TINJAUAN PUSTAKA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG OPERASI CAMPURAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 POPONGAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

commit to user 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Hakikat Keterampilan Berhitung Operasi Campuran Bilangan Bulat

a. Hakikat Keterampilan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002: 1180, dikemukakan bahwa keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Seseorang dapat dikatakan terampil bila sudah cekatan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Setiap orang memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil tugas yang dikerjakan. Menurut pendapat Aksay, secara morfologis istilah keterampilan diambil dari kata skill, maka memuat arti kemampuan mengerjakan sesuatu dengan baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan. Dalam http:aksay.multiply.comjournalitem20, diakses 2 Januari 2011. Keterampilan pada dasarnya merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk memaksimalkan semua fungsi perkembangan manusia sehingga menjadikan manusia yang utuh. Istilah keterampilan mengacu pada kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara yang efektif. Keterampilan ditentukan bersama dengan belajar dan keturunan. Keterampilan dapat didefinisikan secara abstraksi dan umum sebagai kecerdasan, keterampilan hubungan antarpribadi secara sempit dan spesifik pertimbangan verbal, kemampuan persuasif. Menurut Patten yang dikutip oleh Sri Wahyuni 2009: 5, keterampilan adalah suatu kemampuan siswa yang dibawa ke tempat belajar, pengetahuan, kecakapan-kecakapan interpersonal dan kecakapan-kecakapan teknis. Para siswa yang tidak memiliki kemampuan yang diperlukan untuk pembelajaran mungkin tidak mampu menghasilkan prestasi yang baik. Seorang guru akan mempersempit kemungkinan-kemungkinan untuk mengenali pembelajaran siswa dengan membandingkan hasil dan perilaku, masalah-masalah kondisi yang menghambat commit to user 24 aktivitas belajar akan menjadi jauh lebih jelas. Hal ini membawa siswa ke tahap berikutnya yang lebih baik dari upaya dan keterampilan. Tingkat keterampilan hanya dinilai dengan melihat prestasi seorang siswa. Setiap nilai yang di bawah standar melambangkan kekurangan. Siswa yang berprestasi rendah mungkin membutuhkan bimbingan lagi. Bila siswa tetap belajar, mereka membutuhkan banyak latihan. Siswa yang berprestasi baik memperlihatkan cukup keterampilan. Menurut Raynor yang dikutip oleh Sri Wahyuni 2009: 5-6, sebenarnya siswa dengan nilai keterampilan di atas standar mungkin terlalu mampu untuk pelajaran sekarang. Dalam hal ini, siswa membutuhkan pengaturan belajar kembali untuk memberikan banyak tantangan. Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Dalam http:saifulmmuttaqin.blogspot.com201003pembelajaran- ketrampilan.html, diakses 2 Januari 2011. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat. Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan dikatakan terampil bila selalu melatih keterampilan yang dimiliki. Melatih keterampilan dapat dilakukan sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya keterampilan berhitung. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di mana keahlian atau kemampuan itu timbul dikarenakan faktor keturunan dan kebiasaan seseorang itu belajar dan berlatih secara berkesinambungan.

b. Hakikat Berhitung

Pembelajaran Matematika merupakan pembelajaran yang dimaksudkan untuk menggiring siswa agar memiliki kemampuan berpikir objektif, kritis, cermat, analitis, dan logis. Untuk memenuhi maksud tersebut, siswa harus memiliki keterampilan berhitung yang baik. Berhitung di samping menulis dan commit to user 25 membaca, dipandang sebagai salah satu landasan dan wahana pokok siswa untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Dengan memiliki keterampilan berhitung yang baik, siswa memiliki landasan kuat untuk mempelajari materi tersebut. Berhitung berasal dari kata dasar hitung yang berarti mengerjakan hitungan menjumlahkan, mengurangi, dan lain sebagainya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 406. Menurut David Glover 2007: 30, “In Arithmetic you add, subtract, multiply and divide numbers ”. Aritmatika berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, mengali dan membagi bilangan. Selanjutnya, menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman 2003: 253, aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Secara singkat, aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan. Berhitung merupakan salah satu tahapan belajar yang harus dilalui setiap anak. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kita sebagai orang tua atau guru mengajari anak untuk berhitung sedini mungkin, dikarenakan berhitung sangat erat dengan angka-angka. Dalam http:indonesiatera.combelajar-berhitung- dengan-aritmagic.html, diakses 3 Januari 2011. Dalam perkembangan aritmatika atau berhitung selanjutnya, penggunaan bilangan sering diganti dengan objek, pengguna objek dalam aritmatika inilah yang kemungkinan disebut aljabar oleh Dali S. Naga, dalam Mulyono Abdurrahman 2003: 253 Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berhitung adalah mengoperasikan sejumlah bilangan yang berbentuk angka yaitu menjumlahkan, mengurangi, membagi, mengali dan lain sebagainya. commit to user 26

