Kondisi Sosial-Budaya Masyarakat Muslim Pariaman
anak laki-lakinya akan mewarisi gelar yang sama. Selanjutnya gelar tersebut akan disatukan dengan namanya, misal waktu kecil Robby Afandi dan dia
keturunan dari bagindo, maka namanya akan menjadi Bagindo Robby Afandi. Dengan penjelasan demikan dapat dikatakan bahwasanya
masyarakat Pariaman memakai sistem matrilineal dan patrilineal dalam kehidupan bermasyarakat.
17
Gelar-gelar yang di sebutkan di atas seperti sidi, bagindo, sutan dan marah diyakini asal usul gelar tersebut berasal dari
kebudayaan Islam dari Timur Tengah yang dikenalkan oleh seorang ulama yaitu Syekh Burhanudin yang memperkenalkan dan mengembangkan
tarekat syatariah di Pariaman.
18
Dalam pelaksanakan perayaan tradisi 10 Muharram setiap tahunnya dalam rangka memperingati kematian Husein bin Ali, keempat golongan
seperti bagindo,sidi,sutan dan marah terdapat perbedaan status sosial. Sidi merupakan golongan yang sangat penting dalam menjalankan tradisi 10
Muharram, karena diyakini mereka yang pantas untuk meneruskan tradisi 10 Muharram tersebut dibanding golongan yang lain. Selain itu, golongan sidi
ini juga lebih banyak memberikan sumbangan untuk melaksanakan tradisi 10 Muharram. Sedangkan golongan bagindo merupakan golongan
penyumbang dana terbanyak setelah golongan sidi. Untuk golongan sutan berfungsi sebagaikeamanan, dan yang terkhir golangan marah hanya sebagai
17
Suharti. “Ritual Kefanatikan Aliran Syi’ah di Pariaman” Laporan Peneltian,
Sekolah Tinggi Seni IndonesiaPadang Panjang, 2006, h.27.
18
Ahmad Taufik Abdulla. Tradisi Intelektual Islam Minangkabau perkembangan tradisi intelektual tradisional di koto tangah awal abad XX,cet.pertama. Jakarta
:Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badab Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011 , h. 59.
tukang pembuatan tabuik dan pengusung tabuik dalam perayaan 10 Muharram.
Sosial budaya masyarakat muslim pariaman juga terlihat sampai sekarang yakni dengan Islam lokal yang memiliki ciri khas tersendiri, dilihat
dari satu sisi munculnya Islam lokal sering disebut banyak orang sebagai bentuk penyimpangan dari Islam murni. Di sepanjang sejarahnya, Pariaman
terkenal dengan ajaran Syatariah, ajarannya selalu dipengaruhi unsur dari tradisi lokal, akibatnya ritual tarekat syatariah di suatu tempat berbeda
dengan di tempat-tempat lain. Hal ini juga yang membuat kecendrungan tarekat syatariah di setiap daerah menjadi ciri khas tertentu,sehingga
menunjukkan adanya perkembangan. Ketika tarekat syatariah masuk ke Sumatera Barat dibawa oleh Syekh Burhanuddin pada tahun 1646-1692,
beliau salah seorang murid dari ulama terkemuka di Aceh yaitu Syekh Abdurrauf.
19
Maka dari itu muncul berbagai ritual-ritual yang sangat kental dengan nuansa lokalnya diantaranya 10 Muharram yang telah di jelaskan
sebelumnya, dan kebudayaan Ritual basapa. Basapa merupakan sebuah ritual dalam bentuk ziarah ke makam
Syekh Burhanuddin di Padang Sigalundi Ulakan Pariaman, seperti yang sudah disinggung sebelumnya Syekh Burhanuddin dikenal sebagai penyebar
Islam pertama dan tokoh ulama dari tarekat Sytariah. Tradisi seperti ini juga berkembang di wilayah nusantara seperti masyarakat Jawa melakukan
ziarah ke makam-makam wali.
