Fungsi Sekolah Tidak Berjalan dengan Baik

Keadaan keluarga yang serba tidak menentu, kisruh, kacau, dan tanpa aturan ataupun disiplin merupakan tindakan yang tidak mendidik sehingga menyebabkan anak menjadi tidak terkendali dan frustasi. Berikut hasil wawancara dengan seorang anak jalanan yang tidak merasakan perhatian dari orangtuanya. “Waktu kecil sejak punya bapak tiri, mamaku acam anak tiri aku dibuatnya. Kan gini ketiduranlah aku kan di rumah, jadi kesiangan aku. Merepet-merepet dia. Kau acam di jalan kau. Dibilangnya, anak sial aku. Ginilah, kak. Punya bapak tiri jadi merana hidup awak. Aku pernah kusiram pake minyak tanah badanku. Tapi di halangin tetanggaku. Aku gitu kak, pala dah sakit kali hatiku sama orangtuaku. Memang dia ngelahirkan aku. Tapi ga tahan aku. Aku bagusan mati aja biar jumpa sama bapak kandungku.” Rian, 17 Keadaan ini akan menyebabkan anak-anak mencari suatu ketenangan dan mencari tempat yang membuat dirinya dihargai yaitu dengan menghisap lem dan bergaul dengan para anggota gang yang merasa memiliki perasaan senasib dengan dirinya.

4.3.2.1.5 Fungsi Sekolah Tidak Berjalan dengan Baik

Sekolah merupakan ajang pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga bagi anak. Sekolah adalah tempat anak-anak berinteraksi dengan teman-teman yang lain, yang secara tidak langsung membawa pengaruh yang baik atau pun buruk pada anak di sekitar lingkungannya. Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya Universitas Sumatera Utara yang berwatak baik. Pada sisi lain, anak-anak yang masuk sekolah, ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap kali mempengaruhi anak lainnya. Adanya pendidik yang marah kepada anak didiknya yang tidak jarang mengakibatkan anak tertekan, sikap pendidik yang tidak adil, hukuman atau sanksi-sanksi yang kurang menunjang pendidikan, ancaman dan terjadinya disharmonisasi antara pendidik dan anak didik juga mempengaruhi perilaku anak. Berikut hasil wawancara dengan seorang anak jalanan yang mengaku menyimpan kesan buruk ketika masih sekolah. “Aku pernah sekolah, SMP kelas 1. Putus sekolah, karena kubilang, buk permisi dulu ya buk aku mau ke rumah dulu mau ngambil minum, rupanya gak balik- balik aku ke sekolah. Di telanjangi aku, di pukuli mamakku aku pake tali pinggang karena ga sekolah lagi. Aku gak bale-balek lagi ke sekolah karena habis uang jajan aku. Aku pernah dipukul guru pake apa namanya acam rol itu yang besar itu, karena gak pande aku belajar.” Lamhot, 16 Pada saat anak ingin diperhatikan di rumah tapi tidak ada keluarga yang memperhatikan dan pada saat sekolah diharapkan menjadi tempat yang menyenangkan ternyata menjadi tempat yang menakutkan bagi anak. Tidak ada tempat bagi si anak untuk mencurahkan isi hatinya sehingga anak masuk kedalam komunitas anak-anak yang memiliki masalah seperti dirinya dan agar di akui Universitas Sumatera Utara mereka membentuk dirinya menjadi sebuah kelompok dengan tinggal di jalanan. Anak mulai suka bolos sekolah dan menjadi menyukai hidup bebas tanpa aturan. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang anak jalanan yang lebih tertarik dengan kehidupan di jalanan daripada sekolah. “Aku putus sekolah gara-gara di ajak kawan nyari duit di lampu merah. Dia anak jalanan juga. Aku biasanya, ke Simpang Pos, Juanda, Simpang kampus. Mamaku ga nyariin lagi. Pernah dicariin aku, pigi lagi aku. Tanya mamaku, “Kenapa kau ga pulang?” Malas awak gada kawan di rumah. Mamaku nyari botot. Bapakku supir truk Fuso ngangkat pasir.” Perando, 15 Kurangnya perhatian mengakibatkan anak menjadi pergi ke jalanan untuk mengekspresikan diri sendiri serta mengikuti cara hidup anak jalanan. Mereka melakukan perilaku ngelem sebagai proses sosialisasi yang mereka peroleh dari anak-anak jalanan lainnya yang menjadi kelompok baru mereka.

4.3.2.1.6 Faktor Lingkungan Sekitar