c. Hakikat Keterampilan Berhitung

Keterampilan berasal dari kata dasar terampil yang berarti pandai melakukan sesuatu dalam bentuk tindakan http:nucleussmart.blogspot.com, diakses 3 Januari 2011. Keterampilan diambil dari kata terampil skill full yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. http:malhikdua.sch.idkomunitas-dan-kegiatnpkl.html, diakses 3 Januari 2011. Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. http:www.iphinkod.co.cc200904keterampilan- berbahasaindoensia.html, diakses 3 Januari 2011. Keterampilan mengacu kepada kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam cara yang efektif. Keterampilan ditentukan bersama dengan belajar dan keturunan. Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan baru seseorang http:gozalionline.blogspot.com.html , diakses tanggal 4 Januari 2011. Berdasarkan uraian di atas keterampilan adalah kemampuan melakukan sesuatu melalui belajar yang berupa tindakan dengan cepat dan tepat, secara efektif untuk menempati isi tertentu. “Berhitung” merupakan salah satu aspek dalam Matematika yang terdapat pada hampir setiap cabang Matematika seperti aljabar, geometri, dan statistika Sulis, 2007: 14. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat belajar khas. Jika dibandingkan dengan ilmu yang lain kegiatan belajar mengajar Matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena setiap siswa yang belajar Matematika haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan siswa. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menunjang cara berfikir yang cepat, tepat dan commit to user 27 cermat. Keterampilan berhitung sangat mendukung keterampilan siswa dalam memahami simbol-simbol dalam Matematika.

d. Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat

1 Penjumlahan Bilangan Bulat a Penjumlahan Dua Bilangan Positif Dalam penjumlahan bilangan positif dengan bilangan positif, cara menjumlah sama dengan penjumlahan pada bilangan asli. Contoh: 2 + 3 = ……… 5 3 2 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 Penyelesaian: Dari titik 0 nol ke kanan 2 langkah ditambah dengan 3 langkah ke kanan, maka hasilnya adalah 5. Jadi, 2 + 3 = 5 Keterangan: i Panah garis lurus → menunjukkan bilangan-bilangan yang dijumlahkan. ii Panah garis putus-putus --- menunjukkan hasil penjumlahan. iii Arah panah ke kanan menunjukkan bilangan bulat positif. b Penjumlahan Dua Bilangan Negatif Contoh: -2 + - 3 = ………… -5 -3 -2 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 commit to user 28 Jadi, -2 + -3 = -5 Keterangan: arah panah ke kiri menunjukkan bilangan negatif. c Menjumlahkan Bilangan Positif dan Bilangan Negatif Contoh: 2 + - 4 = ………….. -2 -4 2 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 Jadi, 2 + -4 = -2 2 Pengurangan Bilangan Bulat Pengurangan bilangan bulat adalah penjumlahan dengan lawan bilangannya. a Pengurangan Dua Bilangan Positif Contoh: 5 – 3 = ……….. 2 3 5 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 Jadi, 5 – 3 = 2 b Mengurangi Bilangan Negatif dengan Bilangan Positif Contoh: -5 – 2 = ……….. a – b = a + -b a – -b = a + b commit to user 29 -7 -2 -5 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 Jadi, -5 – 2 = -7 c Mengurangi Bilangan Positif dengan Bilangan Negatif Contoh: 6 – -3 = ……….. Jawab: Pada garis bilangan, -3 arah panahnya ke kiri. Tetapi, --3 arah panahnya ke kanan. 9 3 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jadi, 6 - -3 = 9 d Pengurangan Dua Bilangan Negatif -3 – -7 = …………. Jawab: 4 7 -3 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 Jadi, -3 - -7 = 4 3 Operasi Hitung Campuran Contoh: –4 + 6 – 3 = ……… commit to user 30 Jawab: -1 -4 6 -3 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 Jadi, -4 + 6 – 3 = -1 Keterangan: i Pada garis bilangan semakin ke kanan, nilai bilangan semakin besar. ii Jika arah panah menuju ke kanan, menunjukkan bilangan bulat positif. iii Jika arah panah menuju ke kiri, menunjukkan bilangan bulat negatif. Selain dengan garis bilangan, operasi hitung campuran dapat dikerjakan secara langsung, seperti contoh berikut ini: –50 – –25 + 45 = ……… Jawab: –50 – –25 + 45 = –50 + 25 + 45 = –25 + 45 = 20 4 Menyelesaikan Soal Cerita Contoh: Mula-mula suhu di suatu ruangan adalah -5 derajat. Kemudian suhunya dinaikkan 9 derajat. Berapa derajat suhu ruangan itu sekarang ? Jawab: -5 + 9 = 4 Jadi, suhu di ruangan itu sekarang adalah 4 derajat.

