Tahap-tahap Proses Keperawatan Proses Keperawatan. 1. Pengertian

2.4.3. Karakteristik Proses Keperawatan

Berdasarkan pentingnya manfaat proses keperawatan baik bagi pasien maupun perawat, Alimul, 2004, menyebutkan bahwa proses keperawatan mempunyai enam 6 karakteristik, antara lain: 1 merupakan metode pemecahan masalah yang bersifat terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari klien, keluarga, kelompok dan komunitas dan berkembang terhadap masalah dan mengikuti perkembanagan zaman, 2 dilakukan melalui pendekatan secara individual dari pemenuhan kebutuhan klien, 3 melalui proses keperawatan terdapat beberapa permasalahan yang sangat perlu direncanakan, 4 melalui proses keperawatan akan diarahkan tujuan pelayanan keprawatan yang sangat perlu direncanakan, 5 proses keperawatan merupakan suatu siklus yang saling berhubungan antara tahap satu dengan yang lain dan tidak dapat berdiri sendiri, dan 6 penentuan masalah lebih cepat diatasi mengingat di dalam proses keperawatan terdapat penekanan validasi data serta adanya pembuktian masalah dan menekankan pada umpan balik atau pengkajian ulang dalam mengetahui kebutuhan dasar secara komprehensif .

2.4.4. Tahap-tahap Proses Keperawatan

Berdasarkan pandangan beberapa ahli tentang proses keperawatan terdapat beberapa komponen yang disimpulkan melalui lima tahapan yang secara berurutan dan setiap tahap tergantung pada tahap berikutnya yakni: tahap pengkajian, tahap menetapkan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaanimplementasi dan evaluasi. Universitas Sumatera Utara 1. Tahap I Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang respon klien agar dapat mengidentifikasi dan mengenali masalah atau kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien. Area yang termasuk respon klien antara lain kegiatan sehari- hari, emosional, sosio-ekonomi, kultural dan spiritual. Yura Walls, 1983, dalam Alimul, 2004. Proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu: pengumpulan data, organisasi data, validasi data, dan analisa data. 2. Tahap II Diangnosa Keperawatan Menurut North American Nursing Diagnosis Association NANDA dalam Waluyo, 2006 diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon seseorang, keluarga atau masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatanproses kehidupan yang aktual atau risiko. Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien. a. Tipe Diagnosa Keperawatan, diagnosa keperawatan adalah struktur dan proses. Struktur diagnosa keperawatan komponennya tergantung pada tipenya, antara lain: 1 diagnosa keperawatan aktual actual nursing diagnoses. Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi Universitas Sumatera Utara melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan, 2 diagnosa keperawatan risiko tinggi risk and high-risk nursing diagnoses, adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat sangat rentan untuk mengalami masalah bila tidak diantisipasi oleh tenaga keperawatan, dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama, 3 diagnosa keperawatan sejahtera wellness nursing diagnoses, adalah ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik. Pernyataan diagnostik untuk diagnosa keperawatan sejahtera merupakan bagian dari pernyataan yang berisikan hanya sebuah label. b. Komponen rumusan diagnosa keperawatan. Secara umum diagnosa keperawatan yang lazim dipegunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil analisa data, meliputi: problem masalah, etiologi penyebab, dan signsymptom tanda gejala. Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat menggunakan 3 komponen atau 2 komponen yang tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara c. Persyaratan diagnosa keperawatan, meliputi: a perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap situasi atau keadaan kesehatan yang sedang dihadapi, b spesifik dan akurat, c merupakan pernyataan dari: P Problem + E Etiologi + S SignSymptom atau P Problem + E Etiologi, d memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan, dan e intervensi keperawatan dapat dilaksanakan oleh perawat. d. Perbedaan diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis. Beberapa perbedaan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa medis dapat dilihat dalam tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Diagnosa Medis dengan Diagnosa Keperawatan N0 Diagnosa Keperawatan Diagnosa Medis 1 Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya. Berfokus pada faktor-faktorkeadaan bersifat patologis. 2 Berfokus pada respons atau reaksi klien terhadap penyakitnya. Berfokus pada pengobatan dan penyembuhan penyakit. 3 Berorientasi pada kebutuhan individu, bio-psiko-sosio-spiritual. Berorientasi kepada keadaan patologis 4 Berubah sesuai dengan perubahan respons klien. Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh. 5 Mengarah kepada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi. Mengarah kepada tindakan medik yang sebahagian besar dikolaborasikan kepada perawat. Waluyo, 2006 3. Tahap III Perencanaan Perencanaan adalah fase ketiga dari proses keperawatan yang berarti merancang dasar bagaimanan sesuatu dapat dicapai dengan cara, alat, waktu tertentu. Perencanaan keperawatan berisi: pernyataan tujuan, tindakan, kriteria evaluasi. Tujuan bergantung pada apa yang diinginkan, tindakan menuju hasil yang Universitas Sumatera Utara diharapkan. Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: 1 penetapan prioritas, 2 penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, 3 menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan 4 pengembangan rencana asuhan keperawatan. Penetapan prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan yang sesuai dengan berbagai masalah klien, Waluyo, 2006. Penetapan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga tingkatan, antara lain high priority, intermediate priority, dan low priority. Tujuan adalah petunjuk untuk menyeleksi intervensi keperawatan dan kriteria hasil dalam mengevaluasi intervensi yang telah diberikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana intervensi keperawatan adalah: a mengidentifikasi alternatif tindakan, b menetapkan dan menguasai teknik serta prosedur keperawatan yang akan dilakukan, c melibatkan klien dan keluarganya, d melibatkan anggota tim kesehatan lainnya, e mengetahui latar belakang budaya dan agama klien, dan f mempertimbangkan lingkungan, sumber, dan fasilitas yang tersedia, seperti: memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, harus dapat menjamin rasa aman klien, mengarah pada tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai, bersifat realistik dan rasional dan rencana tindakan disusun secara berurutan sesuai prioritas. 4. Tahap IV PelaksanaanImplementasi Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke Universitas Sumatera Utara status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan, Alimul, 2004. Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan. adalah sebagai berikut: 1 berdasarkan respons klien, 2 berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan, 3 berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia, 4 sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan, 5 mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan, 6 harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri, self care, 7 menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan, 8 dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien, 9 memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan, 10 bersifat holistic, 11 kerjasama dengan profesi lain dan 12 melakukan dokumentasi Secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan, yakni : cognitive implementations, interpersonal implementations,technical implementations. Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan antara lain: independent implementations, interdependent implementations, dependent implementations. Universitas Sumatera Utara 5. Tahap V Evaluasi Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan. Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Tujuan dari evaluasi antara lain: 1 untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, 2 untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan, 3 untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan, 4 mendapatkan umpan balik, dan 5 sebagai tanggungjawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan keperawatan yang diberikan. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan konsep model teori keperawatan. Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain: 1 Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. 2 Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang Universitas Sumatera Utara diharapkan. 3 Mengukur pencapaian tujuan. 4 Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan. 5 Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu. Menurut Ziegler,et.all., dalam Waluyo, 2006, evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1 evaluasi struktur, evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan, 2 evaluasi proses, evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat, 3 evaluasi hasil, evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi : a masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, b masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan dan c masalah tidak Universitas Sumatera Utara teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah diagnosa keperawatan baru. Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara Subjective, Objective, Analisis ,Plan SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.

2.4.5. Dokumentasi Proses Keperawatan