Lokasi Pesantren Darul Arafah Proses Pembangunan Pesantren Darul Arafah

yakni sejak tahun 1990, pesantren Darul Arafah melakukan suatu pembaharuan yaitu dengan tidak hanya memprioritaskan ilmu agama saja tapi juga menerapkan ilmu ekonomi dan eksakta sehingga diharapkan santri yang belajar di pesantren setelah tamat tidak hanya bisa melanjutkan pendidikan ke IAIN atau ke universitas yang berbasis jurusan agama tapi juga bisa melanjutkan ke fakultas ilmu-ilmu sosial dan eksakta.

3.2 Lokasi Pesantren Darul Arafah

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa pesantren Darul Arafah didirikan pada tahun 1985 dan situasi dan kondisi Desa Lau Bekeri jauh dari keramaian pesantren Darul Arafah yang terletak di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Luas Desa Lau Bekeri 174 Ha, dengan jumlah penduduk sekitar 5600 jiwa 33 dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Jumlah rumah yang ada di sekitar lokasi pesantren hanya 3 rumah dan jarak antara rumah satu dengan yang lain berjarak 300 m . Sebelum pendirian pesantren Darul Arafah, desa Lau Bekeri terdiri dari 7 dusun, yaitu: 1. Lau Bekeri 2. Dalam Suka 3. Dalam Rimbun 4. Lau Belong 5. Nari Gunung 6. Salang Mbelin 3 Jumlah ini merupakan perkiraan penulis setelah membandingkan jumlah penduduk yang dikatakan oleh Ibu Simet Sitepu, yaitu sekretaris kelurahan desa Lau Bekeri dan penduduk setempat. Universitas Sumatera Utara 7. Ujung Lingga Dari hasil penelitian didapat informasi bahwa penduduk desa Lau Bekeri didominasi oleh suku Batak Karo yang mayoritas beragama Kristen. Penduduk yang beragama Islam hanya sekitar 15 dari jumlah penduduk. Lokasi Desa Lau Bekeri berada: - 46 km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang - 26 km dari kota Medan - 23 km dari kota Binjai

3.3 Proses Pembangunan Pesantren Darul Arafah

Mendirikan suatu lembaga pendidikan dengan melahirkan suatu lembaga pengkaderan umat adalah tujuan lembaga pendidikan Darul Arafah. Hal ini bukanlah hal yang mudah bagi Badan Pendiri Pesantren Darul Arafah. Proses pembangunan pesantren Darul Arafah dilakukan dengan sangat sederhana. Pada awalnya Pak Lubis membeli tanah di Desa Lau Bekeri seluas 2 hektar dengan harga sekitar Rp.1 juta dimana tanah ini rencananya akan digunakan sebagai ladang yang akan digarap oleh keluarga Pak Lubis. Pak Lubis membeli tanah ini dari seorang perantara dan sebagai seorang pedagang Pak Lubis menginginkan hari tuanya dihabiskan untuk berladang dan karena harga yang ditawarkan cukup murah Pak Lubis pun membeli tanah tersebut. Ketika timbul keinginan untuk mendirikan pesantren Pak Lubis lalu mengubah niat yang semula untuk berladang menjadi untuk tempat mendirikan pesantren Darul Arafah. Keputusan untuk mendirikan pesantren di Desa Lau Bekeri sebenarnya adalah keputusan yang sangat berani karena pada saat itu Desa Lau Bekeri Universitas Sumatera Utara merupakan desa yang masih terpencil dan jauh dari pusat keramaian dimana angkutan desa yang menunjang sarana transportasi ke desa tersebut hanya satu-dua dan itu pun pada jam-jam tertentu. Selain itu desa Lau Bekeri merupakan desa dengan penduduk mayoritas non muslim dimana jumlah masyarakat muslim hanya sekitar 15. Namun hal ini tidak membuat Pak Lubis beserta staf dan keluarganya mundur bahkan hal ini menjadi cambuk pendorong bagi mereka. Pada awal pembangunan Pak Lubis hanya memiliki uang Rp.25 juta dimana uang ini diperoleh dari hasil menjual aset keluarga yang berada di Medan. Pak Lubis menyerahkan uang ini kepada “arsitek kampung”. “Batu demi batu, dipanas terik matahari pesantren Darul Arafah didirikan”, begitulah kalimat sederhana untuk menggambarkan proses berdirinya pesantren Darul Arafah. Banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi Dewan Pendiri Darul Arafah seperti yang telah disinggung diatas bahwa lokasi pembangunan pesantren berada di tempat yang terpencil selain itu Dewan Pendiri juga hanya memiliki biaya yang terbatas. Namun tantangan dan rintangan tersebut tidak menghalangi niat dan yang sudah terpatri dihati Dewan Pendiri. Persoalan-persoalan yang datang baik intern dan ekstern dihadapi dengan segenap ketabahan. Dengan dibantu beberapa stafnya seperti Dr. H. M Hasballah Thaib M. A dan para muhajirrin berdirilah pesantren Darul Arafah dengan izin pendirian dari notaris lihat lampiran. Pak Lubis memilih nama pesantren Darul Arafah karena secara harfiah kata Darul berarti tempat dan kata Arafah adalah nama tempat yang suci bagi umat Islam. Jadi dalam hal ini Pak Lubis mengharapkan pesantren binaannya menjadi pesantren yang memberi pendidikan, kekhusyukan dan kesejukan untuk setiap para penghuninya. Universitas Sumatera Utara Pada awal berdirinya pesantren, situasi dan kondisi pesantren masihlah sangat sederhana. Pesantren Darul Arafah terdiri atas 10 lokal, 6 pintu rumah guru, satu buah mesjid dengan nama Assallam, 2 pintu rumah karyawan, dapur umum dan gudang, 1 ruang gardu listrik, ruang makan santri, 1 buah aula, kamar mandi, warung sederhana dan sarana olahraga. Selain fasilitas di atas masyarakat Islam khususnya warga sekitar dan orangtua santri juga memberikan bantuan kepada Yayasan Badan Wakaf 4 pesantren Darul Arafah berupa karpet, mesin ketik, meja, kursi, buku dan sebagainya.

3.4 Dampak bagi Masyarakat Desa Lau Bekeri Terhadap Pendirian Pesantren