Kategori atau Status Anak Jalanan Jalan Ngumban Surbakti

anak jalanan yang tinggal diantara anak-anak lainnya yang memiliki perilaku menyimpang. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang anak jalanan penghisap lem yang turun ke jalanan karena terpengaruh oleh teman sepermainannnya. “Aku udah 3 tahun di jalanan, sejak umur 12 tahun. Diajak kawan dekat rumah ke lampu merah kak. Nyari duit. Dah tau aku nyari duitnya, nyapu ya kan, jadi malas sekolah. Cabut terus. ” Perando, 15 Hal yang sama juga diperoleh dari seorang anak jalanan lainnya yang mengaku tinggal di jalanan dan ngelem karena terpengaruh dari lingkungan, seperti berikut. “Aku sejak umur 5 tahun udah di jalanan. Pulang sekolah, ngamen. Gara-gara nengok-nengok kawan jadi terpengaruh-terpengaruh gitu. Umur 8 tahun, aku ngelem. Kunengok-nengok kawan, terpengaruh gitu.” Agus Maulana, 16 Untuk menghindari hal tersebut, anak harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang dari orang-orang terdekatnya serta pendidikan agama yang cukup sehingga anak dapat menilai apa yang baik yang dapat dilakukan dan apa yang buruk untuk dihindari dan tidak dilakukan.

4.4 Kategori atau Status Anak Jalanan Jalan Ngumban Surbakti

Dari 10 sepuluh anak jalanan yang diteliti, 7 tujuh diantaranya merupakan kategori anak jalanan children on the street karena masih Universitas Sumatera Utara mempertahankan hubungan dengan keluarga mereka. Mereka ada yang kembali ke rumah keluarga mereka meskipun dalam waktu yang tidak tentu dan hanya sebentar saja. Hal ini dilakukan oleh anak jalanan yang keluarganya tahu bahwa anaknya tinggal di jalanan. Anak-anak jalanan tersebut pulang, baik dalam waktu sebulan sekali atau sampai setahun sekali. Tetapi, hal itu terjadi bukan untuk meninggalkan kehidupan di jalanan karena mereka pulang ketika mereka merasa rindu kepada keluarganya. Berikut hasil wawancara dengan seorang anak jalanan yang mengaku akan pulang untuk melihat keluarga. “Aku pulang gak pulang aku, kak. Itu pun jarang aku pulang. Kadang tidur di sini. Dah lama aku di jalanan, dari kecil. Ada rencana pulang bentar nengok orang tua kalau ada duit dari hasil ngamen ini. Hari raya lagi, aku biasanya pulang.” Agus Maulana, 16 Tidak semua dari anak jalanan memilih tinggal di jalanan karena tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Di antara mereka ada yang memilih tinggal di jalanan karena bosan di rumah akibat kesepian karena orang tua bekerja di luar rumah. Salah seorang anak jalanan mengaku sangat menyayangi ibunya, seperti informasi yang diperoleh dari anak jalanan berikut. “Aku sayang sama mamakku. Kekmana dibesarkannya aku, kek gitu kubuat sama dia. Waktu pas masih di kandungan aku, kan di tinggalkan bapakku, mamakku. Mamakku pun sayang kali sama aku. Dialah yang mati-matian hidupi aku. Pas aku masih kecil, sambil ngangkat-ngangkat kol digendongnya aku.” Hendra, 17 Selain itu, yakni 3 tiga anak jalan lainnya termasuk children on the street karena lari dari rumah keluarga dan memilih tinggal di jalanan. Dari tiga Universitas Sumatera Utara anak jalanan ini, ada pula anak jalanan yang pernah dijemput paksa oleh keluarganya dan dibawa pulang. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena mereka kembali kabur dari rumah dan tinggal di jalanan akibat telah terlanjur menikmati kehidupan sebagai anak-anak jalanan, seperti anak jalanan berikut. “Aku pernah di jemput sama tanteku. Pertamanya ga kenal aku, tapi dibilangnya nama mamakku. Dibawalah aku ke kostnya di Pancing. Udah di bawa ke situ, lari lagi aku ke jalanan. Terus di jemput tanteku lagi. 5 hari di Pancing, aku di bawa ke Tebing ke tempat opungku. Tapi udah 12 hari lari lagi aku ke jalanan. Numpang-numpang aku naik motor ke Medan. Gak enak di rumah. Udah terbiasa di jalanan sama kawan-kawan. Habis itu, di jemput lagi aku sama tanteku. Tapi gak mau aku. Habis itu, kata tante, “Yaudahlah di sini ajalah kau kalau gak mau”.” Jefri, 13 Selain itu, dari anak jalanan ada pula yang memilih untuk tidak lagi pulang ke rumah keluarganya karena merasa takut akan dimarahi atau dipukul oleh keluarga mereka akibat sudah berulang kali lari dari rumah. Lari dari rumah juga ditimbulkan dari efek merasa kebosanan di rumah akibat kurangnya perhatian dari keluarga mereka. Berikut hasil wawancara dari lapangan. “Aku ga dicariin lagi kak. Dicariin nanti tetap juganya lari kak. Pernah di sini datang, ditariknya aku. Ditanya mamak “Kenapa kau gak mau pulang?” malas awak gak ada kawan di rumah, bosan awak.” Perando, 15

4.5 Ngelem Menjadi Bagian dari Aktifitas Anak Jalanan di Jalan Ngumban