Ketergantungan Menghirup Lem Ketagihan Perilaku Ngelem Dianggap Sebagai Kebiasaan yang Menyenangkan

jalanan. Perkalengnya dijual seharga Rp. 7.000,-. Berikut hasil wawancara di lapangan. “Aku ngelem bisa 5 kaleng satu hari, Kak. 1 kaleng tu harganya 7000. Habis,beli lagi. Habis beli lagi. Bagi-bagi. Kalau gak dikasi, dirampok lem kawan. Gak dikasi, dipukul. Lamhot, 16” Selain banyak dijual diberbagai toko, lem tersebut juga dapat dibeli di samping rumah, di tempat mereka sering berkumpul. Pedagang tersebut juga merupakan pemilik rumah yang menyewakan rumah bagi mereka. Pemilik tempat tinggal anak-anak jalanan selalu menyediakan lem untuk mereka dan memperoleh keuntungan dari mereka.

4.6.4 Ketergantungan Menghirup Lem Ketagihan

Anak-anak yang terbiasa menghirup aroma lem, dapat mengalami perasaan ketergantungan terhadap lem. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh rasa pening yang dialami jika tidak kembali ngelem. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan anak jalanan. “Aku ngelem ni, untuk ngilangin pikiran aja kak. Kalau gak ngelem, suntuk kak. Gak bisa gak ngelem. Peninglah langsung. Biasanya aku ngelem 3 kaleng 1 hari kak.” Perando, 15” Hal yang sama juga diperoleh dari informasi anak jalanan lainnya, seperti berikut ini. “Kalau ngelem ni ilusi, seperti oyong-oyong. Kalau ga ngelem, karna da tiap hari ngelem pening. Karena otak awak tu dah kena lem.” Faisal,12 Universitas Sumatera Utara Salah seorang anak jalanan lainnya juga mengaku telah ketagihan dan tidak dapat melepaskan lem. Berikut hasil wawancaranya. “Kalau ngelem, enak. Mabuk. Kalau gak ngelem, gak enak kak. Gini-ginilah, gigit tangan.” Harjono, 15 Ketagihan mengakibatkan anak jalanan sulit untuk menginggalkan kebiasaan menghirup aroma lem. Hal ini mendorong anak jalanan menjadikan ngelem sebagai sesuatu kebiasaan yang menyenangkan karena dapat membuat mereka tenang sesaat setelah mereka menghirup aroma lem tersebut.

