2. Pelaksanaan
Pelaksanaan program kegiatan dari dana otonomi khusus merupakan tindakan lanjutan dari proses perencanaan program kegiatan yang telah
disusun dan disepakati bersama antara Provinsi dan KabupatenKota berdasarkan besaran alokasi dana otonomi khusus yang tersedia. Terhadap
proses pelaksanaan program kegiatan dari dana otonomi khusus, berdasarkan Pasal 13 ayat 1 Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 dilaksanakan sepenuhnya
sentralisasi oleh Provinsi Aceh. Hal ini berarti kewenangan pelaksanaan dana otonomi khusus berada pada Provinsi Aceh.
Sentralisasi pengelolaan dana otonomi khusus oleh Provinsi Aceh didasarkan pada Pasal 183 ayat 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006,
dimana pengelolaan dana otonomi khusus diadministrasikan pada Pemerintah Provinsi Aceh. Adanya kata diadministrasikan, berarti diberikannya
kewenangan kepada Pemerintah Provinsi Aceh untuk mengatur, menetapkan, mengendalikan dan mengambil kebijakan terkait pengelolaan dana otonomi
khusus. Dari hal tersebut, Provinsi Aceh diberikan kewenangan untuk
mengelola secara penuh sentralisasi atau menyerahkan sebagian kewenangan pengelolaannya kepada KabupatenKota, dikarenakan secara
aturan keuangan Permendagri Nomor 13 Tahun 2003, Pengguna anggaran dapat melimpahkan kewenangannya kepada kuasa pengguna anggaran untuk
memudahkan dan mengefektifkan jalannya pelaksanaan anggaran keuangan.
Universitas Sumatera Utara
Namun bila ditinjau dari Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008, sentralisasi merupakan pilihan yang dijalankan oleh Provinsi Aceh.
Sentralisasi pengelolaan dana otonomi khusus oleh Provinsi Aceh mendapat kritikan dari Pemerintah KabupatenKota yang tergabung dalam
Forum Komunikasi KabupatenKota FKKA dengan mengusulkan perubahan pengelolaan dana otonomi khusus, antara lain:
1. Pemerintah Kabupaten dan Kota eksekutif dan legislatif bersepakat, mengusulkan Kepada Gubernur Aceh dan DPR Aceh agar sesegera
mungkin melakukan perubahan Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian TDBHD Migas dan OTSUS, sehingga
lebih mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat Aceh diseluruh KabupatenKota.
2. Pemerintah Kabupaten dan Kota eksekutif dan legislatif bersepakat, mengusulkan dan menuntut agar Dana Otonomi Khusus yang menjadi
bagian Kabupaten dan Kota setiap tahun anggaran agar ditransfer menjadi pendapatan atau penerimaan dalam APBK APBD masing-masing
Kabupaten dan Kota.
3. Pemerintah Kabupaten dan Kota eksekutif dan legislatif bersepakat, mengusulkan dan menuntut pada Pemerintahan Aceh agar sisa lebih
perhitungan anggaran SILPA-Tahunan dari pagu anggaran TDBH Migas dan Otsus masing-masing Kabupaten dan Kota hendaknya dikembalikan
kepada masing-masing Kabupaten dan Kota yang bersangkutan tanpa mengurangi hak atau jumlah anggaran TDBH Migas dan Otsus tahun
berikutnya yang telah ditetapkan.
4. Untuk merumuskan dan mengkomunikasikan kesepakatan, usulan dan tuntutan Pemerintah Kabupaten dan Kota, dengan persetujuan bersama
kami membentuk Tim Teknis. 5. Koordinator Forum KKA dengan Tim Teknis meminta waktu kepada
Gubernur dan DPR Aceh untuk dapat terlaksananya pertemuan antara Pemerintah KabupatenKota dengan Pemerintah Aceh dan DPR Aceh.
86
Adapun yang menjadi dasar tuntutan dari Forum KKA sebagaimana tercantum dalam paragraf 2 Muqadimah usulan Pemerintah Kabupaten dan
86
Surat Forum KKA Nomor : 257FKKADPF2009 dan Usulan Pemerintah Kabupaten dan Kota yang ditandatangani oleh seluruh Kepala Daerah Kabupaten dan Kota serta Ketua DPRK.
Universitas Sumatera Utara
Kota “ Bahwa pengalaman pelaksanaan pembangunan tahun 2008 dan 2009, khususnya pada kegiatan pembangunan yang didanai dengan anggaran yang
bersumber dari TDBH Migas dan dari dana Otsus tahun 2008 dan 2009, telah memperlihatkan secara nyata belum mampu mempercepat terwujudkan
kesejahteraan di Aceh atau di KabupatenKota sebagaimana mestinya. Salah satu tolak ukurnya adalah kenyataan relisasi fisik dan keuangan pada akhir
tahun 2008 dan 2009 pada umumnya dibawah target yang direncanakan. Salah satu maksud dari pelaksanaan otonomi daerah adalah
mempermudah proses pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan akan berjalan dengan efektif dan efesien apabila pemberian pelayanan didekatkan kepada
masyarakat dan bukan dijauhkan. Selain itu KabupatenKota lebih mengetahui situasi dan kondisi wilayahnya masing-masing, sehingga akan lebih
memudahkan dalam mengatasi hambatan dan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaannya. Untuk itu, perlu kiranya dibangun pemikiran
pelimpahan wewenang pengelolaan dana otonomi khusus yang pada dasarnya ditujukan untuk peningkatan pelayanan terhadap masyarakat public service
kepada Kabupaten dan Kota agar pengelolaan dan pemberian pelayanan
kepada masyarakat dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
3. Pengawasan