Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 maupun penciptaan kesempatan kerja. Melihat peranan dan kontribusi yang begitu besar terhadap pembangunan di Indonesia maka kekayaan pariwisata perlu dikembangkan secara berkelanjutan. Indonesia berpeluang besar mengembangkan potensi wisata alam. Hal ini dapat dilihat dari potensi wisata alam yang dimilikinya seperti: 1 Alamnya yang indah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, 2 Sumber daya manusia yang bisa dikembangkan, 3 Seni budaya yang beranekaragam, 4 Letak geografis yang strategis, 5 Kondisi iklim yang relatif baik sepanjang tahun untuk kegiatan wisata. Kelima potensi tersebut merupakan modal yang dapat memberikan sumbangan besar pada pembangunan ekonomi lokal, regional dan terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan industri pariwisata Iskandar, 2010: 4. Perkembangan dalam industri pariwisata yang berbasis alam natural tourism saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Menurut World Tourism Organization WTO 1995, pertumbuhan per tahun untuk wisata umum general international travel hanya 5, sedangkan wisata alam 30. Di Indonesia pengembangan Wisata Alam lebih banyak berkembang pada Kawasan Pelestarian Alam Iskandar, 2010: 5. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan, sehingga perlu diupayakan pengembangan produk-produk yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pariwisata. Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan 5 memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata. Pembangunan bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor non-migas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Negara. Namun kenyataanya pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata belum memberikan dampak yang cukup baik untuk perekonomian masyarakat. Usaha mengembangkan dunia pariwisata ini didukung dengan UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah PAD, meningkatnya taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan sustainable development paradigma. Pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan 6 dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar. Dari beberapa ulasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata dimana masyarakat atau warga setempat memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka Gumelar, 2010: 1. Pendidikan Luar Sekolah PLS merupakan pendidikan di jalur non formal, Adapun salah satu bidang garapan PLS yaitu pemberdayaan masyarakat. Dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat terkandung didalamnya adalah konsep pemberdayaan masyarakat, upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya selalu dihubungkan dengan karakteristik sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai ciri, latar belakang, dan pemberdayaan masyarakat, yang terpenting adalah dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi suasana, atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Dalam mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam pendekatan. Salah satu pendekatan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah desa wisata. Menurut Soemarno 2011: 1 desa wisata merupakan : “Suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya.” 7 Keaslian desa wisata juga dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, untuk mengembangkan identitas atau ciri khas daerah desa wisata harus dikelola dengan baik dengan melakukan fungsi – fungsi manajemen. Membangun dan mengembangkan desa wisata bukan hal sulit, tetapi melakukan pengelolaan itu lebih rumit bila dibandingkan dengan membangun dan mengembangkan. Pengelolaan itu merupakan pekerjaan yang rutin harus dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan, sehingga pada pengelolaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menghasilkan produk desa wisata sesuai harapan. Pengembangan desa wisata dari tahun ke tahun tampaknya masih belum menggembirakan terutama pariwisata yang berbasis masyarakat yang bersentuhan langsung, dengan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan bisnis. Pasalnya kemampuan pengelola desa wisata untuk menyerap wisatawan belum maksimal. Masih banyak pengelola dan Sumber Daya Manusia yang berada di desa wisata yang belum mampu mengemas desa wisata agar memiliki nilai jual Solo Pos, Selasa 20 april 2010. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari 5 kabupatenKota yang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY dengan luas 50,885 km atau 15,90 dari luas wilayah Provinsi DIY. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 desa. Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Bantul 8 terletak antara 110 12 34 sampai 110 31 08 Bujur Timur dan antara 7 44 04 sampai 8 00 27 Lintang Selatan Data Statistik Kabupaten Bantul. Menurut Badan Pusat Statistika Kabupaten Bantul pada tahun 2011 tercatat jumlah penduduk yang tinggal di Dusun Krebet berjumlah 800 jiwa. Dengan luas wilayah 104 Ha dan terbagi atas 5 lima Rukun Tetangga RT. Mayoritas penduduk bermata pencaharian membuat kerajinan batik kayu. Saat ini di Dusun Krebet telah terbentuk Pokdarwis yaitu Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun yang menghimpun masyarakat yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengelola dan mengembangkan Dusun Krebet menjadi dusun tujuan wisata. Pokdarwis tersebut merupakan kelompok masyarakat yang peduli terhadap kemajuan daerah melalui pariwisata. Salah satu tujuan dari Pokdarwis yaitu memberdayakan masyarakat melalui program - program yang diselenggarakan di kelompok tersebut. Pemberdayaan masyarakat sendiri bertujuan agar seluruh potensi yang dimiliki masyarakat yang ada di desa wisata Krebet bisa dikembangkan. Kegiatannya diselenggarakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ada di desa wisata Krebet. Pariwisata di Dusun Krebet ini sangat potensial untuk dikembangkan sehingga dapat mendatangkan banyak wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Untuk dapat mengembangkan dan memajukan kegiatan wisata tersebut diperlukan sebuah pengelolaan yang baik dengan didukung oleh sumber daya manusia yang ahli di bidang pariwisata. 9 Desa wisata Krebet perlu dikembangkan agar bisa menarik banyak wisatawan manca wisman maupun wisatawan nusantara wisnu. Dengan banyaknya wisatawan yang datang ke desa wisata Krebet akan memberi banyak kontribusi bagi warga Krebet khususnya dan Kelurahan Sendangsari pada umumnya. Potensi wisata yang ada di desa wisata Krebet ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu kerajinan, kesenian, home stay dan kuliner. Potensi kerajinan batik kayu menjadi andalan di desa ini. Namun tidak hanya batik kayu, tapi ada tatah sungging kayu, genteng kayu dan beberapa kerajinan dalam skala kecil seperti pisau dapur, irus dan anyaman mendong. Selain kerajinan, desa wisata Krebet juga mulai mengembangkan berbagai kesenian yang dijualnya dalam paket wisata seni dan budaya seperti : ketoprak, jatilan versi modern dan klasik, kerawitan dan mocopat. Disini juga menawarkan paket wisata untuk keluarga, maupun untuk instansisekolah yang ingin belajar membuat kerajinan batik kayu. Mayoritas penduduk Dusun Krebet bermata pencaharian sebagai pengrajin batik kayu. Namun seiring berjalannya waktu penduduk di desa wisata Krebet ini belum bisa mengelola dan mengembangkan potensi yang ada di daerah tersebut, seperti dalam hal berinovasi produk kerajinan. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan belum menarik minat konsumen dan belum bisa bersaing dengan produk lain. Pemasaran produk juga belum merambah pasar Internasional sehingga pendapatan yang mereka terima juga belum maksimal. Pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan oleh 10 Pokdarwis ini diharapkan dapat memberikan ketrampilan dan pengetahuan – pengetahuan dalam mengelola dan mengembangkan potensi yang ada di desa wisata Krebet. Mengingat potensi yang ada di desa wisata Krebet ini banyak dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Bentuk pemberdayaan masyarakat yang ada di Pokdarwis dengan memberikan pelatihan – pelatihan, sosialisasi tentang desa wisata, pemanfaatan sumber daya alam dan seluruh potensi yang ada kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Diharapkan produk – produk yang ditawarkan di desa wisata Krebet dapat memiliki nilai jual yang tinggi sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat desa wisata Krebet. Berangkat dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Program Desa Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun di Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masih tingginya angka pengangguran di Kabupaten Bantul. 2. Pengembangan desa wisata yang belum optimal. 3. Masih banyaknya potensi yang belum dikembangkan secara maksimal 4. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang profesional untuk mengelola dan mengembangkan potensi bidang pariwisata. 11

