Kehidupan Para Santri Format Pendidikan

mengikuti pelajaran 5 orang lari dari asrama 1987-1990 159 137 5 orang merokok 6 lari dari asrama 10 tidak dapat mengikuti pelajaran 271 66 orang pindahan dari berbagai pesantren di Medan Dalam rekapitulasi kelulusan santri pun dapat dilihat dengan jelas bahwa di kelas III pun banyak santri yang keluar dan tidak semua santri yang mengikuti ujian bisa lulus karena dalam ujian santri sama sekali tidak ditolong oleh guru mereka. Dalam hal ini walaupun Pesantren Darul Arafah merupakan Pesantren yang baru berdiri namun pesantren Darul Arafah sama sekali tidak menggunakan cara-cara yang curang untuk menaikkan prestise mereka dimata masyarakat. pesantren Darul Arafah menilai sesuai dengan kemampuan santri-santri mereka.

3.6 Kehidupan Para Santri

Para santri di pesantren Darul Arafah resmi menjadi santri setelah mereka melewati pembekalan di pesantren. Para santri di pesantren diajarkan untuk mandiri. Di pesantren mereka harus mengurus diri mereka sendiri, mereka harus mencuci dan menyetrika baju mereka karena pada saat itu pesantren belum memiliki fasilitas Universitas Sumatera Utara laundry, fasilitas ini ada setelah tahun 1990 namun fasilitas ini tidak secara bebas digunakan oleh santri maupun para karyawan, mereka harus membayar Rp. 200 untuk setiap baju yang dicuci. Kehidupan di pesantren hanya untuk belajar, di pesantren tidak dilengkapi dengan fasilitas televisi. Pesantren Darul Arafah hanya menyelenggarakan pendidikan untuk santri mukim jadi santri tidak diperbolehkan pulang sesuka hati. Masa liburan santri adalah setelah ujian semester atau untuk urusan yang memang mendesak misalnya ada keluarga yang sakit keras atau kemalangan selain hal tersebut tidak akan diijinkan dan bagi yang melanggar akan diberikan sanksi yang telah dibuat oleh pihak pesantren berupa membersihkan areal pesantren, menghapal ayat, dsb. Untuk urusan makan dan minum, pihak pesantren sudah mengatur hal tersebut. Makanan dan minuman dimasak di dapur umum dan pada jam-jam yang sudah ditentukan santri makan bersama-sama dengan para karyawan dan para guru. Untuk minuman diluar jam makan pesantren Darul Arafah menyediakan beberapa ceret di tempat-tempat yang sudah diatur sehingga memudahkan santri ataupun guru yang sedang beraktifitas diluar ruangan.

3.7 Format Pendidikan

Pendidikan formal dalam Pesantren Darul Arafah disebut dengan MA’HAD Al Tarbiyah AL ISLAMIYAH AL HADITSAH MTIH. Format madrasah ini adalah koordinasi antara kurikullum pelajaran sekolah dasar menengah di Timur- Tengah dan kurikullum pendidikan formal madrasah di Indonesia yang berinduk pada SKB 3 Menteri. Pendidikan formal di MTIH ditempuh selama 6 tahun bagi Universitas Sumatera Utara siswa yang berijazah SD 6 tahun, dan ditempuh selama 4 tahun bagi siswa yang berijazah SLTP dan SMU. Selain itu MTIH jaga mencakup: 1. Madrasah Tsanawiyah Darul Arafah MTs Darul Arafah Dibuka pada tahun ajaran: 1986-1987. berstatus diakui berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Sumatera Utara Nomor BWb.08.81MTs0431995, tertanggal 11 Januari 1995. 2. Madrasah Aliyah Swasta Darul Arafah MASDA Dibuka pada tahun pe;ajaran 1988-1989. berstatus diakui berdasarkan Keputusan Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI Nomor. E.IVHK.0051701994, tertanggal 9 Desamber 1994. 3. Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arafah STAIDA a. STAIDA membawahi 2 dua jurusan: 1. Jurusan Pendidikan Agama Islam Tarbiyah 2. Jurusan Ahwal Syakhsiyah Syariah b. Proses Pembentukan 1. Berdiri pada tanggal 8 Mei 1988, dengan izin operasional Dirjen Lembaga Islam Nomor 25E1990, dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Arafah STITDA. 2. Status terdaftar oleh SK Menteri Agama RI Nomor 206 tahun 1991 untuk STITDA jurusan pendidikan Agama Islam Tarbiyah. 3. Diubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arafah pada tahun 1995-1996 dengan pedoman SK Menteri Agama Nomor 53 tahun 1994 dan Nomor 159 tahun 1995 tentang pedoman pendirian Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta. Universitas Sumatera Utara Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arafah adalah perguruan tinggi yang dibangun oleh Bapak Amrullah Naga Lubis dengan pertimbangan bahwa guru yang mengajar di Pesantren Darul Arafah hanyalah tamatan Aliyah Gontor yang tidak memiliki ijazah dan rata-rata mereka berkeinginan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi dalam hal ini hanya IAIN yang menerima tamatan Gontor yang tidak memiliki ijazah tadi. Melihat jarak yang lumayan jauh dari Pesantren Darul Arafah ke IAIN dan hal ini dirasa akan memakan waktu dan mengganggu proses belajar mengajar di Pesantren maka Dewan Pendiri memutuskan untuk membangun Sekolah Tinggi di pesantren. Jadi Sekolah ini diperuntukkan buat guru-guru yang mengajar di Pesantren Darul Arafah.

3.8 Struktur Organisasi Pesantren Darul Arafah