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Games-Tournament

TGT a. Hakikat Model Pembelajaran Menurut Joice dan Weil seperti dikutip dalam Isjoni 2010: 50, mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan dalam usaha commit to user 31 mengoptimalkan hasil belajar siswa. Di antaranya adalah model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu, dan lain sebagainya. Selain itu, juga ada model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT. Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: 1 tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2 materi ajar, 3 kondisi siswa, serta 4 ketersediaan sarana prasarana belajar. Oemar Hamalik 1994: 57 mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam Jurnal Internasional, learning is how a person or group comes to know, and knowig consist of variety types action in learning, a knower positions themselves in relation to the knowble, and engages Bill Cope, 2007: http:ijl.cgpubluiher.comabout.html, diakses tanggal 1 Maret 2011. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa belajar adalah bagaimana seseorang atau kelompok yang datang untuk mengetahui dan akhirnya mengetahui bermacam- macam tindakan dalam pembelajaran, dalam pembelajaran siswa menempatkan dirinya dalam hubungan saling mengetahui yang dipengaruhi oleh pengalaman, konsep, analisis, atau penerapan. Dari berbagai pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. commit to user 32

b. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie dalam Isjoni 2010: 16, menyebut cooperatif learning pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Isjoni 2010: 20, mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1 setiap anggota memiliki peran, 2 terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, 3 setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 4 guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan 5 guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Selanjutnya, Slavin 2005: 4 menyatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen Isjoni, 2010: 12. Dalam Jurnal Internasional yang ditulis JacobHannah, menyatakan bahwa cooperative learning, also known as collaborative learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among student dalam http:www.gorgejacobs.netcooperative.html, diakses 4 Januari 2011. Artinya, pembelajaran kooperatif yang juga dikenal sebagaipembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari konsep dan teknik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan kerja sama di antara siswa. Terdapat beberapa model pembelajaran yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif, dan langkah-langkah pembelajarannya sedikit bervariasi bergantung pada model pembelajaran yang digunakan. Beberapa model pembelajaran kooperatif telah dikembangkan oleh para ahli, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT, dalam metode ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok dengan kemampuan berbeda untuk saling memahami materi dan mengerjakan tugas sebagai sebuah kelompok, dan dipadukan dengan permainan yang berupa kompetisi antarkelompok dengan commit to user 33 kemampuan setara. Penjelasan mengenai TGT akan disampaikan pada bagian lain dari bab ini. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.

c. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Games-Tournament

TGT Menurut Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski menyatakan bahwa “TGT cooperation is more effective than interpersonal competition in facilitating positive maths attitudes, but not in promoting maths performance .” Dalam http:www.proquest.com.pqdweb.html, diakses 4 Januari 2011. Pembelajaran kooperatif TGT sangat efektif untuk bersaing antarindividu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam Matematika tetapi tidak dapat memelihara pekerjaannya dalam pembelajaran Matematika. Pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT pada awalnya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards di Universitas John Hopkins. David DeVries 1974 dalam laporan nomo r 173, menyatakan bahwa “TGT proved to have significant positive effects on academic achievement, student attitudes, and cognitive beliefs ”. TGT terbukti mempunyai efek positif signifikan terhadap prestasi akademik, sikap siswa, dan kepercayaan kognitif. Dalam laporan nomor 212, Burma Hulten dan David DeVries 1976 menyatakan bahwa “...TGT effects using an expectancy-value theory of student motivation”. Efek TGT dengan menggunakan teori nilai pengharapan dari motivasi siswa. Team-Games-Tournament TGT diharapkan dapat meningkatkan prestasi akademik siswa melalui peningkatan motivasi dan partisipasi siswa. Dalam http:www.eric.ed.gov, diakses 2 Januari 2011. Isjoni 2010: 83, berpendapat “TGT adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang commit to user 34 beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda”. Pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT adalah “Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan dan reinforcement”. Dalam http:nadhirin.blogspot.com201101metode-pembelajaran-efektif.html, diakses 2 Januari 2011. Slavin 2005: 143, menyatakan Team-Games-Tournament TGT adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis- kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan, termasuk juga dalam penyampaian materi di kelas. Team-Games-Tournament TGT menggunakan turnamen akademik dengan sistem skor kemajuan individu, siswa memainkan permainan akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan games ini bersama tiga sampai lima orang pada “meja-turnamen”, di mana peserta dalam satu meja turnamen ini adalah siswa yang memiliki kemampuan yang setara atau homogen. Team-Games-Tournament TGT mengharuskan teman satu tim saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah- masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam games temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Permainan Team-Games-Tournament TGT berupa pertanyaan- pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor maksimal bagi kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran. Sebuah prosedur “menggeser commit to user 35 kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih skor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan poin untuk timnya. Kemudian, ia akan “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi. Siswa dengan skor terendah akan “diturunkan”. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah akan bermain dengan yang berprestasi rendah juga dan yang berprestasi tinggi juga akan bermain dengan yang berprestasi tinggi, kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. Aktivitas belajar dengan permainan dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Metode pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan dan reinforcement. Pada pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan dalam beberapa tim yang terdiri dari 4 anggota atau lebih yang ditinjau dari tingkat kinerja, jenis kelamin, status sosial, dan sebagainya. Sesuai dengan namanya, model TGT ini mengandung kegiatan-kegiatan yang bersifat permainan. Permainan dalam TGT didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dan latihan soal. TGT menekankan kerja sama kelompok dalam mengumpulkan skor, keaktifan siswa dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup sebelum bermain. Suasana pertandingan cenderung lebih menyenangkan karena dalam bermain anak tidak selalu dituntut untuk berpikir keras. Secara umum, peran guru dalam model ini adalah memacu siswa agar lebih serius dan semangat kemudian membandingkannya dengan prestasi siswa kelompok lain. Dengan demikian, commit to user 36 dapat ditentukan kelompok mana yang berhasil mencapai prestasi yang paling baik. Menurut Slavin 2005: 7, Team-Games-Tournament memiliki kelemahan yaitu memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan, bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk, bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok maka pembelajaran tidak berjalan dengan semestinya, dan adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik- baiknya dalam kelompok belajar. Namun, Team-Games-Tournament juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode yang lainnya karena mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran seperti komik, VCD, teka – teki silang, scrabble, dan kartu bernomor. Kelebihan dari TGT yang lain yaitu dapat meningkatkan rasa percaya diri, kekompakan hubungan antaranggota kelompok, seluruh siswa menjadi lebih siap dan dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk saling membantu dalam menguasai pelajaran waktu kegiatan belajar mengajar lebih singkat dan keterlibatan siswa lebih optimal. Secara umum, TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kemampuan akademiknya setara. Hasilnya, siswa- siswa yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan kelompok tetap sama, tetapi siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding dapat berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota. Misalnya, mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding melawan siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan siswa-siswa yang berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu. Penerapan metode ini dengan cara mengelompokkan siswa secara heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi commit to user 37 antarkelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan games yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok, hasil kerja kelompok dipresentasikan sehingga terjadi diskusi kelas. Dari berbagai pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan dan reinforcement.

