menyediakan lem untuk mereka beli. Selain itu, hampir di setiap toko, ada banyak pedagang yang menjual lem dengan harga yang tidak cukup mahal untuk ukuran anak
jalanan. Hal ini disebabkan karena lem merupakan salah satu jenis inhalen yang bebas untuk dijual. Salah satu merk yang paling populer digunakan adalah lem cap
Kambing yang harganya sekitar Rp 7.000,- perkaleng. Untuk mencegah hilangnya aroma di udara, maka kaleng lem tersebut dibungkus dalam plastik. Pemakaian bahan
ini bila dipakai sesuai petunjuk dapat berguna dalam kehidupan manusia. Namun, bila sengaja disalahgunakan dengan menghirup uap dan gasnya, lem dapat
menyebabkan gangguan organ tubuh yang serius dan bahkan kematian karena mengandung bahan-bahan kimia yang bertindak sebagai penekan sistem syaraf pusat,
mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan dan konsentrasi pikiran. Kebiasaan ngelem tersebut merupakan salah satu kebiasaan yang pada
umumnya mereka peroleh dari anak-anak jalanan lainnya yang lebih dulu berada di jalanan. Namun, ada juga yang melihat dari teman sepermainan mereka sendiri, dan
merasakan aroma lem itu tanpa ada yang mengajari.
4.5.1 Kebiasaan Sehari-hari Anak Jalanan Ngumban Surbakti
Pada malam hari hingga menjelang pagi, anak jalanan sangat suka berkumpul sambil bersama-sama menghirup lem di dalam rumah yang mereka
sewa seharga Rp. 2000,- perkepala dalam satu malam. Hal ini disebabkan karena pada malam hari hingga subuh, mereka dapat merasa bebas mabuk lem
karena hari sudah semakin gelap dan masyarakat serta kendaraan yang mereka incar sudah berkurang. Pagi menjelang siang, sekitar pukul 07.00 WIB hingga
Universitas Sumatera Utara
pukul 11.00 WIB mereka beristirahat untuk tidur. Dan pada saat siang hari hingga sore hari mereka melakukan aktifitas ekonomi yang menghasilkan uang,
baik sebagai pengamen, tukang sapu kaca mobil maupun ngesot berpura-pura berkaki puntung. Anak-anak jalanan di jalan Ngumban Surbakti memiliki
kebiasaan ngelem setelah selesai bekerja. Pendapatan mereka setiap harinya tidak menentu, namun diperkirakan
rata-rata dalam satu hari mereka dapat memperoleh uang dari Rp 20.000,- hingga Rp. 75.000,- perhari, tergantung pekerjaan yang mereka kerjakan dan
berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk bekerja di jalanan. Mereka biasanya memesan nasi pada pemilik rumah yang menyewakan
rumahnya kepada mereka. Nasi yang mereka beli seharga Rp. 4000,- semangkok ditambah sebotol air putih yang menjadi air minumnya. Ketika
mereka tidak memiliki uang yang cukup mereka juga tidak jarang untuk membeli indomie yang sudah dimasak oleh penjual nasi tersebut seharga Rp.
2000,- perbungkusnya. Untuk membeli lem, mereka juga sering berbagi uang sehingga mereka dapat menghirup lem bersama-sama untuk lebih menghemat
biaya. Beriku hasil wawancara dengan anak jalanan. “Aku beli nasi disini kak. Harga semangkok 4000. Kalau
indomie harganya 2000. Lem 1 kaleng 7000. Agus Maulana, 16
Hal yang sama juga disampaikan oleh anak jalanan lainnya yang juga tinggal di tempat yang sama.
Universitas Sumatera Utara
“Kalau mau tinggal disini bayar 1 orangnya Rp 2000 kak. Kalau mau ngelem, kadang nyumbang-nyumbang, ceka-ceka
sama kawan kak. Misalnya, aku 2000 kan, dia 3000 kan, sisanya 2000 kan.” Pide,17
Mereka memiliki kebiasaan jarang mandi karena di rumah yang mereka sewa tidak ada kamar mandi dan mereka juga malas mandi. Mereka biasanya
mandi sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan di sungai, tidak jauh dari rumah mereka.
“Kami di sini jarang mandi kak. Kadang mau sebulan sekali gak mandi. Kalau mau mandi pergi ke sungai belakang.”
Hendra,17
Sehabis bangun tidur, mereka hanya terbiasa mencuci muka saja sehingga tubuh mereka terlihat sangat kotor dan gigi mereka terlihat kuning.
Mereka membuang air kecil tidak di kamar mandi dan lebih sering ke semak- semak, tidak jauh dari sungai yang menjadi tempat mereka untuk mandi dan
membuang air besar.
4.5.2 Kondisi Tempat Tinggal Anak Jalanan