Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Dana Otonomi Khusus

BAB IV EFEKTIFITAS DAN TRANSPARANSI DALAM IMPLEMENTASI

PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS PROVINSI ACEH

A. Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Dana Otonomi Khusus

Pemerintahan Daerah merupakan komponen penting dalam keseluruhan tatanan bernegara. Secara teoritis terdapat enam elemen utama yang membentuk Pemerintahan Daerah, yaitu: 1. Adanya urusan otonomi yang merupakan dasar dari kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri; 2. Adanya kelembagaan yang merupakan pewadahan dari otonomi yang diserahkan kepada Daerah; 3. Adanya personil yaitu pegawai yang mempunyai tugas untuk menjalankan urusan otonomi yang menjadi isi rumah tangga daerah yang bersangkutan; 4. Adanya sumber-sumber keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah. 5. Adanya unsur perwakilan yang merupakan perwujudan dari wakil-wakil rakyat yang telah mendapatkan legitimasi untuk memimpin penyelanggaraan Pemerintahan Daerah; Universitas Sumatera Utara 6. Adanya manajemen pelayanan umum public service sebagai “end product” dari Pemerintah Daerah, agar dapat berjalan secara efesien, efektif, ekonomis dan akuntabel. 88 Secara filosofis, sinergi dari keenam elemen pokok Pemerintahan Daerah akan dapat memberdayakan Pemerintahan Daerah agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara, efektif, efesien, ekonomis dan akuntabel. Hal ini sejalan dengan alur pikir teoritik yang berkembang secara universal bahwa penyelenggaraan otonomi daerah ditujukan untuk mencapai dua tujuan utama, yaitu tujuan politis dan tujuan administratif. Tujuan politis akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal yang secara agregat akan menyumbangkan pendidikan politik secara nasional sebagai elemen dasar dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa. Pemberian otonomi dan pembentukan institusi Pemerintahan Daerah akan mencegah terjadinya sentralisasi dan mencegah kecenderungan sentrifugal dalam bentuk pemisahan diri. Tujuan administrasi mengisyaratkan Pemerintahan Daerah untuk mencapai efesiensi, efektivitas, ekonomis, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah adalah semata-mata untuk mencapai suatu 88 Swandi, I Made, Kebijakan Desentralisasi Masa Kini dan Pandangan Kedepan, Makalah Seminar Nasional Kebijakan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Rangka Mendukung Suksesnya Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal, Jakarta, 21 Maret 2002. Dikutip Sukarwo, Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Good Financial Governance, Airlangga University Press, Surabaya, 2005. hal.54 Universitas Sumatera Utara pemerintahan yang efektif dan efesien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintahan setempat pengurusannya diserahkan kepada daerah, sedangkan hal-hal yang lebih tepat ditangani pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat. Kombinasi dari kedua tujuan tersebut melahirkan suatu gagasan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Pemerintah Daerah harus mampu bertindak efektif, efesien, ekonomis dan akuntabel. Secara operasional, makna yang terkandung dalam konsep tersebut adalah sebagai berikut: a. Ekonomis, berarti Pemerintah Daerah harus mampu menjalankan urusan otonominya dengan berbagai pertimbangan ekonomis, yaitu memilih dari berbagai alternatif yang terbaik dari sudut total pembiayaan. Gambaran yang paling aktual dari pengertian ekonomis tersebut adalah adanya kemampuan Pemerintah Daerah untuk membuat pilihan antara sektor publik atau sektor privat atau kombinasi antara keduanya. Tujuan ekonomis akan memberikan citra hilangnya kesan pemborosan dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik dalam kegiatan rutin maupun pembangunan. Ini berarti bahwa Pemerintah Daerah akan selalu bersikap kompetitif dalam upaya memberikan nilai tertinggi bagi setiap rupiah uang rakyat yang dipergunakan. b. Efektif, berarti Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai haruslah dapat terukur dengan standar yang jelas Universitas Sumatera Utara Untuk mencapai efektivitas tersebut, Pemerintah Daerah harus peka dalam menentukan tujuan dan sasaran dari setiap urusan otonomi yang dijalankan. c. Efesien, berarti mengandung makna bahwa out put yang dihasilkan dari setiap penyelenggaraan urusan otonomi tercapai dengan resources in puts yang minimal. efesiensi akan menciptakan citra bahwa Pemerintah Daerah akan selalu hemat dalam mempergunakan resources, baik yang berupa pegawai, uang, peralatan, dan tata kerja prosedur dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan. d. Akuntabel, berarti Pemerintah Daerah harus mengutamakan kepentingan warganya dengan jalan mempertanggungjawabkan pelaksanaan otonominya kepada masyarakat melalui wakil-wakil rakyat dalam yurisdiksinya. Akuntabilitas yang bersendikan keterbukaan publik akan mendorong timbulnya partisipasi yang luas bagi masyarakat. 89 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, mengharuskan dilaksanakannya prinsip-prinsip Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana tercantum dalam huruf d dasar pertimbangan pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, yaitu: Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Aceh belum dapat sepenuhnya mewujudkan kesejahteraan rakyat, keadilan serta pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan hak asasi manusia, sehingga pemerintahan Aceh perlu dikembangkan dan dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik good governance. 