Pengelolaan Program Pendidikan Luar Sekolah

27 waktu yang akan datang. Sistematis karena perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip – prinsip tertentu. Prinsip – prinsip tersebut mencakup proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik, secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi. Menurut Waterson dalam Sudjana, 2004: 57 mengemukakan bahwa “hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi, dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif tindakan guna mencapai tujuan.” Sedangkan menurut A. Faludi dalam Sudjana, 2004: 58 “perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat keputusan tentang kegiatan – kegiatan untuk masa yang akan datang dengan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan melalui penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hicks and Gullet dalam Winardi, 2007: 163 yang menyebutkan bahwa “perencanaan berurusan dengan 1 penentuan tujuan dan maksud – maksud organisasi, 2 prakiraan – prakiraan lingkungan dimana tujuan hendak dicapai, dan 3 penetapan pendekatan dimana tujuan dan maksud organisasi hendak dicapai.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa perencanaan merupakan proses untuk mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk mencapi tujuan – tujuan yang akan dicapai. 28 Menurut Sudjana 2004: 102 mengungkapkan, secara sederhana “langkah – langkah perencanaan meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penilaian”. Pada langkah persiapan dilakukan kegiatan : pertama, penelaahan kebijakan atau program yang akan dilaksanakan. Kedua, penelaahan terhadap kebutuhan belajar masyarakat. Kegiatannya adalah mengidentifikasi langsung kepada kelompok sasaran danatau melakukan studi literatur tentang hasil – hasil penelitian. Pada langkah penyusunan program dilakukan identifikasi potensi dan seleksi sasaran program, pengolahan data, menyusun proposal, memotivasi calon warga belajar, melaksanakan evaluasi dan menganalisis hasil evaluasi. Pelaksanaan identifikasi dilakukan upaya mengumpulkan warga masyarakat dengan bantuan tokoh – tokoh masyarakat, menjelaskan tujuan, mengidentifikasi dan mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang telah disipkan melalui teknik – teknik wawancara, angket dan observasi. Sedangkan langkah yang terakhir adalah penilaian. Penilaian mencakup keseluruhan penyelenggaraan kegiatan dari perencanaan; pelaksanaan dan evaluasi yang meliputi proses, hasil, dan dampak program yang telah berlangsung. 2 Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan langkah kedua dalam proses manajemen. Pengorganisasian adalah kegiatan mengidentifikasi dan memadukan sumber – sumber yang diperlukan dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber – 29 sumber itu meliputi tenaga manusia, fasilitas, alat – alat, dan biaya yang tersedia atau yang dapat disediakan. Manusia adalah sumber yang paling pokok dalam pengorganisasian. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa pengorganisasian adalah upaya melibatkan semua sumber manusia dan non-manusia ke dalam kegiatan yang terpadu untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi penyelenggaraan pendidikan nonformal. Menurut Longenecher dalam Sudjana, 2004: 105 secara umum mendefinisikan “pengorganisasian sebagai aktivitas menetapkan hubungan antara manusia dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.” Dalam pengertian ini terkandung makna bahwa kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang – orang ke dalam kelompok, dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok itu untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Filippo dan Musinger dalam Sudjana, 2004: 106 mengemukakan bahwa “pengorganisasian adalah kegiatan merancang dan menetapkan komponen pelaksanaan suatu proses kegiatan.” Komponen tersebut terdiri atas tenaga manusia, fungsi dan fasilitas. Secara lebih khusus dikemukakan bahwa pengorganisasian ialah kegiatan menetapkan sumber daya manusia yang dilibatkan dalam suatu kegiatan, menetapkan tugas setiap orang yang terlibat dalam kegiatan, 30 dan menyusun aturan kegiatan yang dimuat dalam ketentuan lembaga. Setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat mendayagunakan fasilitas dan alat – alat yang tersedia untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan yang telah disusun dalam rencana. Menurut Koontz and O’donnel dalam Winardi, 2007: 161, menyatakan bahwa “Pengorganisasian adalah pembinaan, wewenang dan dimaksudkan untuk mencapai koordinasi yang struktural, baik secara vertikal maupun horizontal diantara posisi – posisi yang telah diserahi tugas – tugas khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaanorganisasi.” Hal yang sama juga di kemukakan oleh Pierce II dan Robinson Jr. dalam Hasibuan, 2007: 60 menyebutkan bahwa pengorganisasian adalah “proses menentukan hubungan – hubungan yang esensi diantara orang – orang, tugas – tugas dan aktivitas – aktivitas dengan cara mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber organisasi kea rah pencapaian suatu tujuan secara efektif dan efisien.” Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah proses kegiatan untuk membentuk organisasi yang diberi tugas melaksanakan rencana yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan organisasi. Organisasi ini mencakup sumber daya manusia yang akan mendayagunakan sumber daya lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan. 31 3 Penggerakan Penggerakan motivating dapat diartikan sebagai upaya pimpinan untuk menggerakan memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan dengan menumbuhkan dorongan atau motive dalam diri orang – orang yang dipimpin untuk melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dorongan atau motive ada dalam diri seseorang, sedangkan upaya menggerakkan motivasi sering dilakukan oleh pihak luar dirinya. Penggerakan atau motivating kegiatan memotivasi, menurut Hersey dan Blanchard dalam Sudjana, 2004: 147 adalah “kegiatan untuk menumbuhkan situasi yang secara langsung dapat mengarahkan dorongan – dorongan yang ada dalam diri seseorang atau kelompok orang kepada kegiatan – kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.” Menurut Knoll dalam Sudjana, 2004: 148 mengemukakan bahwa “motivasi sering diartikan sebagai pembentukan pemahaman tentang tujuan – tujuan yang perlu dicapai oleh orang – orang dengan melakukan kegiatan – kegiatan tertentu.” Menurut Koontz and O’Donnel dalam Hasibuan, 2007: 64, “pergerakan adalah hubungan erat antara aspek – aspek individual yang ditimbulkan adanya peraturan terhadap bawahan untuk dapat dimengerti dan pembagian kerja yang efektif dan efisien untuk tujuan organisasi yang nyata.” 32 Fungsi penggerakan adalah untuk mewujudkan tingkat penampilan dan partisipasi yang tinggi dari setiap pelaksana yang terlibat dalam kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Penggerakan motivasi dapat dilakukan melalui upaya menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan, semangat, percaya diri, dan partisipasi atau dengan menghargai nilai – nilai kemanusiaan setiap pihak yang terlibat dalam proses manajemen. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penggerakan adalah upaya pemimpin untuk memberikan dorongan kepada pihak yang dipimpin atau pelaksana kegiatan supaya pihak yang dipimpin mengarahkan perbuatannya, dengan menggunakan potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4 Pembinaan Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara atau, membawa, sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana. Dalam manajemen pendidikan nonformal, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur – unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga 33 rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan diarahkan untuk mengetahui, menganalisis, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan. Sasaran pembinaan adalah rangkaian tugas sesuai dengan kegiatan yang telah ditetapkan, ketepatan dalam pengorganisasian sumber – sumber, kecocokan antara tugas staf atau pelaksana dengan keahlian, prosedur kegiatan, penggunaan wewenang dan kedudukan, serta pembiayaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah upaya untuk memelihara efisiensi dan efektivitas kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5 Penilaian atau evaluasi Penilaian dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur - unsur program serta terhadap pelaksanaan program pendidikan. Penilaian merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah program sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Penilaian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian informasi untuk dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan. Menurut Wilbur Harris dalam Sudjana, 2004: 249 dalam “The Nature and Functions of Educational Evaluation” menjelaskan bahwa “penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, 34 efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.” Pendapat lain juga dikemukakan oleh Mugiadi dalam Sudjana, 2004: 250 menjelaskan bahwa “Penilaian adalah upaya pengumpulan informasi mengenai suatu program, kegiatan, atau proyek. Informasi tersebut berguna bagi pengembilan keputusan seperti untuk penyempurnaan suatu kegiatan lebih lanjut, penghentian suatu kegiatan, atau penyebarluasan gagasan yang mendasari suatu kegiatan.” Sedangkan menurut Koontz and O’Donnell dalam Hasibuan, 2007: 98 mengartikan bahwa “evaluasi adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelakasanaan kerja seluruh anggota organisasi agar supaya rencana – rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dapat terselenggara.” Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. 6 Pengembangan Pengembangan diambil dari bahasa Inggris yaitu development. Menurut Morris dalam Sudjana, 2004: 331 dalam “The American Herritage Dictionary of the English Language”, dikemukakan bahwa “Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi – potensi, membawa sesuatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih 35 akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks.” Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengembangan dalam manajemen pendidikan nonformal, dapat diartikan sebagai upaya memajukan program pendidikan ini ke tingkat program yang lebih sempurna, lebih luas, dan lebih kompleks. Pengembangan yang dimaksud adalah perluasan dan peningkatan kegiatan pendidikan nonformal yang telah danatau sedang dilakukan. Pengembangan pada dasarnya merupakan pelaksanaan kembali recycling program pendidikan nonformal melalui fungsi – fungsi pengelolaan program yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian sampai dengan pengembangan.