C. Batasan Masalah

Identifikasi masalah di atas sangat luas, baik secara konsep, teori maupun cakupannya. Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan materi yang dimiliki peneliti, maka penelitian ini difokuskan pada “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Program Desa Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun di Desa Wisata Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pemberdayan masyarakat melalui pengelolaan program Desa Wisata oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun di Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayan masyarakat melalui Pengelolaan program Desa Wisata oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun di Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendiskripsikan Pemberdayan Masyarakat melalui pengelolaan program Desa Wisata oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun di Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. 12 2. Mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan program Desa Wisata oleh Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun di Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti: a. Untuk menambah pengalaman dan wawasan baru dalam kegiatan pengelolaan organisasi terutama dalam sektor pariwisata. b. Memperoleh pengalaman nyata dan mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapan PLS serta mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah didapat di bangku perkuliahan. 2. Bagi Kelompok Sadar Wisata Krebet Binangun : a. Sebagai referensi untuk menambah wawasan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata. b. Sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan dan pengelolaan program dalam pengembangan Desa Wisata. 3. Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah : a. Dapat menambah pemahaman dan wawasan mengenai manajemen program dalam pemberdayaan masyarakat. 13 b. Menambah pemahaman bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang Pendidikan Luar Sekolah PLS yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat melalui program desa wisata. 4. Bagi Pemerintah Daerah: a. Sebagai referensi untuk menambah wawasan dalam upaya pengembangan kawasan Desa Wisata. b. Sebagai bahan masukan untuk membuat program – program dalam pengembangan Desa Wisata.

Dokumen yang terkait

Komunikasi Partisipatif Kelompok Sadar Wisata Dalam Pengelolaan Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

1 12 69

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PARIWISATA PEDESAAN ( Desa Wisata Brayut dan Desa Wisata Pajangan Kabupaten Sleman)

0 3 122

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGRAJIN BATIK KAYU (Kasus pada Sentra Industri Kerajinan Batik Kayu di Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013).

0 4 13

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGRAJIN BATIK KAYU (Kasus pada Sentra Industri Kerajinan Batik Kayu di Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013).

0 3 13

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA WISATA CIBURIAL KECAMATAN CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG.

0 1 9

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA OLEH KELOMPOK SADAR WISATA DEWABEJO DI DESA BEJIHARJO, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 2 190

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN DESA WISATA SAMBI DI DUSUN SAMBI, PAKEMBINANGUN, PAKEM, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 196

KARAKTERISTIK TOPENG KAYU SANGGAR WIDORO KANDANG DESA KREBET BANTUL YOGYAKARTA.

1 21 117

Analisis pengaruh insentif terhadap kinerja karyawan : studi kasus pada Perusahaan Batik Kayu Ragil Handicraft 212, Krebet Sendangsari Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 112

Efektivitas pendampingan penataan administrasi keuangan mahasiswa KKP FE USD pada usaha kecil : studi kasus pengrajin batik kayu Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul Yogyakarta - USD Repository

0 1 85