Sistem Pendidikan Pesantren Fungsi Pesantren

dan 5 karya berbahasa Aceh. Kitab kuning dibagi kedalam tiga kelompok yaitu: 1. Kitab Dasar, 2. Kitab Menengah dan 3. Kitab Besar. Diantara kitab popular yang digunakan kurikullum, termasuk Kitab Dasar adalah Bina’ Sharf, Awawil Nahwu, Aqidat al-Awwanm Akidah dan Washaya Akhlak. Untuk Kitab Menengah meliputi kitab Amsilat al Tashrifiyah sarf Tsanawiyah, Kailani Maqshud sarf Aliyah dsb. Untuk kitab Besar meliputi kitab Jam’u al-Jawawi, al Asyibah wa al- Nadho Ushul Fiqh dsb. Kitab kuning sebagai sumber belajar umumnya diakses oleh kalangan “tradisionis” yang memberi penghargaan tinggi pada kitab dan pengarangnya dan merasa memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikannya sebagaimana adanya. Sedangkan kalangan “modernis” kurang mengakses kitab kuning ini. Pada umumnya mereka cenderung menggunakan sumber belajar yang disusun sendiri oleh para pengajar dengan cara mengambil substansi kitab ini, atas dasar pertimbangan efesiensi dan efektifitas mempelajarinya. 7

2.2.5 Sistem Pendidikan Pesantren

Sistem pendidikan menggunakan pendekatan holistik, artinya para pengasuh pesantren memandang bahwa kegiatan belajar-mengajar merupakan kesatupaduan atau lebur dalam totalitas kegiatan kehidupan sehari-hari. Bagi warga pesantren, belajar di pesantren tidak mengenal perhitungan waktu, kapan harus mulai dan kapan harus selesai dan target apa yang harus dicapai. Bagi dunia pesantren hanya ilmu- ilmu yang berkaitan dengan ubudiah yang dipandang sakral sedang ilmu muamallah dipandang tidak sakral. Dalam pandangan mereka semua kejadian dalam kehidupan 7 Abbudin Nata, ed, op.cit, hal 165 Universitas Sumatera Utara berawal dari Tuhan berproses menurut hukumNya dan berakhir atau kembali kepadaNya. Setiap peristiwa yang terjadi merupakan bagian dalam keseluruhan dan selalu berhubungan satu sama lain dan akhirnya pasti bertemu pada kebenaran Tuhan. Kyai yakin bahwa apa saja yang dipelajari oleh santri adalah baik dan pada suatu saat akan mendatangkan manfaat bagi yang bersangkutan jika sudah tiba waktunya. Seiring dengan pandangan holistik ini maka di pesantren tidak pernah dijumpai perumusan tujuan pendidikan pesantren yang jelas dan standar yang berlaku umum bagi semua pesantren juga tidak ditemukan kurikulum, cara-cara penilaian yang jelas dan kalkulatif serta cara-cara penerimaan santri dan tenaga kependidikan secara jelas pula. Dalam cara penerimaan santri boleh masuk pesantren setiap saat, tinggal di pesantren selama santri mau dan meninggalkan pesantren sewaktu-waktu. Dalam penerimaan tenaga kependidikan siapa saja boleh bekerja dan membantu asal iklas kecuali bagi program pendidikan formal seperti madrasah dan sekolah umum serta Pondok Pesantren Gontor yang seluruh kegiatannya menyelenggarakan pendidikan formal. 8 . Dalam perkembangan selanjutnya pesantren mengalami perubahan- perubahan baik dalam kurikulum maupun sistem pengajarannya.

2.2.6 Fungsi Pesantren

Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren menyelenggarakan pendidikan formal seperti madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi. Sistem pendidikan Non-formal yang secara khusus 8 Mastuhu, op.cit, hal 142 Universitas Sumatera Utara mengajarkan agama yang sangat kuat dipengaruhi pikiran-pikiran ulama fikih, hadist, tafsir, tauhid dan tasawuf yang hidup antara abad ke 7-13 Masehi. Kitab-kitab yang dipelajari meliputi: tauhid, tafsir, hadist, fiqih, ushul fikih, tasawuf, bahasa Arab, mantik dan akhlak. Dalam perannya di tengah masyarakat, pesantren memiliki 3 tiga fungsi sosial, yaitu sebagai lembaga pendidikan, membangun moral masyarakat dan mempersiapkan tenaga pendidik dan pembina di tengah-tengah masyarakat. Sebagai lembaga sosial, pesantren juga menampung anak dari segala lapisan masyarakat muslim tanpa membeda-bedakan tingkat sosial ekonomi orang tuanya. Biaya hidup di pesantren relatif murah daripada belajar di luar pesantren. Pesantren juga banyak menerima anak-anak nakal atau yang memiliki tingkah laku yang menyimpang untuk dididik dan kembali menjadi manusia yang baik. Setiap hari pesantren juga menerima tamu dari masyarakat umum, umumnya kedatangan mereka adalah untuk bersilaturahmi, meminta nasihat, dan sebagainya. Sehubungan dengan ketiga fungsi tersebut maka pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya dan menjadi rujukan moral bagi kehidupan masyarakat umum. Masyarakat umum memandang pesantren sebagai komunitas khusus ideal terutama dalam bidang kehidupan moral keagamaan. Masing-masing pesantren tampak memiliki semacam daerah pengaruh sendiri, yaitu komunitas-komunitas dalam masyarakat. Misalnya pesantren Tebu Ireng, pengaruhnya meliputi masyarakat di Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, Kalimantan, dan sebagainya. 9

2.2.7 Tantangan Pesantren Masa Depan