20
Basapa semacam ini tidak hanya dilakukan oleh penganut tarekat syatariah, juga didapati masyarakat muslim
19
Taufiq Abdullah. Islam dan Pembentukan Tradisi di Aasia Tenggara Jakarta : LP3ES, 1988, h. 59.
20
Purwadi.Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual Jakarta : Kompas, 2006, h. 7.
umumnya.
21
Ritual basapa merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghormati Syeh Burhanuddin atas jasa-jasanya sebagai penyebar islam
pada umumnya dan khususnya penyebab tarekat syatariah. Untuk setiap tahunnya, ziarah ini dilakukan setiap hari rabu setelah tanggal 10 bulan
Safar. Ritual ini dikenal dengan basafar dikarenakan hari wafatnya Syekh Burhanuddin yaitu pada bulan Safar, 10 Safar 1111H1692 M.
22
Menurut sejarahnya, ritual basapa mulai dilaksanakan penganut tarekat syatariah sekitar tahun 1316 H. Akan tetapi, waktunya belum
ditentukan, setelah wafatnya Syekh Burhanuddin, dua orang pewaris ajarannya yaitu Syekh Kepala Koto Pauh Kambar dan Syekh Tuanku
Katapiang Tujuah Koto di Kalampayan Amapalu bermusyawarah dengan pengikut tarekat syatariah lainnya untuk menetapkan waktu ziarah bersama
ke makam Syekh Burhanuddin. Dalam pertemuan ziarah tersebut,orang- orang juga dapat melakukan banyak hal yang bermanfaat secara
bersamaan.Diantaranya membicarakan keagamaan dikalangan penganut tarekat syatariah. Akhirnya hasil pertemuan tersebut menghasilkan ziarah
ditetapkan setiap hari rabu setelah tanggal 10 Safar ke makam Syekh Burhanuddin.
23
Sejak setelah musyawarah tersebut basapa menjadi ritual rutin oleh para penganut tarekat syatariah di Pariaman, karena bagi pengikut tarekat
syatariah basapa merupakan nilai agama yang tak terpisahkan dari ritual
21
Bukry Nazar. Tarekat Syatariyah d Padang Paraman : Tinjauan dari Segi Dakwah. Laporan Penelitian,Pusat Penelitian IAIN Imam Bonjol Padang, 2000, h. 36.
22
M.Yafas, dkk.Perkembangan Tarekat Syatariah dan Pengaruhnya dalam Pengalaman Ajaran Islam di Kecamatan Lintau Buo Laporan penelitian Padang IAIN
Imam Bonjol, 1984, h. 57.
23
Oman, Faturrahman. Tarekat Syatariah di Minangkabau. Jakarta : Prenada Media Group, 2008, h.130.
tarekat syatariah. Bagi sebagian pengikut tarekat syatariah yang fanatik, mereka beranggapan basapa dijadikan ritual yang wajib, karena mereka
berkeyakinan bahwa ritual ke makam ini dapat menggantikan pahala naik haji ke tanah suci Mekkah, meskipun hal ini telah ditentang sebagian ulama
tarekat syatariah lainnya.
24
Adapun ritual basapa diisi dengan kegiatan ziarah dan berdoa di makam Syekh Burhanuddin, melaksanakan salat sunat
maupun salat wajib, dan yang terakhir berzikir. Menurut keterangan Buya Rais Malim Basa, pelaksanaan kegiatan basapa diawali dengan ceramah-
ceramah tentang basapa, kemudian setelah maghrib dilanjutkan dengan tahlil,zikir dan salawat dulang.
25
Bagi para pengikut tarekat syatariah basapa merupakan medium bagi tarekat mereka, sehingga tidak dapat dipisahkan dari ciri khas
keberagamaannya. Dalam
perkembangannya basapa
tidak hanya
dilaksanakan di makam Syekh Burhanuddin akan tetapi juga dilaksankan di beberapa makam tokoh Syatariah yang berpengaruh besar semasa hidupnya
seperti di daerah Taluak, Lintau Buo melaksanakan basapa setiap tahunnya ke mahkam Tuanku Kalumbuak merupakan salah seorang tokoh tarekat
Syatariah di wilayah Taluak.