Otonomi Khusus Provinsi Aceh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006.

sebesar 55 lima puluh lima persen untuk pertambangan minyak bumi dan sebesar 40 empat puluh persen untuk pertambangan gas alam selama delapan tahun. Mulai tahun kesembilan menjadi 35 tiga puluh lima persen untuk pertambangan minyak bumi dan sebesar 20 dua puluh persen untuk pertambangan gas alam Pasal 4 ayat 4.

b. Otonomi Khusus Provinsi Aceh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006.

Nota Kesepahaman Memorandum of Understanding antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka GAM yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005, menandakan kilas baru sejarah perjalanan Provinsi Aceh menuju keadaan yang damai, adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat. Hal yang patut dipahami bahwa Nota Kesepahaman adalah suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju pembangunan sosial, ekonomi, dan politik di Provinsi Aceh secara berkelanjutan. 81 Metode pendekatan penyelesaian konflik yang berbeda sebagai dasar dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, sangat berpengaruh terhadap sisi-sisi pengaturan kewenangan yang diberikan dalam pelaksanaan otonomi khusus. Solusi politik yang diambil secara sepihak oleh pemerintah dengan dikeluarkannya 81 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 memberikan kekuasaan penuh bagi pemerintah untuk mengatur dan menentukan kewenangan khusus yang akan diberikan. Berbeda halnya dengan solusi politik yang mendasari dibentuknya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, di mana solusi politik diambil berdasarkan perundingan antara Pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka GAM yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman Memorandum of Understanding. Adanya perundingan menimbulkan konsekuensi persetujuan bersama dan kekuatan yang berimbang dalam menentukan pengaturan kewenangan khusus yang akan diberikan. Irwandi Yusuf menyatakan: Pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh sebagai konsekuensi dari Nota Kesepahaman Memorandum of Understanding antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka GAM merupakan sebuah win-win solution bagi penyelesaian masalah Aceh. Oleh karena itu, diharapkan kepada kedua belah pihak untuk dapat menjaga dan menghormati pelaksanaannya demi terciptanya kedamaian dan terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan di Aceh. 82 Pada dasarnya, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 mengakomodir Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, antara lain daerah Aceh masih terbagi atas KabupatenKota, Kecamatan, Mukim, dan Gampong, lembaga Wali Nanggroe dan Tuha Nanggroe yang merupakan simbol bagi pelestarian penyelenggaraan kehidupan adat, budaya, dan pemersatu 82 Hasil wawancara dengan Irwandi Yusuf Gubernur Aceh, pada hari Senin, tanggal 3 Mei 2010, pukul 11.23 Wib. Universitas Sumatera Utara masyarakat di Provinsi Aceh, Mahkamah Syari’ah yang merupakan peradilan Syariat Islam sebagai bagian sistem peradilan Nasional, dan pemberian dana pelaksanaan otonomi khusus. Selain itu kepada Provinsi Aceh diberikan kewenangan-kewenangan lainnya, seperti: a. Dapat dibentuknya Partai Politik Lokal sebagai organisasi politik yang dibentuk sekelompok warga negara Indonesia yang berdomisili di Aceh Pasal 75-88; b. Hubungan Internasional. Pemerintah Aceh dapat mengadakan kerja sama dengan lembaga atau badan luar negeri kecuali yang menjadi kewenangan pemerintah, berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan seni, budaya, dan olah raga internasional. Dalam naskah kerjasama dicantumkan frasa Pemerintah Aceh sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 9; c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Ulama MPU selaku mitra Pemerintah Daerah yang berfungsi menetapkan fatwa yang dapat menjadi pertimbangan terhadap kebijakan pemerintahan daerah dalam bidang Pemerintahan, Pembangunan, pembinaan masyarakat, dan ekonomi Pasal 138; d. Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Informatika Pasal 151; e. Pengelolaan sumber daya alam meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pengawasan kegiatan usaha berupa eksplorasi, Universitas Sumatera Utara eksploitasi, dan budidaya di bidang pertambangan yang terdiri atas pertambangan mineral, batu bara, panas bumi, kehutanan, pertanian, perikanan dan kelautan Pasal 156-170; f. Tenaga Kerja Pasal 174, g. Kependudukan Pasal 211, h. Pertanahan Pasal 213 dimana Pemerintah Aceh danatau Pemerintah KabupatenKota berwenang mengatur dan mengurus peruntukan, pemanfaatan dan hubungan hukum berkenaan dengan hak atas tanah termasuk memberikan hak guna bangunan dan hak guna usaha; i. Pendidikan Pasal 215; j. Kebudayaan Pasal 221; k. Sosial Pasal 223; l. Kesehatan Pasal 224; m. Hak Asasi Manusia Pasal 227; n. Bendera, Lambang, dan Himne Pasal 246-248; Universitas Sumatera Utara

BAB III PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM PELAKSANAAN

OTONOMI KHUSUS PROVINSI ACEH

A. Sumber-Sumber Keuangan Pemerintah Aceh dalam Pelaksanaan Otonomi Khusus

Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia dilandasi adanya desentralisasi fiskal, dengan diberikannya sumber-sumber keuangan kepada daerah agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Secara umum, desentralisasi fiskal menghendaki adanya devolusi antar jenjang pemerintah dari peran keuangan, biasanya dari jenjang pemerintahan yang lebih tinggi ke jenjang pemerintahan yang lebih rendah. Ada banyak alasan yang dapat dijadikan justifikasi untuk melakukan devolusi tersebut, mulai dari alasan ekonomis, sosial, dan politis. Berikut ini adalah justifiksi yang paling banyak disebut dalam kaitannya dengan devolusi fungsi keuangan, yaitu: 83 1. Menutup celah fiskal fiscal gap Celah atau kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat dikurangi dengan mendesentralisasikan kekuasaan di bidang keuangan. Pada umumnya ada tiga sebab yang mengakibatkan kesenjangan fiskal tersebut; Pertama, pemerintah daerah memegang kewenangan pembelanjaan yang lebih banyak dibanding kewenangan penerimaan, atau dengan kata lain terlalu sedikit sumber-sumber penerimaan yang diberikan otoritasnya kepada pemerintah daerah. Kedua, pemerintah daerah harus melakukan belanja atau 83 Wahyudi Kumorotomo, Op.cit, hal. 9-10 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

KAJIAN YURIDIS PEMEKARAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN BONDOWOSO BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

0 3 17

Eksistensi Partai Politik Lokal Di Provinsi Aceh Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Perspektif Uu Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh)

0 11 79

KONSTRUKSI HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH

0 21 71

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI PAPUA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT DI KABUPATEN MIMIKA.

0 2 20

PENDAHULUAN POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 3 24

TINJAUAN PUSTAKA POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

1 6 64

METODE PENELITIAN POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 4 38

PENUTUP POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 6 8

Kedudukan Dan Fungsi Komisi Independen panitia pengawas pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam Berdasarkan undang-undang Nomor 11 Tahun 2006.

0 0 6

ANALISIS YURIDIS KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PELABUHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Oleh: Mochamad Abduh Hamzah ABS

0 0 22