Pembuatan Tabuik Bentuk Pelaksanaan Tradisi 10 Muharram

sekitar berkumpul untuk mengambil tanah ke sungai. Untuk tabuik pasa upacara pengambilan tanah dilaksankan di daerah Galombang yang berjarak sekitar 1Km dari daraga tabuik pasa, sedangkan untuk tabuik subarang pengambilan tanah dilaksanakan di daerah Pauah. Pengambilan Tanah dipimpin oleh orang siak dan pawang tabuik, pawang tabuik merupakan sebagai pemimpin dari semua proses perayaan taradisi 10 Muharram tarsebut. Sedangkan orang siak sebagai pemimpin membaca doa sebelum berangkat dan setelah pengambilan tanah dilaksanakan. Dalam proses ini masing-masing rombongan dari tabuik pasa dan tabuik subarang berjumlah 40 orang lebih, yang terdiri dari pawang tabuik, orang siak, pembawa bendera. Pembawa bendera disini menggunakan bendera yang terdiri dari empat warna yaitu merah, kuning, hitam dan putih yang melambangkan kekuasaan Husain. Sebelum keberangkatan ke sungai untuk mengambil tanah, disinilah peranan orang siak terlihat yaitu memimpin doa, dan sesampai di sungai pawang tabuik tersebut adalah orang yang langsung terjun ke sungai untuk pengambilan tanah, sebelum memasuki sungai pawang melakukan bakar kemenyan terlebih dahulu disertai dengan pembacaan mantra-mantra yang di percayai. 33 Masing-masing pawang tabuik tersebut memasukkan tanah yang diambil ke dalam belanga atau pariuak yang sering di sebut masyrakat setempat. Untuk pengambilan tanah tersebut pawang dibantu oleh empat orang yang membawa kain putih dengan ukuran 1,5 x 1,5 meter, masing- masing orang memegang ujung kain tersebut dan mulai masuk ke sungai. Di 33 Ernatip dkk. Upacara Tabuik di Pariaman : Kajian Nilai Budaya dan Fungsi bagi Masyrakat Pendukungnya. Jakarta : Departeman Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jendral Nilai Budaya, Seni dan Film,2001, h. 24. bawah bentangan kain putih tersebut pawang mengambil tanah, sehingga tanah yang diambil oleh pawang tersebut tidak terlihat oleh para penonton. Kemudian tanah yang diambil dimasukkan ke dalam pariuak atau belanga di bungkus dengan sehelai kain kafan yang melambangkan kesucian, kebesaran, tanah yang di ambil tadi diletakkan di antara sebuah daraga yang berukuran 5x5 meter. Sepanjang perjalanan menuju daraga karena hari sudah gelap, lampu-lampu dama dihidupkan disepanjang jalan sambil memainkan gandang tambua. Sesampai di daraga tanah dan semua peralatan diletakkan dalam daraga. Di sekeliling daraga tersebut mereka menempelka kain putih dan batu-batu bersih dan suci merupakan symbol dari kekuatan masyrakat Minangkabau di hadapan penjajah. 34 Penjelasan dari proses pengambilan tanah di atas, yang menggunakan peralatan seperti belanga, kain putih, kemenyan bukan sekedar peralatan, akan tetapi setiap peralatan yang digunakan tersebut mempunyai makna tersendiri yang menunjukkan bahwa setiap kehidupan manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, adapun makna dari pemakai peralatan tersebut seperti belanga yang melambangkan bahwasannya setiap manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan, belanga yang dikenal sebagai tempat memasak, dengan digunakannya belanga sebagai alat memasak, maka manusia harus berusaha untukmemenuhi kebutuhan untuk makanan. Selanjutnya kemenyan melambngkan penghormatan manusia terhadap leluhurnya. Kemenyan disini dipercaya sebagai sarana penghubung antara manusia dengan hal gaib. 34 Asqar, syi’ah Husai Simbol Perlawanan : Imam Husain dan Air Mata di Karbala , h. 116. Pelaksanaan pengambilan tanah ke sungai ini ibaratkan mengambil mayat Husain bin Ali yang masih tertinggal di Padang Karbela. Selain itu, proses pengambilan tanah ini juga menggambarkan bahwasannya manusia tersebut diciptakan bersal dari tanah, dan akhirnya juga akan kembali ke tanah. Dari hari pertama sampai hari keempat, setiap harinya dari Asar menjelang Magrib, panitia pelaksana menabuh doll dan tassa di dekat daraga dengan music kesedihan, yang menunjukkan persiapan Husain bin Ali untuk berperang. Selain memainkan alat music, pertunjukan seni-seni seperti tari-tarian, randai,rabab dan lainnya juga dimainkan, pertunjukan ini dilakukan untuk sekedar memeriahkan perayaan 10 Muharram saja. 35

3. Mengambil Batang Pisang

Tradisi mengambil batang pisang yang dilaksanakan pada tanggal 5 Muharram merupakan pengambilan atau penebasan batang pisang disuatu daerah, kemudian di bawa ke daraga. Pada malam hari tanggal 4 Muharram sekitar jam 21.00 WIB, pawang tabuik subarang memberi perintah kepada tiga orang yang ditunjuk untuk mencari batang pisang kedaerah tabuik pasa yang tepatnya di Kampong Keling, sedangkan pawang tabuik pasa mengutus orang untuk mengambil batang pisang ke daerah tabuik subarang, tepatnya di daerah Galombang. Mereka yang bertugas mengambil batang pisang ke daerah lawan biasa disebut perawa tabuik, dan kepergian para perawa dirahasiakan dan dilindungi pawang tabuik secara magic. Setelah para perawa mendapatkan batang pisang, dimasing-masing daraga telah menunggu beberapa orang yang akan membantu penanaman batang pisang 35 Asril . Pertunjukan Gandang Tambua dalam Upacara Tabuik di Pariaman Sumatera Barat. Tesis sebagian persyaratan mendapatkan derajat sarjana S2. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 2002, h. 132.