Kandungan Lem Mempengaruhi Emosional Anak Jalanan

sehingga akan menimbulkan efek negatif bukan saja pada diri pemakainya, tetapi juga masyarakat di sekitarnya. Kondisi fisik mereka ditandai dengan mata yang memerah, batuk-batuk, mengeluarkan bau mulut yang tidak sedap dan kondisi tubuh terlihat kurus akibat tidak selera makan karena sudah terbiasa menghirup lem.

4.7.1 Kandungan Lem Mempengaruhi Emosional Anak Jalanan

Dalam lem terkandung zat Lysergic Acid Diethyilamide atau LSD. Zat tersebut sejenis zat hirup yang sangat mudah ditemui pada produk lem perekat. Pengaruh aroma lem tersebut sangat berbahaya karena ketika mengisap aromanya, zat kimia tersebut memengaruhi sistem saraf pemakainya. Zat yang dihirup dari lem menjadikan penggunanya merasakan kebahagiaan tersendiri hingga aktivitas pemakainya akhirnya berkurang karena halusinasi yang dialami. LSD sensitif terhadap udara, sinar matahari, dan klorine, terutama dalam bentuk cairan tanpa warna. Zat ini akan bertahan selama satu tahun jika dijauhkan dari cahaya dan dijaga suhunya tetap berada di bawah temperatur rendah. Penggunaan zat ini dalam jangka panjang dapat mengakibatkan sorot balik dan halusinasi yang dapat terjadi berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan. Efeknya hampir sama dengan penggunaan jenis narkoba, seperti hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi, rasa pening, dan perasaan tak terkalahkan atau merasa diri paling hebat dari yang lain. http:www.seputar-indonesia.comedisicetakcontentview382824, diakses 19 Juni 2011, pukul 05.40 WIB. Universitas Sumatera Utara Aroma lem yang dihirup lewat saluran pernapasan berpengaruh pada bagian pernapasan sebelum akhirnya sampai ke otak dan menyebabkan halusinasi. Didalamnya terdapat zat adiktif berbahaya yang terkandung dalam lem tersebut. Ngelem termasuk aktifitas napza, yaitu zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Cepat atau lambat zat tersebut akan berakibat buruk bagi organ dalam tubuh si pemakai. Susi Adisti, 2007:34. Zat- zat kimia itu dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil wawancara dengan anak jalanan seperti berikut. “Kalau ngelem, yang dirasakan ilusi, sengok. Kadang mau makan. Kadang gak mau makan. Aku ngelem biasanya 2 kaleng dalam satu hari.” Agus Maulana,16 Hal yang sama juga di sampaikan oleh anak jalanan lainnya, sepeerti berikut ini. “Kalau ngelem, aku mabuk. Pohon kukira orang. Kalau jalan aku lepo-lepo. Oyong-oyong. Bisa aku tahan lapar. Kalau ga ngelem gak enak rasanya. Kalau ngelem, habis, beli lagi. Habis, beli lagi. Satu hari bisa lima kaleng. Bagi-bagi. Kalau gak di kasi. Di rampok lemnya. Lamhot, 16” Pemakaian lem secara terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik maupun psikologis. Selain itu, resiko yang pasti terjadi adalah kerusakan pada sistem saraf dan organ-organ penting lainnya, seperti jantung, paru-paru, dan hati. Kebiasaan ngelem juga dapat menyebabkan kematian mendadak. Kematian mendadak disebabkan spasme atau keram di otot Universitas Sumatera Utara pernafasan. Uapnya bersifat iritan. Mengiriitasi mukosa saluran nafas hingga melukai saluran pernapasan sehingga terjadi keram di otot pernafasan. http:itsmeriskaicha.blogspot.com201104budaya-menghirup-uap-aibon- dikalangan.htm, diakses 28 April 2011.

4.7.2 Prilaku Ngelem Anak Jalanan Berdampak Negatif Bagi Kehidupan