Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 berdasarkan Pasal 183 ayat 4 diadministrasikan kepada Pemerintah Provinsi Aceh, dimana diberikannya
keleluasaan bagi Provinsi Aceh guna mengatur, menetapkan, mengendalikan dan mengambil kebijakan terkait pengelolaan dana otonomi khusus yang diatur dalam
Qanun Aceh. Berdasarkan amanah tersebut, Pemerintah Aceh mengeluarkan kebijakan
berupa Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana
Otonomi Khusus. Secara umum, Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 mengatur pengelolaan dana otonomi khusus, baik berupa perencanaan pengalokasian,
pelaksanaan dan pengawasan serta pertanggungjawaban dan pelaporan.
1. Perencanaan Pengalokasian
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu siklus manajemen anggaran. Dasar untuk melakukan perencanaan keuangan adalah perencanaan
strategis keuangan yang menetapkan tujuan dan sasaran utama dari penggunaan alokasi anggaran dengan menentukan apa yang harus dilakukan
guna mencapai tujuan sehingga dapat terealisasinya sasaran yang diinginkan. Menurut Robert Bacal:
Perencanaan kinerja merupakan bagian terpenting manajemen kinerja. Perencanaan melihat masa depan untuk memaksimalkan kinerja yang
akan datang dan bukannya menganalisis kinerja yang lalu. Perencanaan kinerja merupakan proses merencanakan apa yang harus
dilakukan dalam setahun mendatang, mendefenisikan bagaimana
Universitas Sumatera Utara
kinerja harus diukur, mengidentifikasi dan merencanakan mengatasi hambatan.
84
Sedangkan menurut Solly Lubis: Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran, pemilihan dan
penentuan secara matang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang dan pengambilan keputusan tentang
bagaimana, kapan, dan oleh siapa perencanaan tersebut dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
85
Perencanaan kinerja merupakan proses mendesain programkegiatan apa yang harus dilakukan dari sumber alokasi dana yang disediakan. Untuk
melakukan kegiatan tersebut, dibutuhkan penyediaan sumber daya yang profesional dan penentuan tujuan serta sasaran yang akan dicapai dari
penggunaan anggaran yang dialokasikan, sehingga proses pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan..
Tujuan diberikannya dana otonomi khusus bagi Provinsi Aceh sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006, adalah untuk membiayai program dan kegiatan pembangunan, terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat,
pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial dan kesehatan. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari penggunaan dana otonomi khusus
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari dana otonomi khusus
merupakan acuan dasar dari perencanaan pengalokasian penggunaan
84
Robert Bacal, Performance Management, McGraw-Hill Companies, Inc, New York, 1999 hal.54
85
Solly Lubis, Kebijakan Publik, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2007, hal.50
Universitas Sumatera Utara
anggaran. Oleh karena itu, setiap penyusunan program kegiatan yang diusulkan oleh KabupatenKota harus mengacu kepada tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan dari penggunaan dana otonomi khusus. Pengalokasian dana otonomi khusus Provinsi Aceh dibagi sebesar
40 bagi Provinsi dan 60 bagi KabupatenKota. Dari 60 dana untuk pembangunan KabupatenKota, dibagi lagi antar KabupatenKota setiap tahun
dengan menggunakan formula yang memperhatikan keseimbangan kemajuan pembangunan antar KabupatenKota, 30 ditentukan oleh jumlah penduduk,
30 ditentukan oleh luas wilayah, 30 ditentukan oleh indeks pembangunan manusia IPM, dan 10 ditentukan oleh indeks kemahalan konstruksi IKK.
