commit to user 17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh
kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi.
Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh Pemerintah, di antaranya melalui seminar, lokakarya, dan pelatihan-pelatihan dalam rangka
pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran bidang studi tertentu misalnya IPA, Matematika, dan lain-lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan
Pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia khususnya pendidikan Matematika di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik
ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil belajarnya. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan sistem dalam melatih
penalarannya. Melalui pengajaran Matematika diharapkan akan menambah kemampuan pengembangan keterampilan dan aplikasinya. Selain itu, Matematika
adalah sarana berpikir dalam menentukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan Matematika merupakan metode berfikir logis, matematis,
dan konstan. Oleh karena itu, semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada Matematika.
Wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV SD Negeri 04 Popongan, tidak semua mata pelajaran disenangi oleh siswa, salah satunya adalah
Matematika. Matematika sulit, itulah anggapan beberapa siswa di Sekolah Dasar,
commit to user 18
sehingga hal ini sangat mempengaruhi keterampilan berhitung dalam Matematika siswa. Salah satu materi yang dirasakan sulit pada mata pelajaran Matematika
kelas IV semester II adalah operasi hitung bilangan bulat khususnya pada pengerjaan hitung campuran. Guru masih menggunakan model pembelajaran
konvensional dan kurang bervariasi dalam mengajar, serta tidak menggunakan media pembelajaran atau alat peraga yang mendukung, sehingga siswa merasa
bosan dan kurang perhatian terhadap proses pembelajaran. Meskipun fasilitas yang disediakan cukup mendukung, namun guru merasa belum siap untuk
memaksimalkan penggunaan fasilitas yang ada. Setelah diadakan observasi dan pengamatan di kelas IV SD Negeri 04
Popongan, Karanganyar, kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran Matematika di sekolah tersebut sebagian besar masih dilakukan
secara konvensional, antara lain 1 guru menjelaskan secara mendetail dengan ceramah berulang-ulang; 2 siswa hanya disuruh untuk mencatat dan
menghafalkan konsep; 3 pembelajaran tidak disertai dengan penggunaan media yang menarik. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa menjadi pasif
dan mengalami kejenuhan dalam belajar. Kejenuhan tersebut menyebabkan rendahnya keterampilan berhitung yang dimiliki siswa.
Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti dari hasil tes awal pada siswa kelas IV SDN 04 Popongan, rata-rata nilai keterampilan berhitung
khususnya untuk materi operasi campuran bilangan bulat termasuk dalam kategori rendah. Nilai rata-rata keterampilan berhitung hanya sebesar 43,16 dengan kriteria
ketuntasan minimal KKM sebesar 64. Hal ini ditunjukkan dari 38 siswa, hanya sebanyak 11 anak 28,95 yang nilainya di atas batas tuntas. Fakta tersebut
merupakan suatu indikasi bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang berhasil dalam memberikan keterampilan berhitung pada siswa.
Secara umum, berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan tes awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa model pembelajaran konvensional
yang diterapkan oleh guru kelas tidak menimbulkan antusiasme dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Untuk menyelesaikan berbagai
masalah di atas dibutuhkan sebuah solusi. Materi dalam Matematika saling
commit to user 19
berkesinambungan, sehingga kurangnya keterampilan berhitung materi operasi campuran bilangan bulat akan mempengaruhi keterampilan berhitung pada materi
selanjutnya yaitu materi tentang pemecahan masalah sehari-hari yang melibatkan operasi campuran bilangan bulat. Salah satu solusi alternatif agar keterampilan
berhitung pada materi operasi campuran bilangan bulat dapat meningkat, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Peneliti ingin memberikan alternatif yang dapat membantu guru memperbaiki proses pembelajaran dan juga membantu siswa agar mampu
mengoperasikan bilangan bulat yaitu melalui salah satu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang menekankan pembelajaran secara
kelompok dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran individu yang menggunakan model konvensional.
Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Team-Games-Tournament TGT. Pada tipe ini terdapat beberapa
tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya
oleh guru. Selanjutnya, siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antarkelompok yang
dikemas dalam suatu permainan agar pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga membuat siswa aktif mencari
penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain, sehingga masing-masing siswa dapat menguasai materi. Dalam
pembelajaran tipe TGT, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru. Dengan
mendekati siswa, diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru.
Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games- Tournament TGT, karena model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menggunakan sistem kelompok kecil, sehingga siswa bisa meningkatkan kerja sama, saling membagikan ide, dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
commit to user 20
Dengan pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games- Tournament TGT, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna
dan memberi kesan yang kuat terhadap siswa serta meningkatkan keaktifan belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament
TGT ini cocok untuk semua umur dan semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Matematika.
Sehubungan dengan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul
“Peningkatan Keterampilan Berhitung Operasi Campuran Bilangan Bulat melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Games-Tournament TGT pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 04 Popongan Karanganyar Tahun Pelajaran 20102011”.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 1.
Model pembelajaran konvensional yang diterapkan oleh guru menimbulkan kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar Matematika.
2. Terbatasnya tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar Matematika.
3. Kurangnya sosialisasi tentang pembelajaran Matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament TGT. 4.
Rendahnya keterampilan berhitung dalam Matematika.
C. Pembatasan Masalah