Kita Membayangkan Bagaimana Kita di Mata Orang Kita Membayangkan Bagaimana Orang Lain Menilai Bagaimana Perasaan Kita sebagai Akibat dari

Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

2.3.3.2 Konsep Diri Menurut Charles H. Cooley

Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurutnya, Konsep diri self concept seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.

2.3.3.2.1 Kita Membayangkan Bagaimana Kita di Mata Orang

Lain Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki keunggulan dan selalu menang di berbagai pertandingan. Hal tersebut tidak terlepas pula dalam kehidupan anak jalanan yang melakukan tindakan ngelem. Mereka merasa lebih hebat ketika mereka berani melakukan kegitan menghirup lem dibandingkan mereka yang tidak melakukan aktifitas menghirup lem tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.3.3.2.2 Kita Membayangkan Bagaimana Orang Lain Menilai

Kita Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu menganggapnya lebih dalam segala hal dan selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, orang yang dibanggakannya atau teman-temannya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai persaingan dan selalu memamerkannya kepada orang lain. Pandangan ini dapat berakibat buruk bagi diri si anak maupun orang-orang di sekitarnya. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal tanpa ia sadari atau mungkin ia sadari, ia tidak lebih baik dari orang lain.

2.3.3.2.3 Bagaimana Perasaan Kita sebagai Akibat dari

Penilaian Tersebut Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri. Jika kegiatan ngelem ini dianggap sebagai suatu hal yang dibanggakan diantara komunitas anak jalanan, maka akan timbul patologi sosial dalam kehidupan anak-anak jalanan yang berakibat buruk dalam kehidupan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap nakal, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai anak nakal sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.

2.3.3.3 Agen sosialisasi