Pembagian alokasi dana otonomi khusus 40 bagi Provinsi dan 60 bagi KabupatenKota masih belum proporsional, karena bagian 60 harus
dibagi untuk 23 dua puluh tiga KabupatenKota yang menyebabkan kesenjangan fiskal fiscal gap antara Provinsi dan KabupatenKota. Selain
itu, 40 bagian Provinsi juga di pergunakan bagi pembangunan Kabupaten dan Kota, karena wilayah pemerintah Provinsi Aceh mencakup seluruh
wilayah KabupatenKota di Aceh. Untuk itu, perlu kiranya dibangun pemikiran bagi pembagian dana
otonomi khusus yang lebih proporsional dalam pelaksanaan otonomi khusus di Provinsi Aceh dengan pembagian alokasi dana otonomi khusus sebesar
30 bagi Provinsi dan 70 bagi Kabupaten dan Kota.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2 Alokasi dana otonomi khusus
KabKota 60
Provinsi 40
Berdasarkan alokasi formula, Gubernur menetapkan pagu anggaran yang dijadikan sebagai dasar bagi KabupatenKota untuk menyusun program
kegiatan yang dibutuhkan. Dalam menetapkan pagu anggaran, Pemerintah Aceh wajib menyiapkan data dan informasi yang diperlukan berupa data yang
valid dan akurat dari Badan Pusat Statistik. Alokasi dana otonomi khusus bagi KabupatenKota tidak diberikan
dalam bentuk dana tunai, akan tetapi dalam bentuk pagu anggaran. Hal ini berarti, tidak diberikannya kewenangan bagi KabupatenKota untuk
melaksanakan programkegiatan dari dana otonomi khusus. KabupatenKota hanya diberikan kewenangan untuk menyusun programkegiatan yang
dibutuhkan berdasarkan besaran pagu anggaran yang telah ditetapkan, sedangkan pelaksanaanya dijalankan oleh Pemerintah Provinsi. Besaran
alokasi dana otonomi khusus Provinsi Aceh dapat dilihat data dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun 2008 dan 2009 dalam Milyar
PROVINSIKABUPATENKOTA TAHUN 2008
TAHUN 2009 PROVINSI ACEH
1.412 1.491,31
KABUPATEN ACEH BARAT 93,59
97,11 KABUPATEN ACEH BESAR
98,30 111,36
KABUPATEN ACEH SELATAN 115,93
102,80 KABUPATEN ACEH SINGKIL
89,39 80,32
KABUPATEN ACEH TENGAH 114,21
101,78 KABUPATEN ACEH TENGGARA
102,22 96,92
KABUPATEN ACEH TIMUR 157,52
154,12 KABUPATEN ACEH UTARA
100,71 127,88
KABUPATEN BIREUEN 91,79
111,76 KABUPATEN PIDIE
93,33 101,17
KABUPATEN SIMEULUE 89,92
83,25 KOTA BANDA ACEH
52,08 92,20
KOTA SABANG 45,69
72,12 KOTA LANGSA
62,26 82,80 KOTA LHOKSEUMAWE
61,93 92,54
KABUPATEN NAGAN RAYA 118,88
98,80 KABUPATEN ACEH JAYA
110,06 88,47
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA 78,30
88,32 KABUPATEN GAYO LUES
151,30 97,02
KABUPATEN ACEH TAMIANG 94,27
104 KABUPATEN BENER MERIAH
77,39 84,83
KABUPATEN PIDIE JAYA 55,09
83,80 KABUPATEN SUBUSSALAM
63,85 81,61
JUMLAH 3.530 3.728
Data diambil dari Peraturan Gubernur Aceh Nomor 50 Tahun 2008 dan Nomor 56 Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
Dari pagu anggaran yang telah ditetapkan, KabupatenKota menyusun rencana programkegiatan berdasarkan RPJP, RPJM, dan RKPARKPK
dengan persetujuan DPRK disertai rincian anggaran dan dokumen pendukung lainnya yang diusulkan kepada Pemerintah Aceh selambat-lambatnya pada
bulan Mei tahun anggaran berjalan, guna dikaji dan disetujui oleh Pemerintah Aceh. Dalam pengusulan programkegiatan dari alokasi dana otonomi khusus,
KabupatenKota dapat memprioritaskan Programkegiatan yang bersifat tahun jamak atau program kegiatan berkelanjutan yang tidak dapat diselesaikan
dalam jangka waktu satu tahun melalui persetujuan DPRK. Rencana programkegiatan yang telah disusun dan diusulkan oleh
KabupatenKota untuk dibiayai dari dana otonomi khusus, dikaji dalam suatu Musyawarah Rencana Pembangunan MUSRENBANG Provinsi Aceh
melalui Tim Koordinasi Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Dana Otonomi Khusus. Tim Koordinasi bertugas untuk mengaktualisasi
formula perhitungan pengalokasian dana termasuk pendataan, menyusun kriteria dan persyaratan seleksi programkegiatan, menilai kesesuaian
programkegiatan, menyediakan bantuan teknis kepada KabupatenKota dalam penyiapan usulan programkegiatan. Dalam hal, KabupatenKota tidak
dapat menyampaikan usulan program dan kegiatan yang memenuhi kriteria dan persyaratan seleksi, Pemerintah Aceh berkewajiban membantu menyusun
program dan kegiatan untuk dilaksanakan di KabupatenKota yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pelaksanaan