Pekan Baru ke tempat orang tuanya dan ia mulai lari dari Pekan Baru ke Medan dengan menumpang bus. Beberapa lama tinggal di Medan, Keri pernah di
pukuli orang dan diantar oleh polisi ke Tanjung Balai, di rumah bibinya. Namun, ia kembali tinggal di jalanan di Tanjung Balai dan mencoba
menumpang kereta api untuk kembali di jalanan Kota Medan. Setelah lama tinggal di jalanan di kota Medan, kemudian ia mencoba pergi ke Tanjung Balai
tempat bibi adik tiri ibunya kembali. Oleh karena ia tidak menemukan tempat tinggal bibinya karena bibinya sudah pindah, ia kembali lagi ke Medan dan
tinggal sebagai anak jalanan di Kota Medan. Ia sendiri sudah tidak mengingat sejak kapan ia mulai melakukan ngelem karena sudah terlalu lama.
4.2.1.3 Lamhot Sirait 16
Lamhot Sirait merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Ia berasal dari Medan. Ia pernah sekolah sampai pada kelas 1 SMP. Namun, karena alasan
cabut dan pernah di pukul oleh guru ia memilih untuk tidak lagi sekolah. Ibunya bekerja di Malaysia sebagai pelayan rumah makan sedangkan ayahnya sudah
meninggal karena penyakit TBC. Keluarganya tinggal di Jalan Seular Baru Gang Mandosi No.8. Tetapi,
setelah di kunjungi ke lokasi, keluarganya sudah pindah ke daerah Brayan. Lamhot tidak tahu pasti keberadaan keluarganya, karena informasi pindahnya
keluarganya diperoleh dari tetangga. Pada tahun 2008, ia pernah bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah
rumah makan, namun dipecat karena temannya satu tim memecahkan piring di
Universitas Sumatera Utara
restoran tersebut. Lamhot berada di jalanan sejak tahun 2009 dan ia makan dan tinggal di jalanan. Ia bekerja sebagai tukang ngamen dan membersihkan kaca
mobil. Ia mengenal lem dari teman- teman sebaya yang juga berada di jalanan dan melihat berita di TV. Dalam satu hari ia bisa menghirup lem sebanyak 5
kaleng bahkan lebih.
4.2.1.4 Jefri Ali Syahputra Sitorus 13
Jefri Ali Syahputra Sitorus merupakan anak yang pernah dititipkan kepada seorang nenek, yang dia tidak kenal siapa nenek tersebut. Ibunya
menitipkannya pada nenek tersebut karena ibunya bekerja di Malaysia, sedangkan ayahnya telah meninggal karena peristiwa tabrakan. Ibunya tidak
menitipkan Jefri pada keluarganya karena keluarganya mengalami perselisihan. Pada saat itu, usia Jefri masih 5 tahun.
Jefri yang hanya tamatan kelas 1 SD ini tinggal di jalanan sejak nenek yang merupakan orang yang dipercayakan ibunya tersebut, meninggal.
Beberapa saat tinggal di jalanan, Jefri pernah di jemput oleh keluarganya bukan ibunya dan di asuh di tempat uaknya di daerah Puri. Namun, setelah 20 hari
tinggal bersama pamannya, ia melarikan diri ke jalanan karena sering disuruh dan mendapat perintah untuk membantu keluarga pamannya. Ia pun di jemput
oleh keluarganya kembali dan ia tinggal di rumah neneknya di daerah Tebing, Pagar Awan. Namun, tidak berapa lama tinggal di Tebing, Jefri memutuskan
untuk melarikan diri kembali ke jalanan dengan alasan sudah terbiasa bebas. Keluarganya sudah mencoba berulang kali untuk menjemputnya pulang ke
Universitas Sumatera Utara
Tebing, namun ia tetap memilih untuk tinggal di jalanan dan bekerja sebagai tukang pembersih mobil dan ngamen di jalanan. Dalam satu hari, Jefri bisa
menghasilkan Rp 21.000,-. Dia biasanya menghirup lem sebanyak 2 kaleng dalam satu hari.
4.2.1.5 Perando Panjaitan 15 tahun