b. Hambatan dalam Proses Pelaksanaan.
Pelaksanaan programkegiatan pemerintah dilaksanakan dalam 2 dua bentuk, yaitu:
1. Programkegiatan yang dilaksanakan melalui proses pengadaan
tender; 2.
Programkegiatan yang dilaksanakan langsung tanpa melalui proses pengadaan tender.
Sebagaimana halnya dalam proses perencanaan, proses pelaksanaan programkegiatan dana otonomi khusus, baik melalui proses
pengadaan tender maupun yang tidak melalui pengadaan tender dalam pelaksanaannya juga mengalami hambatan. Hambatan pelaksanaan
programkegiatan melalui proses pengadaan tender terutama akibat rendahnya kualitas SDM dalam penyusunan RAB dan desain bangunan,
serta pelaksanaan tender yang kurang terencana meyebabkan terhambatnya proses pelaksanaan, dimana pelaksanaan programkegiatan
dari dana otonomi khusus baru dapat dilaksanakan rata-rata pada bulan oktober dengan curah hujan yang tinggi, sehingga programkegiatan hanya
dapat terlaksana rata-rata kurang dari 50 lima puluh persen. Setelah programkegiatan KabupatenKota disetujui dengan
disahkannya APBA, Pemerintah Provinsi melakukan penyusunan ulang RAB dan desain bangunan. Penyusunan RAB dan desain bangunan
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan keahlian khusus, sedangkan SDM yang dimiliki terbatas dengan kualitas yang rendah harus menyelesaikan ratusan RAB dan
desain bangunan programkegiatan KabupatenKota. Rendahnya kualitas dan terbatasnya SDM yang dimiliki menyebabkan lamanya penyelesaian
penyusunan RAB dan desain bangunan, dan pada akhirnya mengakibatkan terlambatnya pelaksanaan pengadaan tender, bahkan ada beberapa
programkegiatan yang tidak dilaksanakan tendernya akibat belum diselesaikannya RAB dan desain bangunan. Untuk mengatasi hal tersebut,
perlu dilakukan peningkatan kuatitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan serta peningkatan kuantitas melalui penambahan personil
penyusun RAB dan desain bangunan. Pelaksanaan tender juga mengalami hambatan, dimana proses
tender berdasarkan Kepres Nomor 80 tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di Instansi Pemerintahan dilaksanakan dengan waktu
minimal 45 empat puluh lima hari dari proses pengumuman, penawaran, Aanwidjing, verifikasi, dan penetapan pemenang dengan memberikan
waktu sanggah selama 7 tujuh hari. Berdasarkan hal tersebut, rata-rata pelaksanaan tender diselesaikan dalam waktu minimal 52 lima puluh dua
hari. Pelaksanaan tender dijalankan oleh Tim yang terdiri dari pegawai yang memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa, sementara pegawai
yang memiliki sertifikasi di SKPA terbatas, sehingga seorang pegawai yang memiliki sertifikasi menjadi Tim pelaksana tender pada beberapa
Universitas Sumatera Utara
instansi. Keadaan demikian mengharuskan dilakukannya penyesuaian jadwal pelaksanaan tender antara suatu SKPA dengan SKPA lain yang
berdampak pada tidak samanya penyelesaian pelaksanaan tender. Sumber daya aparatur yang terbatas dapat diatasi dengan memaksimalkan
pelaksanaan tender melalui media elektronik, sehingga lebih mudah dalam pelaksanaannya dan dapat diselesaikan dalam waktu yang sama. Selain itu
perlu dibangun pemikiran untuk melimpahkan wewenang pelaksanaan tender kepada KabupatenKota, agar beban Pemerintah Provinsi dapat
berkurang dan Pemerintah KabupatenKota dapat ikut lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan dana otonomi khusus.
Hambatan dalam pelaksanaan programkegiatan yang dilakukan secara langsung tanpa melalui proses tender, lebih dikarenakan
kurangnya koordinasi antara Provinsi dan KabupatenKota.terhadap pelaksanaan programkegiatan yang berhubungan langsung dengan
kesejahteraan masyarakat, seperti penyaluran bantuan berupa uang, bibit, bea siswa, dll. Kurangnya koordinasi menyebabkan kesulitan dalam
proses penyaluran dan tidak efesien biaya dalam pelaksanaannya. Masyarakat KabupatenKota untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah
Provinsi harus mengeluarkan biaya yang besar karena jauhnya jarak yang harus ditempuh, dan penyaluran bantuan yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi ke 23 dua puluh tiga KabupatenKota juga menimbulkan biaya yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan peningkatan koordinasi antara Provinsi dan KabupatenKota atau dilimpahkan
pelaksanaan penyalurannya kepada KabupatenKota, karena kebutuhan masyarakat suatu daerah yang lebih mengetahui adalah daerah itu sendiri,
dan proses pelayanan kepada masyarakat akan lebih efektif dan efesien bila didekatkan kepada masyarakat.
c. Hambatan dalam Proses Pertanggungjawaban dan Pelaporan