Kesepuluh anak jalanan tersebut, berjenis kelamin laki-laki dan memiliki kebiasaan ngelem. Pada umumnya, mereka tinggal dan sering berkumpul di lokasi
penelitian. Namun meskipun demikian, mereka tinggal secara tidak menetap dan lebih sering berpindah-pindah tempat. Salah satu diantara anak jalanan yaitu Rian
beberapa hari setelah diwawancarai tidak lagi tinggal di lokasi penelitian akibat merasa takut ditangkap oleh oknum polisi sesaat setelah melakukan pencurian.
Berikut ini profil dari sepuluh anak jalanan yang menjadi informan penelitian ditambah dengan 2 dua informan lainnya yaitu keluarga dari anak jalanan tersebut.
4.2.1 Profil Anak Jalanan
4.2.1.1 Hendra Syahputra Nauli Manik 17
Hendra Syahputra Nauli Manik adalah seorang anak yang berasal dari Kabanjahe, Tanah Karo. Ia merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara.
Anak jalanan yang hanya menikmati pendidikan sekolah dasar kelas 5 SD ini, mempunyai seorang kakak yang telah menikah dan memiliki seorang anak.
Anak kakaknya tinggal bersama ibunya di Kabanjahe sedang kakaknya tersebut bekerja di Aceh dan suami kakaknya tersebut bekerja di Pancur Batu.
Hendra dilahirkan dari orang tua yang berbeda agama. Ibunya beragama Kristen dan ayahnya beragama Islam. Ibunya bernama Diana Silalahi, bekerja
sebagai petani, sedangkan ayahnya bernama Telbe bekerja sebagai supir pengangkut barang di daerah Tarutung. Hendra dan kakaknya beragama Islam.
Hendra mengaku bahwa ayahnya telah meninggalkan ibunya sejak Hendra
Universitas Sumatera Utara
masih di dalam kandungan. Ibunya juga telah pernah menikah untuk kedua kalinya namun kembali bercerai karena ayah tirinya pernah memukili ibunya.
Di kabanjahe ia pernah bekerja sebagai tukang pembersih motor di door smeer, namun karena alas an gaji yang tidak jelas dan tidak dapat bebas membuat
Hendra memutuskan untuk berhenti bekerja. Hendra telah tinggal di jalanan sejak tahun 2005. Ia memilih tinggal di
jalanan karena merasa bosan di rumah dan kesepian. Di jalanan, ia bekerja sebagai pengamen dan pembersih kaca mobil. Ia telah menghisap lem sejak
tahun 2008. Biasanya ia menghirup lem 2 kaleng dalam satu hari.
4.2.1.2 Muhamad Faisal Kery Syahputra 12
Muhammad Faisal Keri Syahputra FaisalKeri berasal dari keluarga yang bermasalah. Ayah kandungnya berada di Penjara, ketika ibunya menikah
lagi.Ibu kandung dan ayah tirinya tinggal di Pekan Baru. Ayah kandungnya masuk ke penjara akibat tindakan pencurian dan pemukulan. Keri merupakan
anak kedua dari dua bersaudara kandung. Saudara pertamanya meninggal pada saat masih bayi karena sakit. Namun, Keri memiliki saudara tiri berjumlah
empat orang. Keri pernah sekolah hingga kelas 4 SD dan itu pun tidak sampai selesai
karena ia memiliki sifat nakal. Sewaktu ia masih kecil, ia sering dititipkan di tempat keluarganya dalam batas waktu yang dia sudah tidak ingat lagi. Ia
pernah di titipkan di rumah neneknya di Tebing Tinggi, lalu kembali lagi ke
Universitas Sumatera Utara
Pekan Baru ke tempat orang tuanya dan ia mulai lari dari Pekan Baru ke Medan dengan menumpang bus. Beberapa lama tinggal di Medan, Keri pernah di
pukuli orang dan diantar oleh polisi ke Tanjung Balai, di rumah bibinya. Namun, ia kembali tinggal di jalanan di Tanjung Balai dan mencoba
menumpang kereta api untuk kembali di jalanan Kota Medan. Setelah lama tinggal di jalanan di kota Medan, kemudian ia mencoba pergi ke Tanjung Balai
tempat bibi adik tiri ibunya kembali. Oleh karena ia tidak menemukan tempat tinggal bibinya karena bibinya sudah pindah, ia kembali lagi ke Medan dan
tinggal sebagai anak jalanan di Kota Medan. Ia sendiri sudah tidak mengingat sejak kapan ia mulai melakukan ngelem karena sudah terlalu lama.
4.2.1.3 Lamhot Sirait 16