d. Komponen-komponen dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Menurut Slavin 2005: 166-167, komponen-komponen dalam TGT meliputi presentasi kelas, belajar kelompok, permainan games, turnamen tournament dan penghargaan kelompok team recognize. Komponen-komponen dalam TGT yang perlu diperhatikan diuraikan sebagai berikut: 1 Presentasi Kelas Dalam presentasi kelas, guru memperkenalkan materi pelajaran yang diberikan secara langsung atau mendiskusikan di dalam kelas. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran mengacu pada apa yang disampaikan oleh guru agar nantinya dapat membantu siswa dalam mengikuti games dan tournament. Maka, para siswa akan menyadari pentingnya presentasi kelas, karena akan sangat membantu dalam games dan tournament. Pada saat presentasi kelas siswa harus memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Hal ini akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja tim dan pada saat turnamen karena skor turnamen akan menentukan skor tim mereka. 2 Belajar Kelompok Kelompok terdiri empat sampai lima orang yang heterogen misalnya berdasar kemampuan akademik dan jenis kelamin, jika memungkinkan suku, ras atau kelas sosial. Diharapkan tiap anggota kelompok melakukan commit to user 38 hal yang terbaik bagi kelompoknya dan adanya usaha kelompok melakukan untuk membantu anggota kelompoknya sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademik dan menumbuhkan pentingnya kerja sama di antara siswa serta meningkatkan rasa percaya diri. Tujuan utama pembentukan kelompok adalah untuk memastikan semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari Lembar Kerja Siswa LKS dan mengerjakan soal-soal turnamen dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan tim umumnya adalah diskusi antaranggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota tim. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat games. Selama belajar dalam kelompok masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu apabila ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. Diskusi ini meningkatkan komunikasi dua arah antara siswa dan guru. 3 Permainan games Permainan games dibuat dengan isi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetes pengetahuan siswa yang didapat dari presentasi kelas dan belajar kelompok. Games dimainkan dengan meja yang berisi tiga atau empat murid yang diwakili oleh masing-masing kelompok yang berbeda. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor. Aturannya membolehkan pemain untuk menantang jawaban yang lain. Kelengkapan permainan berupa kartu bernomor pertanyaan atau soal dan kunci jawaban bernomor. Seorang siswa mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari nomor terambil yang sesuai dan berusaha menjawab pertanyaan. Siswa lain boleh menantang apabila mempunyai jawaban yang berbeda. Contoh perhitungan poin games dan tournament dengan empat pemain menurut Slavin 2005: 175, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: commit to user 39 Tabel 1. Contoh Perhitungan Poin Games dan Tournament untuk Empat Pemain Pemain Tanpa seri Seri nilai tertinggi Seri nilai tengah Seri nilai rendah Seri nilai tertinggi 3-macam Seri nilai terendah 3- macam Seri 4- macam Seri nilai tertinggi dan terendah Skor tertinggi 60 poin 50 poin 60 poin 60 poin 50 poin 60 poin 40 poin 50 poin Skor menengah teratas 40 poin 50 poin 40 poin 40 poin 50 poin 30 poin 40 poin 50 poin Skor menengah terendah 30 poin 30 poin 40 poin 30 poin 50 poin 30 poin 40 poin 30 poin Skor terendah 20 poin 20 poin 20 poin 30 poin 20 poin 30 poin 40 poin 30 poin Contoh perhitungan poin games dan tournament dengan tiga pemain menurut Slavin 2005: 175, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Contoh Perhitungan Poin Game dan Turnamen untuk Tiga Pemain Pemain Tidak ada yang seri Seri nilai tertinggi Seri nilai terendah Seri 3- macam Peraih skor tertinggi 60 poin 50 poin 60 poin 40 poin Peraih skor tengah 40 poin 50 poin 30 poin 40 poin Peraih skor rendah 20 poin 20 poin 30 poin 40 poin 4 Turnamen tournament Biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat presentasi kelas dan kelompok-kelompok mempraktikkan tugas- tugasnya. Turnamen adalah sebuah struktur di mana games berlangsung. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau akhir setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan tim telah mengerjakan lembar kerja. Untuk turnamen pertama, guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan sistem penilaian kemampuan perorangan dalam STAD. Kompetisi ini juga memungkinkan bagi siswa dari semua level di penampilan sebelumnya untuk memaksimalkan nilai kelompok mereka menjadi terbaik. Pada commit to user 40 turnamen pertama, guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin 2005: 86, dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Alur Penempatan Peserta Turnamen 5 Penghargaan Kelompok Team Recognize Menurut Slavin 2005: 175, berdasarkan skor rata –rata tim maka terdapat tiga kriteria penghargaan tim yaitu tim baik, tim sangat baik, dan tim super. Setelah mengikuti games dan tournament, setiap kelompok akan memperoleh poin. Rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari games dan tournament akan digunakan sebagai penentu penghargaan kelompok. Jenis penghargaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Tim yang mendapat nilai tertinggi diberikan reinforcement atau penghargaan. Dengan metode ini siswa akan terpacu untuk lebih siap belajar. Selain itu, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok dapat belajar dengan commit to