penyelenggaraan pemerintahan dalam mensejahterakan dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Tidak adanya hubungan hierarkis antara Provinsi dan KabupatenKota, pemilihan Kepala Daerah yang di pilih oleh DPRD, serta kesalahan persepsi
para Pejabat daerah dalam menafsirkan makna desentralisasi dan otonomi daerah, mengakibatkan timbulnya raja-raja kecil yang lebih mementingkan
untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya tanpa memikirkan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat demi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Dalam rangka mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul sebagai akibat kelemahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, sekaligus untuk
menyesuaikan pengaturan pemerintahan daerah terhadap Amandemen UUD 1945,
61
dibentuklah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Beberapa perubahan mendasar yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, antara lain soal hubungan antara pusat, Provinsi dan KabupatenKota, pemilihan Kepala Daerah, dan pemberhentian Kepala Daerah.
61
UD 1945 telah mengalami 4 empat kali perubahan, yaitu Perubahan Pertama yang ditetapkan tanggal 19 Oktober 1999 hasil Sidang Umum MPR tahun 1999, Perubahan Kedua yang
ditetapkan tanggal 18 Agustus 2000 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2000, Perubahan Ketiga yang ditetapkan tanggal 9 November 2001 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2001, Perubahan Keempat
yang ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2002.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengaturan hubungan antara pemerintah pusat, Provinsi dan KabupatenKota, sifat hubungan hierarkis dihidupkan kembali yang di dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ditiadakan. Dengan dihidupkannya hubungan hierarkis, diharapkan Gubernur dapat mengkoordinir
BupatiWalikota dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur pula dalam Pasal 24
ayat 5, dimana Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di pilih secara langsung oleh rakyat daerah yang bersangkutan. Dalam proses pelantikan,
Gubernur memiliki fungsi yang cukup penting, dimana Gubernur mengajukan pasangan BupatiWakil Bupati atau WalikotaWakil Walikota terpilih yang
diusulkan DPRD untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan kepada Menteri Dalam Negeri Pasal 109.
Terhadap pemberhentian Kepala Daerah, dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa pemberhentian Kepala Daerah
dilakukan melalui prosedur “impeachment” ke Mahkamah Agung. Apabila DPRD menganggap Kepala Daerah danatau Wakil Kepala Daerah melanggar
sumpahjanji jabatan danatau tidak melaksanakan kewajibannya, maka dapat diusulkan pemberhentiannya dengan terlebih dahulu diajukan Ke Mahkamah
Agung untuk memperoleh pembuktian secara hukum. Hal ini berbeda dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dimana DPRD dapat memutuskan
pemberhentian Kepala Daerah dalam hal melanggar aturan yang telah ditentukan dengan disahkan oleh Presiden Pasal 49.
Universitas Sumatera Utara
B. Bentuk-Bentuk Otonomi Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 18 UUD 1945 menyatakan: Ayat 1 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah-daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang. Ayat 2 menyatakan bahwa Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Perkataan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi, kabupaten dan kota pada ayat 1 menunjukkan pembagian dan susunan
daerah-daerah. Sedangkan perkataan mengatur dan mengurus sendiri pada ayat 2 menunjukkan adanya otonomi, dimana otonomi berasal dari perkataan “auto”
dan “nomos”. Auto atau “oto” berarti sendiri sedangkan “nomos” berarti mengatur, sehingga otonomi sama maknanya mengatur rumah tangga sendiri.
62
Dari kedua hal tersebut dapat ditarik kesimpulan adanya bentuk otonomi yang diberlakukan secara umum di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain bentuk otonomi umum yang diberlakukan pada sebagian besar daerah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga diatur bentuk
otonomi lain, yaitu bentuk otonomi istimewa dan bentuk otonomi khusus sebagaimana tercantum dalam Pasal 18B UUD 1945, dimana Negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
62
Jimly Asshiddiqie, op.cit. hlm.424
Universitas Sumatera Utara