4.6.5 Perilaku Ngelem Dianggap Sebagai Kebiasaan yang Menyenangkan

Di Kalangan Anak Jalanan Ngelem pada umumnya diajarkan oleh anak-anak jalanan yang telah lebih dahulu tinggal di jalanan. Mereka menjadikan lem sebagai salah satu kebiasaan yang menyenangkan dan kemudian mengajak anak-anak jalanan lainnya yang baru turun ke jalanan untuk ikut merasakannya. Berikut hasil wawancara dengan anak jalanan yang mengaku menghirup lem karena pengaruh seniornya orang yang lebih dahulu tinggal di jalanan. “Aku kenal lem dari Anto. Anto ini anak jalanan juga. Abangnya pun anak jalanan. “Jef, ayok ngelem yok.” Mau mau ajalah aku. Pertama-tama ga enak. Waktu pertama-tama ngisap lem mau putus gigi aku semua. Sengok aku. Dari situlah diajar-ajari awak. Tapi karna udah keenakan dah biasalah. Kalau ga ngelem suntuk banyak pikiran. Jefri, 13 Universitas Sumatera Utara Perilaku ngelem juga ditimbulkan oleh karena anak-anak jalanan tidak ingin dirinya berbeda dengan gaya hidup anak jalanan lainnya. Ada semacam kebanggaan tersendiri bisa melakukan hal yang sama seperti teman sebayanya. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan anak jalan berikut ini. Aku ngelem karna mau sendiri. Pertama-tama aku lihat kawan, terus kulihatlah kawan-kawanku semua ngelem, jadi ikutan lah aku. Aku gak ada dipaksa kawan Perando,15 Hal yang sama juga disampaikan oleh anak jalanan lainnnya “Kalau aku di jalanan ceritanya gara-gara orang tua, pisah, berantam. Itulah dibawa mamakku, aku. Waktu umur 5 tahunlah, Kak. Kutengok ada anak-anak di jalanan, kuikutlah, Kak. Ngamen-ngamen, di kasi uang aku.Jadi bandallah aku. Kulihat |kawan-kawanku ngelem. Nengok-nengok gitu aja, jadi beli lemlah.” Agus Maulana, 16 Oleh karena kehidupuan masyarakat mempunyai semacam aturan berupa nilai-nilai dan norma-norma sosial, maka agar individu dapat terintegrasi dengan baik maka individu itu perlu mengerti, memahami dan selanjutnya menggunakan nilai dan norma sosial tersebut sebagai pedoman perilakunya dalam kehidupan sosial. Untuk dapat mengerti dan memahami nilai dan norma tersebut, individu perlu mempelajarinya, sehingga proses sosialisasi seringkali juga disebut dengan proses belajar untuk hidup bermasyarakat Soetomo, 2008:168-169. Berdasarkan pandangan sosialisasi tersebut, perilaku individu akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila dia tidak berhasil melewati proses belajar. Akibat ketidakberhasilan proses belajar sosial atau “kesalahan” dalam memilih lingkungan interaksi sosialnya, anak dapat berperilaku devian. Universitas Sumatera Utara “Kesalahan” individu dapat berupa ketidakmampuan untuk menjalankan peranan dan dapat pula berupa penyalahgunaan peranan yang dimiliki sehingga tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Perilaku ngelem yang telah menjadi kebiasaan yang diajarkan oleh anak jalanan kepada anak jalanan lainnya. Perilaku ngelem tersebut diajarkan dari anak jalanan yang satu dengan anak jalanan yang lainnya. Berikut ini hasil wawancara dengan seorang anak jalanan yang mengaku mengenal ngelem karena diajarkan oleh teman-teman sebayanya di jalanan. Berikut hasil wawancara di lapangan. “Dulu aku gak tau ngelem ni. Diajar-ajari di Lapangan Merdeka. Pas ngelem aku, dah itu pening aku. Lama-lama dah ketagihan.” Faisal, 12 Anak jalanan sebagai gambaran dari terjadinya sosialisasi yang tidak berjalan dengan semestinya. Hal ini dapat terbukti dari seringnya mereka mengalami tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya. Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan yang erat dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang sehingga seringkali mengalami tekanan emosional yang membuatnya berperilaku negatif sehingga mengancam perkembangan fisik, mental dan sosial bahkan nyawa mereka. Di dalam situasi kekerasan yang dihadapi secara terus-menerus dalam perjalanan hidupnya, mengakibatkan kondisi tersebut melekat dalam diri anak jalanan dan membentuk kepribadian mereka. Hal ini mengakibatkan mereka terbiasa hidup tanpa aturan, berbicara kotor, dan berkelahi semaunya. Mereka akan mencari Universitas Sumatera Utara komunitas yang membuat mereka dapat merasa dihargai meskipun penghargaan tersebut bersifat kabur. Berikut hasil wawancara dengan anak jalanan yang mengaku bahwa sebelumnya dia sama sekali tidak tahu apa itu ngelem. Namun, pada akhirnya terlibat ngelem karena pengaruh ajaran teman. “Dulu aku gak tahu ngelem-ngelem gini kak. Tapi dibawa kawan aku ke sini kan, diajari aku. Kek gini, kek gini katanya. Jadi ngikut-ngikut kawan aku kak. Yah tahulah aku kek ngelem gini.”Harjono, 15 Dari hal tersebut, maka anak jalanan mengalami sosialisasi yang tidak sesuai dengan norma dan nilai masyarakat dari teman-teman sebayanya. Secara langsung maupun tidak langsung, mereka telah melakukan proses belajar yang salah dari interaksinya dengan lingkungannya. Mereka menyalahgunakan kondisi yang ada sehingga menimbulkan perilaku negatif yang tidak hanya merugikan masyarakat tetapi juga dirinya sendiri.

4.7 Ngelem Sebagai Prilaku Menyimpang