89 Sukarwo, Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Good Financial Governance, Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hal.55 Universitas Sumatera Utara Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik good governance dalam pelaksanaan otonomi khusus Provinsi Aceh mencakup seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, termasuk dalam proses pengelolaan keuangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 190 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, yaitu: Pemerintah Aceh dan Pemerintah KabupatenKota mengelola APBAAPBK secara tertib, taat kepada peraturan perundang-undangan, efesien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan mamfaat untuk masyarakat. Dalam kaitannya pengelolaan dana otonomi khusus dengan konsepsi pemerintahan “good governance” patut dikemukakan pandangan universal dari World Bank yang dirumuskan UNDP. World Bank telah mensinonimkan paradigma “good governance” dengan suatu tatanan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan makna terdalam demokrasi dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi, berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. 2. Rule Of Law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia. 3. Transparancy. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus komunikasi. Proses-proses, lembaga-lembaga, dan informasi secara langsung dapat Universitas Sumatera Utara diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dimonitor. 4. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba melayani setiap stake holder. 5. Consensus Orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur. 6. Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. 7. Effectiveness and Effeciency. Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. 8. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat civil society bertanggung jawab kepada publik dan lembaga- lembaga stake holder. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi. 9. Strategic Vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif “good governance” dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan. 90 90 Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta, 2002. hal. 6-7 Universitas Sumatera Utara Mengikuti prinsip-prinsip yang tertuang dalam konsepsi Good Governance sebagaimana dirumuskan UNDP, maka pengelolaan dana otonomi khusus sebagai bagian dari keuangan daerah juga mengharapkan adanya proses manajemen keuangan yang baik Good Financial Governance dengan karakter: 1. Participation partisipasi; 2. Rule Of Law berdasar hukum; 3. Transparency terbuka; 4. Resvonsiveness bertanggung jawab; 5. Consesnsus Orientation berorientasi kesepakatan; 6. Equity keadilankesetaraan; 7. Effectiveness and Efficiency tepat guna dan berhasil guna; 8. Accountability berperhitungan; 9. Strategic Vision memiliki visi strategis. Keberadaan anggaran dalam penyelenggaraan Pemerintahan, pada dasarnya memiliki arti penting sebagai alat perencanaan planning tool, alat pengendalian control tool, alat kebijakan fiskal fiscal tool, alat politik politic tool, alat koordinasi dan komunikasi performance measurement tool, dan alat motivasi motivation tool. 91 Mengingat pentingnya anggaran dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka dana otonomi khusus Provinsi Aceh harus dapat dikelola dengan sebaik- baiknya sejalan dengan visi “Good Financial Governance” melalui reformasi 91 Mardiasmo, Otonomi Manajemen Keuangan Daerah, ANDI, Yogyakarta, 2002, hal.122 Universitas Sumatera Utara administrasi, baik secara institusional maupun manajerial terhadap urusan-urusan publik. Selain reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik, juga dibutuhkan reformasi lanjutan yang meliputi reformasi sistem pembiayaan financing reform, reformasi sistem penganggaran budgeting reform, reformasi sistem akuntansi accounting reform, reformasi sistem pemeriksaan audit reform, dan reformasi sistem manajemen keuangan financial management reform. Pembaruan sistem pengelolaan keuangan diperlukan agar pengelolaan uang rakyat public money dilakukan secara transparan sejalan dengan makna demokrasi berdasarkan konsep value for money sehingga tercipta akuntabilitas publik. Langkah untuk pembaruan sistem pengelolaan dana otonomi khusus juga akan berdampak pada perlunya reformasi anggaran budgeting reform meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan, serta pengawasan berdasarkan prinsip-prinsip Good Financial Governance.

B. Implementasi Pengelolaan Dana Otonomi Khusus

Dokumen yang terkait

KAJIAN YURIDIS PEMEKARAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN BONDOWOSO BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

0 3 17

Eksistensi Partai Politik Lokal Di Provinsi Aceh Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Perspektif Uu Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh)

0 11 79

KONSTRUKSI HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH

0 21 71

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI PAPUA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT DI KABUPATEN MIMIKA.

0 2 20

PENDAHULUAN POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 3 24

TINJAUAN PUSTAKA POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

1 6 64

METODE PENELITIAN POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 4 38

PENUTUP POLITIK HUKUM JUDICIAL REVIEW PASAL 256 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH (UUPA) (SEBUAH STUDI HUKUM MENGENAI KEKISRUHAN PEMILUKADA ACEH 2012).

0 6 8

Kedudukan Dan Fungsi Komisi Independen panitia pengawas pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam Berdasarkan undang-undang Nomor 11 Tahun 2006.

0 0 6

ANALISIS YURIDIS KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PELABUHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Oleh: Mochamad Abduh Hamzah ABS

0 0 22