Otonomi Umum Otonomi Istimewa

menimbulkan anggapan bahwa untuk mendapatkan status otonomi khusus harus melalui pemberontakan bersenjata. UUD 1945 tidak mengatur lembaga negara mana yang berwenang melakukan tafsiran advisory opinion terhadap ketentuan UUD yang dirasa kurang jelas. Berhubung adanya kekosongan norma limten van normenvacuum of norm tentang lembaga negara yang berwenang menafsirkan UUD, maka tafsiran atas kekhususan atau keistimewaan itu akan dilakukan oleh Pemerintah dan pada akhirnya oleh DPRD melalui mekanisme pengajuan Rancangan Undang-Undang. Mengingat bahwa keputusan akhir berada ditangan DPR sebagai lembaga politik, tentunya diharapkan spirit politis yang ada pada lembaga tersebut dapat diadaptasikan pada terwujudnya sebuah undang-undang otonomi khusus atau otonomi istimewa yang adil dan obyektif, dan bukan ditafsirkan sesuai dengan kepentingan politik yang sempit. Dalam kaitan ini, perlu di ingat etika politik dan hukum dalam sebuah adagium “politc legibus non leges politic adaptande” atau “politic are to adapted to the law and not the law adapted to politic”. 63

1. Otonomi Umum

Secara harfiah, tidak ada penyebutan otonomi umum baik dalam UUD 1945 maupun dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, kecuali 63 Dodi Riyadmadji, Otonomi Khusus Bali, Jurnal Otonomi Daerah, Vol. VII, 3 Agustus- September 2007. Universitas Sumatera Utara penyebutan otonomi daerah. Dikatakan Otonomi umum karena merupakan otonomi yang diberikan dan diberlakukan pada sebagian besar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam satu pengaturan, kecuali pada daerah-daerah yang diberikan status istimewa atau khusus. Hal ini hanya untuk membedakan atau untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk otonomi yang berlaku di Indonesia. Penerapan otonomi umum pada sebagian besar daerah di Indonesia, merupakan refleksi dan peyerahan manajemen pemerintahan a transfer of management yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah. Penyerahan manajemen pemerintahan tersebut, diharapkan dapat membuka peluang kemandirian daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Landasan dasar pelaksanaan otonomi umum adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangganya sesuai kewenangan yang diberikan. Hal-hal yang diatur antara lain Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus, Pembagian Urusan Pemerintahan, Penyelenggaraan Pemerintahan, Kepegawaian Daerah, Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah, Perencanaan Pembangunan Daerah, Keuangan Daerah, Kerja Sama dan Penyelesaian Perselisihan, Kawasan Perkotaan, Desa, Pembinaan dan Pengawasan, dan Pertimbangan dalam Kebijakan Otonomi Daerah. Universitas Sumatera Utara

2. Otonomi Istimewa

Otonomi istimewa merupakan otonomi yang diberikan pada suatu daerah tertentu untuk menjalankan pemerintahan dengan hak-hak istimewa. Pada dasarnya otonomi yang dilaksanakan sama dengan otonomi umum, hanya diberikan kewenangan istimewa dalam menyelenggarakan hal-hal tertentu, seperti Provinsi Aceh yang melaksanakan syari’at Islam, Pendidikan Agama, Adat Istiadat dan Peran Ulama dalam pemerintahan, atau Provinsi Yogyakarta dengan tetap dijalankannya Kesultanan Yogyakarta. Apabila kita merunut sejarah Republik Indonesia, ada beberapa tonggak sejarah yang menjadi tanda keistimewaan yogyakarta, yaitu pertama adalah ketika Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia sejak tahun 1946 sampai dengan 1949, kedua terkait peran keraton dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahan di Yogyakarta, dimana Sultan tidak saja bertugas mengayomi rakyat tetapi sekaligus sebagai “Kalifatullah Sayyidin Panatagama” pemimpin spiritual keagamaan. 64 Lain halnya dengan Provinsi Aceh, keistimewaan pelaksanaan syariat islam diberikan terkait dengan karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang tinggi, yang bersumber dari pandangan hidup berlandaskan Syari’at Islam dan melahirkan budaya Islam yang kuat, sehingga Aceh menjadi salah satu daerah modal bagi perjuangan 64 Arifin yacob, Jurnal Otonomi Daerah, Vol.VII, 3 Agustus-September 2007. Universitas Sumatera Utara dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 65 Otonomi istimewa yang diberikan kepada Provinsi Yogyakarta dan Aceh terdapat perbedaan dalam sisi pengakuan keistimewaan, dimana pengakuan keistimewaan Yogyakarta dilakukan secara sukarela oleh Pemerintah, sedangkan Aceh melalui manufer politik terkait persoalan gerakan separatis di Aceh.

3. Otonomi Khusus

Dokumen yang terkait

KAJIAN YURIDIS PEMEKARAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN BONDOWOSO BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

0 3 17

Eksistensi Partai Politik Lokal Di Provinsi Aceh Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Perspektif Uu Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh)

0 11 79

KONSTRUKSI HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH

0 21 71

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI PAPUA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT DI KABUPATEN MIMIKA.

0 2 20

PENDAHULUAN POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 3 24

TINJAUAN PUSTAKA POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

1 6 64

METODE PENELITIAN POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 4 38

PENUTUP POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 6 8

Kedudukan Dan Fungsi Komisi Independen panitia pengawas pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam Berdasarkan undang-undang Nomor 11 Tahun 2006.

0 0 6

ANALISIS YURIDIS KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PELABUHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Oleh: Mochamad Abduh Hamzah ABS

0 0 22