4. Kajian Tentang Desa Wisata

a. Definisi Desa Wisata

“Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku” Nuryanti, 1993: 2-3. Sedangkan menurut Ahimsa dalam Hidayat, 2002: 10 pengertian desa wisata yaitu : “Suatu kawasan permukiman di luar kota, didaerah pedesaan yang lebih baik secara sengaja maupun tidak, telah menjadi sebuah kawasan yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan karena daya tarikobjek wisata yang ada di kawasan tersebut dan desa ini pula para wisatawan menginap.” 36

b. Kelompok Sadar Wisata Sebagai Pengelola Desa Wisata

Kelompok Sadar Wisata atau di singkat “Pokdarwis” merupakan kelompok swadaya dan swakarsa yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat serta bertujuan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata daerah dan mensukseskan pembangunan pariwisata nasional. Dengan demikian kelompok sadar wisata merupakan kelompok yang tumbuh atas inisiatif dan kemauan serta kesadaran masyarakat sendiri guna ikut berpartisipasi aktif memelihara dan melestarikan berbagai obyek dan daya tarik wisata dalam rangka meningkatkan pembangunan kepariwisataan di daerah. Kelompok Sadar Wisata sebagai pengelola terselenggaranya desa wisata diharapkan dapat lebih mengoptimalkan pengembangan desa wisata.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian : 1. Hasil penelitian dari Nur Rika Puspita Sari pada tahun 2012 mengenai Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Obyek Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo Di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 Program yang dilakukan Kelompok Sadar Wisata Dewabejo dalam mengembangkan obyek wisata sebagai usaha memberdayakan masyarakat, diantaranya pelatihan managemen organisasi, pelatihan Standart Operating Procedure, pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan bahasa inggris, 37 bahasa Indonesia, pelatihan kepemanduan, pelatihan pengenalan batu karst, dan pelatihan tata ruang yang baik. 2 Kontribusi Kelompok Sadar Wisata Dewabejo dalam mengembangkan obyek wisata sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, meliputi pemikiran, penyediaan fasilitas akomodasi, dan memberikan inisiatif sumbangsih dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pariwisata disana, 3 Bentuk pemberdayaan dan perubahan yang ada di masyarakat dengan adanya Kelompok Sadar Wisata Dewabejo meliputu filosofi hidup, sikap, pendidikan, keterampilan, aturan bermasyarakat, adat, dan penampilan, 4 Kendala yang dihadapi dalam kegiatan Kelompok Sadar Wisata Dewabejo, kecemburuan sosial diantara masyarakat, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan yang ada di lingkungan mereka, dan kurangnya perhatian dari pihak dinas terkait. Adapun faktor pendukung yang ada meliputi, semangat dan motivasi dari semua pengurus maupun anggota, sikap kekeluargaan yang ada, sikap gotong royong yang masih kental, dan pengurus yang kreatif dan mampu mengayomi anak buahnya. 2. Hasil penelitian dari Abdur Rohim pada tahun 2013 mengenai Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Studi di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 Adanya Desa Wisata berawal dari gagasan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul yang kemudian mendapatkan respon positif dari para penggerak lokal masyarakat. Keberhasilan Desa Wisata Bejiharjo juga 38 mendapatkan stimulan dari program PNPM Mandiri Pariwisata dan instansi lainnya. 2 Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata yang dilakukan oleh Pokdarwis Dewa Bejo diterapkan dalam bidang atraksi dan akomodasi wisata. 3 Pengembangan Desa Wisata Bejiharjo berdampak pada bidang ekonomi yang meliputi peningkatan masyarakat serta penciptaan lapangan kerja baru. 4 Pengembangan Desa Wisata Bejiharjo memiliki dampak sosial-budaya. Tabel 1. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Nur Rika Puspita Sari Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Obyek Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo Di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul Dalam penelitian ini Pemberdayaan Masyarakat dalam mengembangkan obyek wisata dilakukan dengan berbagai macam kegiatan, serta dilihat kontribusi dan bentuk pemberdayaan masyarakat. Kendala yang dihadapi diantaranya yaitu kecemburuan sosial di masyarakat. Meneliti Pemberdayaan Masyarakat - Tempat penelitian berbeda - Tidak meneliti pengelolaan program Desa Wisata 2. Abdur Rohim Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Studi di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa adanya desa wisata berawal dari gagasa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, kemudian mendapatkan respon positif dari para penggerak lokal masyarakat. Meneliti Pemberdayaan Masyarakat - Tempat penelitian berbeda - Tidak meneliti pengelolaan program Desa Wisata

Dokumen yang terkait

Komunikasi Partisipatif Kelompok Sadar Wisata Dalam Pengelolaan Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

1 12 69

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PARIWISATA PEDESAAN ( Desa Wisata Brayut dan Desa Wisata Pajangan Kabupaten Sleman)

0 3 122

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGRAJIN BATIK KAYU (Kasus pada Sentra Industri Kerajinan Batik Kayu di Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013).

0 4 13

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGRAJIN BATIK KAYU (Kasus pada Sentra Industri Kerajinan Batik Kayu di Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013).

0 3 13

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA WISATA CIBURIAL KECAMATAN CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG.

0 1 9

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA OLEH KELOMPOK SADAR WISATA DEWABEJO DI DESA BEJIHARJO, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 2 190

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN DESA WISATA SAMBI DI DUSUN SAMBI, PAKEMBINANGUN, PAKEM, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 196

KARAKTERISTIK TOPENG KAYU SANGGAR WIDORO KANDANG DESA KREBET BANTUL YOGYAKARTA.

1 21 117

Analisis pengaruh insentif terhadap kinerja karyawan : studi kasus pada Perusahaan Batik Kayu Ragil Handicraft 212, Krebet Sendangsari Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 112

Efektivitas pendampingan penataan administrasi keuangan mahasiswa KKP FE USD pada usaha kecil : studi kasus pengrajin batik kayu Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul Yogyakarta - USD Repository

0 1 85