negara Jepang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna dari negara Jepang, yang akan
mensubstitusi dan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Amerika dan Uni Eropa bila produksi tidak dapat ditingkatkan. Penurunan
harga di Amerika Serikat juga akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat, dan mensubstirusi permintaan ikan tuna di
negara-negara yang lain juga bila produksi ikan tuna tidak ditingkatkan.
6.2 Saran
1. Produksi ikan tuna Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh Interest Rate karena untuk melakukan usaha penangkapan ikan tuna diperlukan modal yang
tidak sedikit, sehingga Interest Rate akan sangat memengaruhi keputusan para pelaku usaha produksi ikan tuna. Untuk mempertahankan produksi agar tetap
stabil bahkan meningkat, maka diharapkan Bank Indonesia melakukan kebijakan untuk menurunkan Interest Rate. Suku bunga yang rendah
menjamin produksi dan ekspor stabil. Oleh karena itu kebijakan di bidang moneter diharapkan dapat memberikan iklim yang positif bagi pengembangan
ekspor di bidang perikanan. 2. Alternatif lain yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi ikan tuna
Indonesia yang saat ini masih jauh di bawah potensi lestari adalah dengan menambah jumlah kapal penangkap. Kebijakan yang dilakukan oleh KKP RI
dengan program minapolitannya yang memfasilitasi kelompok nelayan dan koperasi
dengan penambahan
kapal penangkap
diharapkan dapat
memaksimalkan tangkapan ikan tuna di perairan Indonesia yang saat ini masih banyak dicuri oleh kapal penangkap dari negara lain yang lolos dari pantauan
patroli keamanan perairan Indonesia. 3. Ekspor ikan tuna Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh harga ikan tuna
Internasional dan harga ekspor ke masing-masing negara tujuan, Saat harga ikan tuna segar jatuh, sebaiknya ada alternatif selain mengekspor ikan tuna