3.5 Jumlah Santri
Pada awal berdirinya pesantren Darul Arafah, bukanlah suatu hal yang mudah bagi Dewan Pendiri untuk menjaring santri. Namun usaha keras dari Dewan Pendiri
akhirnya pada awal dibuka pesantren Darul Arafah sudah mampu menyaring santri walaupun jumlahnya masih ratusan. Santri tahun ajaran pertama dikenakan biaya
pendaftaran sebesar Rp. 30.000,- dan uang sekolah sebesar Rp. 300.000,- per semester, dimana biaya ini termasuk biaya makan beserta fasilitas lainnya. Dibawah
ini dapat kita lihat rekapitulasi santri pesantren Darul Arafah.
Tabel I
REKAPITULASI SANTRI MTIH DARUL ARAFAH Tahun Pelajaran
Jumlah Siswa 1986-1987 103
1987-1988 256 1988-1989 538
1989-1990 829
Tabel II
REKAPITULASI SANTRI MTs Madrasah Tsanawiyah Siswa
Tahun Pelajaran Kelas
I Kelas
II Kelas
III Jumlah
1986-1987 103 - - 103
1987-1988 159 97
- 256 1988-1989 325
137 76 538
Universitas Sumatera Utara
1989-1990 350 299
271 774
Tabel III
REKAPITULASI KELULUSAN SANTRI MTs Tahun pelajaran Peserta
Lulus Persentase
1988-1989 47 42 89,4 1989-1990 82 75 91,5
Tabel IV
REKAPITULASI SANTRI MASDA Madrasah Aliyah Swasta Darul Arafah Siswa
Tahun Pelajaran Kelas I
Kelas II Kelas III Jumlah
1989-1990 55 - - 55
Tabel V
REKAPITULASI JUMLAH MAHASISWAI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH STAIDA
Tahun Akademi Jumlah Mahasiswa
1988-1989 20 1989-1990 23
Dari rekapitulasi jumlah santri dari tahun ketahun dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah santri di Pesantren Darul Arafah menunjukkan peningkatan. Hal ini
tidak terlepas dari usaha Dewan Pendiri Pesantren Darul Arafah dimana usaha itu
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan cara peningkatan kualitas santri. Pada awal berdiri Pesantren Darul Arafah pada mulanya memprioritaskan dua hal pokok yakni pendidikan agama yang
mencakup ilmu Tauhid, Tafsir, Hadist, Fiqih, Sejarah Islam dan Bahasa Arab, sedikit ilmu sosial seperti sejarah, tata negara, dsb dan ilmu eksakta seperti matematika,
fisika, dsb, namun kemudian Dewan Pendiri Pesantren Darul Arafah meningkatkan kualitas santri dengan menambahkan kurikullum Pesantren Darul Arafah dengan
pelajaran-pelajaran umum baik sosial dan eksakta ditambah keterampilan dalam kegiatan ekstra kurikuller. Pesantren Darul Arafah juga menjadikan bahasa Arab dan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar dan mengajar namun dalam pelaksaannya bahasa Arablah yang lebih sering digunakan. Hal ini disebabkan
karena guru yang mengajar para santri lebih menguasai bahasa Arab di samping santri juga lebih dapat mengerti bahasa Arab dibanding bahasa Inggris.
Dari rekapitulasi jumlah santri MTs dimana jumlah santri pada tahun ajaran 1987-1988 berjumlah 159 orang namun di kelas II berkurang menjadi 97 orang dan
pada tahun 1988-1989 dari jumlah santri 325, di kelas II menjadi 137, di kelas III bahkan berkurang menjadi 76 santri. Begitu juga pada tahun 1989-1990 dari jumlah
santri 350, di kelas II menjadi 299 santri, di kelas III bahkan menjadi 271. Banyaknya pengurangan ini berkaitan dengan santri yang kurang bisa mengikuti
sistem pendidikan di pesantren yang lumayan berat. Selain harus menginap di pesantren dan tidak boleh sesuka hati pulang ke rumah santri juga harus mematuhi
sejumlah peraturan yang telah dibuat oleh manajemen pesantren salah satunya adalah tidak boleh merokok, tidak boleh pacaran dan tidak boleh melawan guru selain itu
santri diwajibkan menghapal sejumlah doa-doa, ayat-ayat dalam Al-Quran, membaca Kitab Kuning dan serangkaian kegiatan yang telah diatur mulai dari bangun pagi
Universitas Sumatera Utara
sampai menjelang tengah malam selain kegiatan mingguan dan bulanan. Hal ini bukanlah hal yang mudah bagi santri untuk mereka lewati sampai masa pendidikan
mereka apalagi santri yang terpaksa masuk ke dalam pesantren seperti pesantren lainnya kadangkala pesantren Darul Arafah juga mendapati santri yang nakal dan
merupakan anak yang sudah tidak sanggup dididik orangtuanya. Untuk menghadapi hal tersebut pesantren Darul Arafah selalu mengusahakan hal terbaik yang bisa
mereka lakukan mulai dari berdiskusi dengan orangtua, menasehati santri dan memahami santri namun bila perbuatan santri sudah sangat melampaui batas santri
diberikan sanksi bahkan sampai dikeluarkan tanpa kompromi
8
.Jadi bukan suatu yang mengherankan bila kita melihat dalam rekapitulasi banyak santri yang tidak sampai
tamat menimba ilmu di pesantren Darul Arafah. Hanya santri yang memang berminat untuk menimba ilmu dalam Pesantrenlah yang bisa menamatkan pendidikan mereka.
Untuk lebih jelas dapat kita lihat tabel berikut:
Tabel I
Siswa Tahun Pelajaran
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Uraian
1986-1989 103
97 -
2 orang tinggal kelas 4 orang tidak bisa
mengikuti pelajaran 76
4 orang merokok
12 orang tidak dapat
8
Wawancara dengan Asisten Bidang Pendidikan Drs. Ali Syahbana Daulay, tanggal 24 Mei 2007
Universitas Sumatera Utara
mengikuti pelajaran 5 orang lari dari asrama
1987-1990 159 137
5 orang merokok
6 lari dari asrama
10 tidak dapat mengikuti pelajaran
271 66 orang pindahan dari
berbagai pesantren di Medan
Dalam rekapitulasi kelulusan santri pun dapat dilihat dengan jelas bahwa di kelas III pun banyak santri yang keluar dan tidak semua santri yang mengikuti ujian
bisa lulus karena dalam ujian santri sama sekali tidak ditolong oleh guru mereka. Dalam hal ini walaupun Pesantren Darul Arafah merupakan Pesantren yang baru
berdiri namun pesantren Darul Arafah sama sekali tidak menggunakan cara-cara yang curang untuk menaikkan prestise mereka dimata masyarakat. pesantren Darul
Arafah menilai sesuai dengan kemampuan santri-santri mereka.
3.6 Kehidupan Para Santri