user 41 sungguh-sungguh. Tim super akan mendapatkan sertifikat lampiran 44, halaman 180 atau bentuk penghargaan lainnya apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria penghargaan kelompok yaitu tim yang mendapatkan julukan super team tim super jika rata-rata skornya 50. Menurut Slavin 2005: 175, penghargaan diberikan jika telah melewati kriteria. Contoh kriteria penentuan penghargaan kelompok dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok Kriteria Rata-rata Tim Penghargaan 40 Tim Baik Good Team 45 Tim Sangat Baik Great Team 50 Tim Super Super Team Berdasarkan teori-teori mengenai pembelajaran kooperatif tipe TGT di atas, penulis menggunakan teori pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dikemukakan oleh Slavin sebagai acuan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT di SD N 04 Popongan kelas IV. B. PENELITIAN YANG RELEVAN Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran diantaranya yaitu: 1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Roiatul Amri 2010 dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Memahami Peristiwa Proklamasi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siswa Kelas V SDN Grajegan 01, Tawangsari, Sukoharjo, Tahun Ajaran 20092010 ”. Hasil dari penelitian, menyimpulkan bahwa pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT di kelas V SDN Grajegan 01 dapat meningkatkan kemampuan memahami peristiwa proklamasi. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Perbedaannya, terletak pada peneliti yang lebih menfokuskan pada keterampilan berhitung. commit to user 42 2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Naila Maulida 2010 dengan judul: “Meningkatkan Keterampilan Menghitung Bilangan Pecahan melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri Cangkringan, kecamatan Banyudono, kabupaten Boyolali, Tahu n Pelajara n 20092010 ”. Hasil dari penelitian, menyimpulkan bahwa pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Kontekstual di kelas IV SD Negeri Cangkringan dapat meningkatkan keterampilan menghitung bilangan pecahan siswa. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan menghitung. Perbedaannya, terletak pada model pembelajaran yang digunakan, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT dan peneliti lebih menfokuskan pada materi operasi campuran bilangan bulat. C. KERANGKA BERPIKIR Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, keterampilan berhitung operasi campuran bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 04 Popongan, Karanganyar tergolong rendah, terbukti dari 71,05 siswa mempunyai nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: guru masih mengajar secara konvensional sekaligus tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami kejenuhan dalam belajar. Selain itu, siswa tidak memiliki ketertarikan untuk belajar mata pelajaran Matematika dan materi yang didapat hanya mengandalkan guru saja. Kejenuhan dan ketidaktertarikan untuk belajar tersebut menyebabkan rendahnya keterampilan berhitung yang dimiliki siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin memberikan alternatif yang dapat membantu guru memperbaiki proses pembelajaran dan juga membantu siswa agar mampu meningkatkan keterampilan berhitung siswa. Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat divariasikan dengan commit to user 43 berbagai media pembelajaran, dapat meningkatkan rasa percaya diri serta keterlibatan siswa secara optimal, meningkatkan kekompakan hubungan antaranggota kelompok, dan dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk saling membantu dalam menguasai pelajaran. Pada kondisi akhir pembelajaran, dapat diperoleh hasil bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT dapat meningkatkan keterampilan berhitung operasi campuran bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 04 Popongan, Karanganyar. Hubungan variabel model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan keterampilan berhitung operasi campuran bilangan bulat dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Kondisi Awal Guru menggunakan model pembelajaran konvensional belum ada variasi dalam kegiatan pembelajaran. 1. Keterampilan berhitung materi operasi campuran bilangan bulat rendah 2. 28, 95 siswa memiliki nilai di atas KKM Siklus I Keterampilan berhitung Matematika naik dan 70 siswa memiliki nilai di atas KKM Melalui PTK, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games- Tournament TGT dalam pembelajaran Matematika materi operasi campuran bilangan bulat. Tindakan Kondisi Akhir Melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keterampilan berhitung Matematika materi operasi campuran bilangan bulat. Siklus II Keterampilan berhitung Matematika naik dan 75 siswa memiliki nilai di atas KKM commit to user 44 C. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT dapat meningkatkan keterampilan berhitung operasi campuran bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri 04 Popongan, kabupaten Karanganyar, Tahun Pelajaran 20102011“. commit to user 45

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SD N 07 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

0 5 106

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyoso Kabupaten Kar

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Jatiyoso 1 Kec. Jatiyo

0 1 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT ) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GABUS 3 KECAMATAN NGRAMPAL, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 11

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SD.

0 0 20