93 Berdasarkan hasil penelusuran dokumentasi dan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti, maka dapat diketahui bahwa faktor pendukung yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan
program desa wisata yaitu: kesadaran masyarakat masih sangat kurang, masyarakat secara umum belum mengetahui atau paham tentang
pariwisata, masing-masing bidang belum bekerja secara optimal khususnya bidang Pariwisata, sarana dan prasarana pendukung pariwisata
yang belum memadai, Obyek daya tarik wisata belum tertata dengan baik.
C. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang peneliti peroleh, baik dari data hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek penelitian maupun
dari pengamatan yang peneliti lakukan, serta dokumentasi yang peneliti dapatkan, maka peneliti mencoba untuk membahas guna menjawab pertanyaan
penelitian terkait pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan program Desa Wisata oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun di Desa
Sendangsari Pajangan Bantul. Pembahasan yang peneliti maksudkan adalah membandingkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kelompok Sadar Wisata
Krebet Binangun dengan teori dan penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun pembahasan dari data hasil penelitian tersebut dapat
peneliti uraikan sebagai berikut:
94
1. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat oleh Kelompok Sadar Wisata
Krebet Binangun
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk pemberdayaan yang dilakukan Pokdarwis Krebet Binangun
dalam memberdayakan masyarakat desa wisata adalah dengan melakukan berbagai sosialisasipenyuluhan, berbagai diskusi, penyelenggaraan kompetisi,
percontohan dengan berbagai pelatihan dan perintisan dengan berbagai pementasan seni dan budaya tradisional. Bentuk-bentuk pemberdayaan
tersebut secara terus menerus dan komprehensif sudah dilakukan sejak berdirinya Pokdarwis Krebet Binangun sebagai wujud kepedulian terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sasaran akhirnya, bentuk pemberdayaan tersebut dilakukan dan diterapkan untuk menunjang dan
mempercepat akselerasi kualitas hidup masyarakat yang pada awalnya belum berdaya menjadi berdaya dan mandiri.
Bentuk pemberdayaan masyarakat serupa juga diuraikan dalam hasil penelitian Rika PS. 2012 dan Abdur Rohim 2013, meskipun istilah yang
digunakan berbeda tetapi sesungguhnya memiliki subtansi yang sama. Kedua peneliti menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa wisata
Bejiharjo oleh Pokdarwis Dewabejo dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai atraksi, pendampingan, pertemuan, bantuan modal, pembangunan
sarana dan prasarana, kerja bakti dan berbagai bentuk kegiatan pemasaran. Pemberdayaan masyarakat menunjuk pada kemampuan orang,
khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan, mejadi berdaya dan mandiri. Menurut Suharto 2009: 57:99, setidaknya ada
95 tiga sisi dalam pemberdayaan masyarakat, yakni yang pertama menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap
masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan dengan mendorong memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya.
Kedua; memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah meningkatkan
taraf pendidikan dan memberikan informasi seluas-luasnya. Ketiga; memberdayakan mengandung arti melindungi, dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.
Menurut Hutomo 2000:7-10, dari berbagai konsep pemberdayaan masyarakat, secara umum kegiatan pemberdayaan masyarakat terdiri dari
empat bentuk. Pertama bantuan modal; salah satu aspek yang dihadapi oleh masyarakat yang tidak berdaya adalah permodalan. Tidak adanya modal
mengakibatkan masyarakat tidak mampu berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Kedua bantuan pembangunan prasarana;
prasarana di tengah-tengah masyarakat yang tidak berdaya akan mendorong mereka menggali potensi yang dimilikinya dan mempermudah mereka
melakukan aktifitasnya. Ketiga bantuan pendampingan; tugas utama pendampingan adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi
mediator untuk masyarakat. Keempat kelembagaan; keberadaan sebuah lembaga atau organisasi di tengah-tengah masyarakat merupakan salah satu
96 aspek penting untuk menciptakan keberdayaan. Adanya lembaga atau
organisasi akan mempermudah masyarakat untuk berkoordinasi yang pada akhirnya akan memberikan kemudahan dalam melakukan akses-akses yang
diinginkan masyarakat.
2. Pengelolaan Program Desa Wisata Krebet oleh Kelompok Sadar
Wisata Krebet Binangun sebagai Upaya Pemberdayaan Msyarakat Krebet Sendangsari Pajangan Bantul
Pengelolaan Program Desa Wisata Krebet oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun sebagai Upaya Pemberdayaan Msyarakat Krebet
Sendangsari Pajangan Bantul yang peneliti maksud adalah aktivitas Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun dalam mengarahkan masyarakat
setempat demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien. Adapun aktifitas yang dimaksud adalah mengintegrasikan semua
sumber yang ada melalui 4 fungsi-fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan evaluasi. Sedangkan pembinaan dan
pengembangan tidak ada dalam pengelolaan program desa wisata Krebet. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan program yang diadakan di desa wisata
Krebet masih menggunakan pengelolaan program yang sederhana. Secara umum fungsi-fungsi pengelolaan diatas dapat peneliti uraikan
sebagai berikut:
a. Perencanaan Program Desa Wisata oleh Kelompok Sadar Wisata
Krebet Binangun Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Perencanaan adalah penentuan secara matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka