“Kalau mau tinggal disini bayar 1 orangnya Rp 2000 kak. Kalau mau ngelem, kadang nyumbang-nyumbang, ceka-ceka
sama kawan kak. Misalnya, aku 2000 kan, dia 3000 kan, sisanya 2000 kan.” Pide,17
Mereka memiliki kebiasaan jarang mandi karena di rumah yang mereka sewa tidak ada kamar mandi dan mereka juga malas mandi. Mereka biasanya
mandi sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan di sungai, tidak jauh dari rumah mereka.
“Kami di sini jarang mandi kak. Kadang mau sebulan sekali gak mandi. Kalau mau mandi pergi ke sungai belakang.”
Hendra,17
Sehabis bangun tidur, mereka hanya terbiasa mencuci muka saja sehingga tubuh mereka terlihat sangat kotor dan gigi mereka terlihat kuning.
Mereka membuang air kecil tidak di kamar mandi dan lebih sering ke semak- semak, tidak jauh dari sungai yang menjadi tempat mereka untuk mandi dan
membuang air besar.
4.5.2 Kondisi Tempat Tinggal Anak Jalanan
Tempat tinggal anak jalanan berupa ruangan seperti kamar semi permanen ukuran 3 x 2 m², tanpa adanya kamar mandi di dalamnya yang
mereka bayar sehariga Rp. 2000,- perkepala setiap malam. Mereka tidur dengan beralaskan tikar yang sudah tidak layak pakai di atas lantai semen. Kamar mini
tersebut ditutupi oleh papan-papan panjang model lipat yang dijadikan sebagai pintunya.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi kamar sangat berantakan dan kotor seperti tidak pernah dibersihkan. Beberapa kaleng bekas lem yang telah dihirup sering tampak
berserakan di lantai. Pakaian-pakaian anak jalanan yang sudah sangat kotor bertumpukan di ujung kamar karena tidak pernah dicuci.
Anak jalanan tidak selamanya menetap di tempat tersebut. Sesekali mereka berpindah-pindah tempat dan tidak jarang mereka tidur di depan kaki
lima bangunan rumah masyarakat. Mereka tidak memiliki tempat tinggal yang tetap meskipun mereka sering mangkal dan tidur di sekitaran Jalan Ngumban
Surbakti.
4.5.3 Pola Interaksi Antar-Anak Jalan Tidak Terlepas Dari Perilaku
Ngelem dan Perilaku Menyimpang Lainnya
Pola interaksi antar-sesama anak jalanan terjalin tidak harmonis. Walaupun mereka sudah sering bermain dan tidur bersama di dalam satu
ruangan, mereka tidak jarang saling memukul karena perselisihan baik masalah perkataan maupun sikap satu sama lain. Bukan hanya berebut makanan, mereka
juga terbiasa memperebutkan lem dan sesekali terlihat merampas lem yang sedang dihisap oleh teman sebayanya. Mereka juga terbiasa melakukan perilaku
menyimpang lainnya seperti mengucap kata-kata kotor satu dengan yang lainnya bahkan mencuri barang milik teman-teman sebayanya. Bagi mereka hal-
hal seperti itu sulit untuk dihindarkan karena telah menjadi kebiasaan. Berikut ini hasil wawancara dengan seorang anak jalanan ketika ditanya tentang
Universitas Sumatera Utara
hubungannya dengan teman-teman sebaya yang juga tinggal bersamanya di jalanan.
“Kami di sini terus berantam. Terus berantam. Siap berantam, gabung lagi. Main-main, gabung lagi, berantam
lagi. Kami udah kompak. Tapi kompaknya gak enak. Berantam, asal apa sikit berantam gara-gara ini, lem, nasi,
rokok apa segala macam. Gak dikasi pukul. Katanya pelit. Padahal dia pelit kali, padahal awak lapar.” Hendra, 17
Di sisi lain, mereka memiliki semacam solidaritas dalam interaksi mereka. Mereka menyadari hal ini karena merasa adanya persamaan nasib
sebagai anak-anak jalanan dengan banyak keterbatasan terutama dalam hal mempertahankan hidup. Berikut hasil dari wawancara dengan seorang anak
jalanan. “Kami udah acam keluargalah udah. Satu tempat tidur. Satu
awak makan juga. Ngelem sama. Akh, segala macam.” Agus Maulana, 16
Sikap kesetiakawanan juga dirasakan ketika mereka merasa ada teman sebaya mereka yang membutuhkan pertolongan. Maka, meskipun mereka harus
berbicara kasar dan berkelahi mereka mau berbagi, baik dalam berbagi nasi yang untuk dimakan bersama maupun rokok dan lem yang diisap secara
bersama-sama. Demikian pula halnya dengan pakaian yang mereka pakai sudah menjadi milik bersama. Meskipun sudah sangat kotor, mereka tidak lagi enggan
untuk memakai pakaian yang sudah dipakai oleh teman sebayanya yang baginya, jika dibandingkan dengan pakaiannya masih lebih bersih pakaian
Universitas Sumatera Utara
teman sebayanya, walaupun sebenarnya pakaian-pakaian mereka sudah sangat kotor dan tidak layak pakai.
4.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Jalanan Cenderung Menghirup