Tahap observasi dan analisis

Jika ditinjau dari tiap indikator pemahaman konsep, berikut disajikan perolehan skor tes pemahaman konsep pada siklus II: Tabel 4.10 Skor Pemahaman Konsep Tiap Indikator Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep matematika siswa pada siklus I pada penyelesaian soal pemahaman instrumental yang terdiri dari indikator pemahaman konsep yang pertama yakni kemampuan Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya mencapai nilai rata-rata sebesar 77 dari skor ideal dan termasuk kategori baik dalam hal pencapaian, indikator pemahaman konsep kedua yakni kemampuan Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana mencapai nilai rata-rata sebesar 84 dari skor ideal dan termasuk kategori sangat baik, indikator pemahaman konsep ketiga yakni kemampuan Mengerjakan perhitungan secara algoritmik mencapai nilai rata-rata sebesar 79 dari skor ideal dan termasuk kategori baik. Pemahaman relasional dengan indikator kemampuan mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan masalah mencapai nilai rata-rata 72 Indikator Pemahaman Konsep Skemp Jumlah Skor Skor ideal Persentase Rata-rata Instrumental Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya 98 128 77 Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana 107 128 84 Mengerjakan perhitungan secara algoritmik 202 256 79 Relasional mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya 92 128 72 Jumlah 499 640 78 dan termasuk kategori baik, ini menunjukkan bahwa indikator yang ditargetkan sudah tercapai. Pada soal pemahaman ini, siswa kesulitan untuk memahami soal yang memerlukan pemecahan masalah dengan tingkat kesukaran lebih tinggi. Dengan demikian, pada siklus I ini semua indikator pemahaman konsep yang telah mencapai nilai yang diharapkan. 3 Respon Siswa Sama halnya dengan siklus I, peneliti juga menggunakan jurnal harian siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model TAPPS pada siklus II. Respon siswa ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dan akan dibandingankan dengan surnal harian siswa siklus I. Berikut ini hasil yang diperoleh dari jurnal harian siswa pada siklus I disajikan dengan tabel dibawah ini : Tabel 4.11 Representasi Jurnal Harian Siswa Siklus II No Kategori Presentasi Pertemuan ke- Rata-rata VI VII VIII IX 1 Positif 71,88 78,13 87,50 87,50 81,25 2 Netral 6,25 6,25 3,13 3 Negatif 21,88 15,63 12,50 12,50 15,63 Hasil wawancara antara peneliti dengan guru dan siswa akhir siklus II menunjukkan perubahan yang positif. Adapun hasil wawancara dengan guru pada siklus II dirangkum sebagai berikut: 1 Siswa merasa senang belajar matematika dengan penerapan pembelajaran pendekatan TAPPS karena mereka bisa memahami materi tanpa terpaku hanya pada guru. 2 Model pendekatan pembelajaran TAPPS cocok diterapkan pada pelajaran matematika. 3 Meningkatnya perkembangan aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II ditandai dengan munculnya keberanian siswa baik yang memiliki kemampuan tinggi maupun rendah, siswa berani mengungkapkan apa yang mereka pahami tentang materi pembahasan dalam bahasa mereka sendiri. 4 Hasil belajar siswa mengalami peningkatan terutama kemampuan pemahaman pada siklus II. 5 Dalam perannya siswa sangat antusias menjadi problem solver dan listener. Masing-masing listener sudah bisa memberikan pendapat, menanggapi ketika pasangannya salah memberikan penjelsan. Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa menunjukkan meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa. Hasil wawancara dengan siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 1 Siswa merasakan ada perubahan dalam dirinya ketika belajar matematika baik di sekolah maupun di rumah, mereka jadi lebih rajin dan semangat dalam belajar matematika 2 Siswa mulai menyukai Metode ini karena teman yang menjelaskan dan membuat siswa semakin paham terhadap materi yang dipelajarinya. 3 Siswa lebih senang belajar dengan metode TAPPS karena dapat memahami materi tanpa pembatasan dan dapat menggali materi dan menjelaskan menurut bahasanya sendiri. Selain data-data yang telah dipaparkan di atas, proses pembelajaran di kelas diabadikan dalam bentuk dokumentasi gambar. Hasil dokumentasi beberapa aktivitas siswa selama siklus II dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 4.3 Siswa Sedang Menjelaskan problem solver dan MenanggapiListener Gambar 4.4 Suasana Tes Akhir Siklus

