b. Pertanggung jawaban Kepala Daerah kepada Pemerintah Pusat bukan
kepada DPRD selaku wakil rakyat Kedaulatan tidak lagi berada ditangan rakyat.
c. Kepala Daerah dapat menangguhkan atau membatalkan keputusan DPRD.
d. Kedudukan Kepala Daerah selaku alat pusat sekaligus alat daerah
sehingga memungkinkan terjadinya tindakan sewenang-wenang oleh Kepala Daerah selaku penguasa tunggal.
Bila dilihat dari sisi bobot kekuasaan, terlihat jelas dalam pelaksanaan Penpres Nomor 6 Tahun 1959 dan Penpres Nomor 5 Tahun 1960, bobot
kekuasaan kembali dipegang oleh pemerintah pusat, berbeda dengan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1957 di mana bobot kekuasaan lebih pada
pemerintahan daerah.
e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965
Pada tanggal 3 Desember 1960, MPRS
53
mengeluarkan TAP No.IIMPRS1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional
Sementara Tahapan Pertama 1961-1969. Salah satu isinya mangamanatkan untuk membentuk satu Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah sesuai dengan kegotongroyongan demokrasi terpimpin dalam rangka
53
MPRS di bentuk Presiden Soekarno dengan Penpres Nomor 2 Tahun 1959 yang keanggotaannya terdiri dari semua anggota DPR-GR ditambah utusan daerah dan wakil-wakil
golongan.
Universitas Sumatera Utara
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mencakup segala pokok-pokok unsur yang progresif dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959, Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1960 dan Penetapan Presiden Nomor 5
Tahun 1960 jo Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1965. Untuk menindaklanjuti TAP MPR tersebut, Presiden Soekarno
menetapkan Keppres Nomor 514 Tahun 1961 diubah dengan Keppres Nomor 54 Tahun 1961 membentuk Panitia Negara Urusan Desentralisasi dan
Otonomi Daerah dengan tugas memberikan usul kepada pemerintah tentang pokok-pokok pengaturan pemerintahan daerah.
54
Atas tugas tersebut, Panitia Negara menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah yang akhirnya dapat disetujui oleh DPR-GR dan ditetapkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 1 September 1965.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah terdiri dari IX Bab dan 90 Pasal. Undang-Undang ini
menggantikan posisi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 dan melanjutkan ide Penpres Nomor 6 Tahun 1959, bahkan dapat dikatakan bahwa ketentuan-
ketentuan dalam Penpres Nomor 6 Tahun 1959 dan Penpres Nomor 5 tahun 1960 seluruhnya diadopsi kedalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965.
55
54
Yohanis Anton Raharusun, op.cit, hlm.154
55
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Jakarta, 2003. Lihat pula Jimly Asshiddiqie, op.cit. hlm.405
Universitas Sumatera Utara
Acuan konsep yang dianut dalam Undang-Undang ini adalah konsep demokrasi terpimpin dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan umum, misinya adalah uniformitas landasan bagi pembentukan dan penyusunan pemerintahan daerah,
mengakhiri kelemahan demokrasi liberal dan membagi habis wilayah negara dalam tingkatan daerah otonom.
Dikarenakan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 seluruhnya mengadopsi Penpres Nomor 6 Tahun 1959 dan Penpres Nomor 5 Tahun 1960,
bobot kekuasaan masih dikuasai oleh pusat. Namun ada beberapa hal positif dalam undang-undang ini dalam pengembangan otonomi daerah, antara lain:
a. Susunan DPRD mencerminkan kegotongroyongan nasional revolusioner
yang terdiri atas partai-partai dan golongan karya, dimana DPRD dipimpin oleh ketuanya sendiri bersama-sama dengan wakil-wakil ketua. pasal 7-
pasal 9. b.
Sumber pendapatan daerah ditambah tidak saja dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, pajak negara yang diserahkan, subsidi,
dan sumbangan seperti di atur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, tetapi juga dari bea dan cukai, hasil perusahaan negara dan ganjaran,
dan diperbolehkannya daerah melakukan pinjaman untuk menjalankan aktivitas pemerintahan. Adanya tambahan pendapatan daerah tersebut,
memudahkan daerah dalam menjalankan pemerintahan di daerah Pasal 69-pasal 73
Universitas Sumatera Utara
c. Diberikannya hak Petisi kepada DPRD untuk membela kepentingan
daerah dan masyarakat di hadapan pemerintah pusat untuk mencegah kesewenang-wenangan pemerintah atasan pasal 55.
2. Otonomi Daerah di Era Orde Baru