kakek yang ia sebut opung menghubungi keluarga Rian yang di Jakarta yang ia sebut Uda untuk mengantar Rian pulang ke Medan. Sesampainya di Medan,
Rian memilih untuk hidup di jalanan, ia mulai mencari uang dengan mengamen dan terbiasa dengan rokok, ngelem dan minum minuman keras.
4.2.1.10 Harjono Situmorang 15
Harjono Situmorang pernah sekolah sampai kelas 4 SD. Ia berasal dari wilayah Dolok Sanggul di jalan Matiti. Kedua orang tuanya sudah meninggal
sejak ia masih kecil. Dia sudah 8 tahun berada di jalanan. Dia merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Ketiga abangnya tinggal di Sibolga, Jambi dan
di Pekan Baru. Sedangkan adik-adiknya berada di Pekan Baru bersama abangnya. Dia tidak mau ikut dengan abangnya karena dia sendiri yang memilih
hidup di jalanan. Sebelum ia tinggal di jalanan, ia pernah bekerja membawa orang buta
yang merupakan keluarga yang ia sebut sebagai “nantulang”. Orang buta ini tinggal di Simpang Limun Air Bersih Medan. Ia memilih tinggal di jalanan
karena tidak menyukai pekerjaan yang disuruh oleh keluarganya tersebut. Dalam satu hari, Harjono dapat menghirup lem satu sampai dua kaleng.
4.2.2 Profil Keluarga Anak Jalanan
4.2.2.1 Ibu Diana Silalahi 40
Ibu Diana Silalahi adalah ibu dari Hendra Nauli. Ia bekerja sebagai petani yang mengurusi ladang orang. Ia bekerja dari pukul 09.00 WIB sampai
Universitas Sumatera Utara
dengan pukul 17.00 WIB, dengan penghasilan dalam satu hari sebesar Rp. 45.000,-. Namun, terkadang tidak memiliki penghasilan jika ia tidak bekerja di
lading orang. Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan yang terbuat dari papan, bersama satu orang cucu yang lahir dari anak pertamanya, yang masih balita
dan 1 orang keponakannya yang duduk di bangku sekolah menengah. Mereka tinggal di Jalan Kampus UKA Kabanjahe. Perawatan cucu dan keponakannya di
kirim dari anak dan keluarganya. Wanita yang mengaku tidak sempat tamat sekolah dasar ini pernah
menikah dua kali. Pernikahan pertamanya berakhir karena suaminya pergi meninggalkannya saat ia sedang mengandung Hendra. Sedangkan pernikahan
keduanya berakhir karena keluarganya tidak menyukai suami keduanya karena sering memukuli dirinya. Ia beragama Kristen sedangkan Hendra beragama
Islam, mengikuti agama suami pertamanya. Ibu yang memiliki kebiasaan merokok sebatang dalam satu hari ini
mengaku tahu bahwa anaknya berada di jalanan kota Medan. Namun, ia tidak tahu anaknya bekerja sebagai tukang ngamen dan melakukan perilaku ngelem.
Ia hanya mengetahui bahwa anaknya memiliki kebiasaan merokok dan bekerja sebagai penjual rokok di jalanan kota Medan. Ia pernah mencoba menjemput
Hendra berulangkali. Ia sangat sedih melihat anaknya di jalanan. Namun, Hendra tetap saja lari setelah di bawa pulang. Oleh karena itu, ia pun
membiarkan anaknya di jalanan karena beberapa kali ia menjemput anaknya, Hendra tinggal tetap berada di Jalan Ngumban Surbakti sehingga jikalau ia
rindu ia bisa menjumpainya ke tempat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2 Ima Nasution 22
Ima merupakan keluarga yang dianggap oleh Muhammad Faisal Keri Syahputra Keri. Ia bekerja sebagai ibu rumah tangga dan memiliki dua orang
anak. Anaknya yang pertama berumur dua tahun tiga bulan dan yang kedua berumur satu tahun satu bulan. Suaminya bekerja sebagai seorang nelayan.
Mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan yang terbuat dari papan di Jalan Kampung Baru Gang Sentosa Tanjung Balai. Ima yang merupakan ibu muda
yang hanya tamatan SMP ini adalah adik tiri dari ibu kandung Keri karena memiliki satu ibu yang sama dari ayah yang berbeda dengan ibu kandung Keri.
Hubungan Ima dengan orangtua Keri berjalan dengan tidak baik. Ayah kandung Keri pernah beberapa kali sering menghubungi Ima dan merayu Ima meskipun
Ima sudah menikah. Ia mengaku bahwa hubungannya dengan orangtua Keri sudah putus hubungan karena persoalan keluarga.
Ia mengenal Keri sebagai anak yang sangat jahat, apalagi ibu kandung Keri sudah tidak lagi memperdulikan Keri semenjak ibunya sudah memiliki
anak dari suami keduanya. Keri pernah disekolahkan, tetapi terus saja cabut dari sekolah. Ima sudah menganggap Keri seperti anaknya. Keri sudah menjadi jahat
dan selalu melarikan diri dimanapun dia ditempatkan. Ia mengaku bahwa Keri pernah diantar ke rumahnya oleh polisi dari kota Medan akibat dipukuli oleh
orang yang tidak dikenal di jalanan kota Medan. Namun, setelah ia lari dari Tanjung Balai, ia tidak tahu bahwa Keri selama ini berada di jalanan kota
Medan kembali, apalagi melakukan perilaku ngelem karena Ima berpikir kalau Keri sudah kembali ke Pekan Baru.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Penyebab Anak Tinggal di Jalanan
Penyebab anak di jalanan dapat disebabkan karena faktor dari dalam diri anak internal maupun faktor dari luar diri seorang anak eksternal. Faktor
internal berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menanggapi lingkungannya dan semua pengaruh dari luar. Tindakan yang
mereka lakukan merupakan reaksi yang salah dari proses belajar, seperti: krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal sebagai faktor
sosiologis yaitu semua perangsang dan pengaruh dari luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak-anak jalanan.
http:masrifatinanani.student.umm.ac.id20100730beberapa-macam- kenakalan-remaja, diakses 19 Juni 2011, pukul 17:14 WIB.
4.3.1 Faktor Internal Anak Tinggal di Jalanan
4.3.1.1 Ingin Mandiri
Keinginan mandiri merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh setiap orang. Sifat ini sering mendominasi perilaku seseorang dengan
tanpa sadar. Keinginan mandiri pada anak jalanan sering muncul karena pengaruh ekonomi keluarga yang dianggap kurang mendukung
kebutuhan mereka. Berikut hasil dari wawancara dengan seorang anak jalanan yang mengaku hidup di jalanan karena keiinginan diri sendiri.
“Kalau mamak aku sayang sama aku, kak. Gak mau dia pukul aku. Aku aja yang bandal. Mamak aku nyariin
aku. Tapi kubilang “Mak, udah mak gak usah nyariin aku, nanti kapan-kapan aku pulang. Mamak cariin aku,
capek mamak”.” Agus Maulana, 16
Universitas Sumatera Utara