d. Tahap refleksi

Hasil tindakan penelitian pada siklus II diperoleh data rata-rata tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebesar 74,53 telah mencapai batas yang ditetapkan yaitu ≥70. Adapun presentasi hasil skor tiap indikator pemahaman konsep pada soal juga sudah termasuk pada kategori baik, yaitu 78. Hal ini jika dibandingkn dengan indikator keberhasilan kinerja maka tindakan penelitian pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan kinerja, sehingga tindakan penelitian ini dihentikan. Keberhasilan tindakan penelitian ini tidak terlepas dari perbaikan- perbaikan yang diperoleh dari siklus I, yakni upaya dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Peneliti menyediakan alat pembelajaran yang lebih menarik dan mengacak pasangan agar tidak monoton dan siswa lebih kondusif untuk menjalani perannya sebagai problem solver dan listener B. Analisis Data 1. Aktivitas Belajar Siswa Data mengenai aktivitas belajar matematika siswa salah satunya diperoleh dari lembar observasi siswa. Rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I dan Siklus II, penulis sajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.12 Presentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I dan siklus II Siklus I Siklus II Peningkatan Jumlah 114 158 44 poin Rataan 28,5 39,5 11 poin Presentase 63,33 87,78 24,44 Kategori Cukup Sangat Baik Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan pada tabel 4.10 diperoleh data bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase aktivitas dari siklus I ke siklus II. Dari observasi dapat di ketahui bahwa kategori aktivitas siswa termasuk kedalam kategori cukup, kemudian pada siklus II aktivitas belajar matematika siswa termasuk kedalam kategori baik. Persentase aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan sebesar 24,44 dari siklus I ke siklus II, hal ini menunjukan bahwa tindakan tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Secara umum pada siklus I keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat, akan tetapi belum maksimal dan perlu ada perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika lebih baik dari siklus sebelumnya, dimana siswa yang mengalami kesulitan belajar mengalami kemajuan dengan sering memperhatikan temannya dan mengerjakan tugasnya dengan baik.

2. Kemampuan Pemahaman Konsep

Data hasil tes pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh dari tes formatif akhir siklus selanjutnya dilakukan pensekoran yang sebelumnya telah dibuat pedoman pensekoran agar hasil skor yang diperoleh bersifat objektif. Data yang diperoleh baik data aktivitas belajar matematika siswa maupun data hasil belajar matematika siswa diperiksa kembali kelengkapan dan keabsahannya dari berbagai instrumen yang dihasilkan. Untuk memperoleh keabsahan data aktivitas belajar matematika siswa maka digunakan metode triangulasi. Metode triangulasi merupakan metode yang dapat meningkatkan tingkat keakuratan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sudut pandang instrument penelitian sehingga menghasilkan penelitian yang benar-benar validabash. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga instrumen yang akan menunjang keakuratan data hasil aktivitas belajar matematika siswa. Tiga instrumen tersebut adalah instrumen aktivitas belajar matematika siswa, Jurnal Harian siswa, dan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya data-data tersebut diorganisir dan diklasifikasikan berdasarkan urutan waktu tindakan penelitian, tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendeskripsikan data sehingga diperoleh kesimpulan yang tepat. Selain itu, untuk memperkuat data aktivitas belajar matematika siswa penulis mengambil data lain berupa foto-foto dokumentasi tindakan penelitian, dan data hasil isian tes formatif akhir siklus. Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari tes formatif akhir siklus selanjutnya dilakukan penskoran dalam skala 1-100. Sebelum dilakukan penskoran peneliti terlebih dahulu membuat pedoman penskoran agar hasil skor nilai yang diperoleh siswa bersifat objektif. Untuk soal berbentuk essay setiap nomor soal ditentukan terlebih dahulu langkah-langkah kesistematisan jawaban dan skor maksimalnya, kemudian dilakukan proses perhitungan berdasarkan nomor soal. Agar tidak keliru dan untuk meyakinkan lagi peneliti mengulang kembali proses perhitungannya. Adapun peningkatan hasil rata-rata pada tes kemampuan pemahaman konsep tiap siklus dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Statistik Siklus I Siklus II Nilai Tertinggi 85 95 Nilai Terendah 45 60 Rata-rata 68,13 78,06 Standar deviasi 9,22 8,31 Berdasarkan tabel 4.11 tersebut diperoleh informasi bahwa hasil tes pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan rata-rata dari siklus I sebesar 68,13 menjadi 78,06 pada siklus II. Sedangkan rekapitulasi peningkatan persentase pemahaman konsep matematika siswa pada tiap indikator siklus I dan siklus II dapat terlihat pada tabel 4.12 berikut: Tabel 4.14 Rekapitulasi Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada tabel 4.12, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika melalui TAPPS dapat meningkatkan Indikator Pemahaman Konsep Skemp Siklus I Siklus II Instrumental Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya 70 77 Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana 57 84 Mengerjakan perhitungan secara algoritmik 66 79 Relasional Mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya 67 72 Rata -rata 68 78

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE TAPPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

3 27 213

Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Di Kelas Xi Ipa Sma Muhammadiyah 25 Pamulang)

3 26 192

Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Di Mts Hidayatul Umam

2 14 203

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PENERAPAN STRATEGI THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI Penerapan Strategi Think Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis (PTK Bagi Siswa Kelas VIII Semester Ganjil S

0 2 18

PENERAPAN STRATEGI THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI Penerapan Strategi Think Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis (PTK Bagi Siswa Kelas VIII Semester Ganjil S

0 1 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENERAPAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DISERTAI HYPNOTEACHING (HYPNO-TAPPS.

7 24 42

STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KELANCARAN BERPROSEDUR DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP.

2 8 62

PENGARUH STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHDAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP.

6 17 132