administrasi, baik secara institusional maupun manajerial terhadap urusan-urusan publik.
Selain reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik, juga dibutuhkan reformasi lanjutan yang meliputi reformasi sistem pembiayaan
financing reform, reformasi sistem penganggaran budgeting reform, reformasi sistem akuntansi accounting reform, reformasi sistem pemeriksaan audit
reform, dan reformasi sistem manajemen keuangan financial management reform. Pembaruan sistem pengelolaan keuangan diperlukan agar pengelolaan
uang rakyat public money dilakukan secara transparan sejalan dengan makna demokrasi berdasarkan konsep value for money sehingga tercipta akuntabilitas
publik. Langkah untuk pembaruan sistem pengelolaan dana otonomi khusus juga
akan berdampak pada perlunya reformasi anggaran budgeting reform meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan, serta
pengawasan berdasarkan prinsip-prinsip Good Financial Governance.
B. Implementasi Pengelolaan Dana Otonomi Khusus
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, memberikan sumber penerimaan khusus kepada Pemerintah Aceh berupa Dana
Otonomi Khusus sebesar 2 dua persen dari pagu Dana Alokasi Umum Nasional atau sebesar
Rp. 3.530.000.000.000 tiga triliun lima ratus tiga puluh
Universitas Sumatera Utara
milyar rupiah pada tahun 2008 dan sebesar Rp. 3.728.282.000.000 tiga triliun
tujuh ratus dua puluh delapan milyar dua ratus delapan puluh dua juta rupiah tahun 2009.
Dana otonomi khusus yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Aceh ditujukan bagi
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan
pendidikan, sosial dan kesehatan dengan sasaran meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Aceh . Untuk keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran tersebut,
dibutuhkan manajemen pengelolaan keuangan yang dilakukan secara tersistem dan terarah.
Pengelolaan dana otonomi khusus yang dijalankan secara sentralisasi oleh Provinsi Aceh, dalam implementasinya tidak berjalan dengan baik dan banyak
menimbulkan masalah di lapangan dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan di KabupatenKota. Rata-rata 50 persen lebih dari dana otonomi khusus
yang menjadi hak KabupatenKota pada tahun 2008 dan 2009 tidak mampu terserap di lapangan karena berbagai masalah dan hambatan.
Menurut Juli Saidi Presidium Forum Mahasiswa Pemuda Pantai Barat Selatan Aceh “Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi selama dua
tahun pengelolaan dana otonomi khusus dan dana tambahan bagi hasil migas TBHM yang dikelola secara penuh oleh Provinsi, 100
pemerintah KabupatenKota merasa mengeluh dan sangat kecewa diakibatkan banyaknya proyek dana otonomi khusus yang terbengkalai
dan tidak terselesaikan.
92
92
Modus Aceh, Edisi 39 Tahun VII, Selasa , 19 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
H. Awaluddin, SH, S.Pn, MH menyatakan selama ini banyak proyek pembangunan yang dikucurkan dananya dari dana otonomi khusus
berjalan lamban dan terbengkalai maupun terlantar. Jumlah dana otonomi khusus tergolong besar, sehingga SKPA yang mengelola dana tersebut
dengan sumber daya aparatur yang terbatas mengelola anggaran yang terlalu besar mengakibatkan rendahnya daya serap pelaksanaan kegiatan
yang tersebar di 23 dua puluh tiga KabupatenKota di Aceh.
93
Besarnya dana otonomi khusus ternyata tak membuahkan hasil nyata. Masalah utama ditenggarai berada di Pemerintah Provinsi. Dulu ketika Aceh
menjadi arena perang, sejumlah tokoh, masyarakat, dan mahasiswa merasa dianaktirikan oleh Pemerintah Pusat. Sejumlah daerah masih terisolir,
pembangunan tidak berjalan, banyak jalan yang hancur tanpa bisa dibangun kembali, banyak gedung sekolah tak memiliki pagar, pusat kesehatan masyarakat
Puskesmas tak memadai, dalilnya Aceh dalam konflik dan Pemerintah tidak akan dapat membangun dalam suasana perang.
Kini Aceh telah damai dan anggaran Aceh melonjak lebih dari 100 dari sebesar 4 Triliun pada tahun 2007 menjadi 9,7 Triliun pada 2009, khususnya dari
dana tambahan bagi hasil minyak dan gas bumi serta dana otonomi khusus. Ironisnya meski anggaran dana melimpah, ternyata anggaran tersebut tidak dapat
digunakan secara maksimal oleh Pemerintah Aceh untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh.
93
Wawancara dengan Wakil Bupati Aceh Tamiang, Tanggal 3 Mei 2010, Jam 14.22 Wib.
Universitas Sumatera Utara
C. Efektivitas dan Hambatan dalam Pengelolaan Dana Otonomi Khusus