5.1.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Klinik VCT
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi PSK yang tidak memanfaatkan klinik VCT dengan tingkat pendidikan SMP sd SMA yaitu 63,8 .
Jumlah PSK terendah adalah berada pada tingkat pendidikan SD, tetapi prevalence rate yang memanfaatkan klinik VCT pada PSK yang berpendidikan SMP sd SMA
lebih tinggi dibandingkan PSK yang berpendidikan SD. Hasil analisis statistik dengan menggunakan chi-square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan klinik VCT pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Wisata Bandar Baru Kecamatan
Sibolangit tahun 2012 dengan nilai probabilitas 0,578 p 0,05. Ratio Prevalence RP tidak memanfaatkan klinik VCT pada PSK dengan tingkat pendidikan SD
dengan yang berpendidikan SMP sd SMAadalah 0,784dengan Confidence Interval CI 0,290-2,119. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD beresiko untuk
tidak memanfaatkan klinik VCT pada PSK sebesar 0,7 kali lebih besar dibandingkan PSK yang berpendidikan SMP sd SMA.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Gunawan di Lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang tahun 2009 dengan menggunakan desain penelitian potong
lintang yang menemukan prevalensi tidak memanfaatkan klinik VCT pada PSK yang berpendidikan SD sd SMP yaitu 64,5 dan tidak terdapat dengan pendidikan tamat
akademi. Gunawan menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan SD sd SMPdengan pemanfaatan klinik VCT pada PSK..
Penelitian Tri Buana di Lokalisasi Perbatasan Kecamatan Bagan Sinembah
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Rokan Hilir tahun 2008 bahwa tingkat pendidikan tidak berberhubungan dengan pemanfaatan klinik VCT.
Menurut Green, tingkat pendidikan merupakan karakteristik bagi individu yang merupakan salah satu faktor predisposisi dalam membentuk perilaku. Tingkat
pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pengetahuan dan sikap serta wawasan dalam cara pandangnya dalam menghadapi suatu masalah kesehatan. .
Pendidikan penting dalam membentuk pola pikir seseorang dalam menggunakan fasilitaspelayanan kesehatan klinik VCT, hal ini juga dilatarbelakangi dengan faktor
resiko dari pekerjaan si responden. Seeseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan mengedepankan rasio saat menghadapi gagasan baru
dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah. Apabila tingkat pendidikan responden semakin tinggi maka pekerjaan yang sangat beresiko terjangkit penyakit
HIVAIDS juga akan semakin menurun peminatnya. Hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya klinik VCT
Notoatmodjo, 2007. Secara teori pendidikan mempunyai hubungan dengan pengetahuan dan
sikap, tetapi dari hasil penelitian tidak demikian. Hal ini dapat disebabkan pendidikan kesehatan reproduksi dan juga penyakit menular seksual masih dirasakan kurang
diajarkan pada pendidikan formal, hanya berupa materi sisipan untuk topik mata pelajaran Biologi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa PSK dengan tingkat pendidikan SMP sd SMA lebih banyak dan kurang memanfaatkan pelayanan klinik VCT sebagai
Universitas Sumatera Utara
tindakan pencegahan penularan menular seksual dan infeksi HIV. Hal ini dipengaruhi karena pengetahuan tentang klinik VCT dan penyakit HIVAIDS tidak pernah
disrtakan dalam pendidikan ekstra kurikuler sekolah sehingga masih minimnya pengetahuan tentang klinik VCT tersebut. Berdasarkan survey SDKI tahun 2009
bahwa pendidikan seks secara komprehensif di sekolah efektif menghindari kehamilan dini para remaja dan penyakit menular seksual lainnya. Untuk itu
pendidikan perlu ditingkatkan yang sangat diperlukan dalam pengelolaan HIV yang cepat, terpadu dan komprehensif. Pendidikan perilaku sehat sudah waktunya
dilakukan di semua lini termasuk dunia kerja 5.1.3. Hubungan Masa Kerja dengan Pemanfaatan Pelayanan Klinik VCT
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa yang tidak memanfaatkan klinik VCT yang paling banyak pada PSK dengan masa kerja sebagai PSK 6 bulan
yaitu 31 orang 57,4 dibandingkan yang memiliki masa kerja 6 bulan sebagai PSK. Hal ini sama dengan penelitian Roselly di lokalisasi Teleju Kota Pekan Baru
bahwa masa kerja sebagai PSK yang lebih banyak selama 2 tahun yaitu 72 orang 55,6 dibandingkan PSK yang bekerja 2 tahun sebagai PSK sebanyak 58 orang
44,6 . Hasil analisis statistik dengan menggunakan chi-square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan pemanfaatan klinik VCT pada PSK di wilayah kerja Puskesmas Wisata Bandar Baru Kecamatan
Sibolangit tahun 2012 dengan nilai probabilitas 0,007 p 0,05. Ratio Prevalence RP tidak memanfaatkan klinik VCT pada PSK dengan masa kerja sebagai PSK 6
Universitas Sumatera Utara
bulan dengan yang memiliki masa kerja sebagai PSK 6 bulan adalah 0,147 dengan Confidence Interval CI 0,932-1,751. Hal ini menunjukkan bahwa PSK yang
memiliki masa kerja selama 6 bulan tidak beresiko untuk tidak memanfaatkan klinik VCT pada PSK sebesar 1,2 kali lebih besar dibandingkan PSK yang memiliki
masa kerja 6 bulan sebagai PSK. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Buana 2009
yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan pemanfaatan pelayanan klinik VCT, karena masa kerja berhubungan dengan
pembentukan pengetahuan , sikap yang baru yang akhirnya akan menghasilkan tindakan yang lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu hal yang beresiko dan juga
dalam pemanfaatan pelayanan klinik VCT. Masa kerja sangat mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan
dan lingkungan dimana ia bekerja. Semakin lama ia bekerja maka semakin banyak pengalamannya dan termasuk juga dalam memilih alternatif tempat pengobatan dan
pelayanan klinik VCT. Namun hasil penelitian mengatakan masa kerja tidak ada hubungan dengan pemanfaatan klinik VCT hal tersebut juga dipengaruhi oleh
tuntutan ekonomi dan kemudahan dalam memperoleh penghasilan yang besar,tanpa harus bekerja ekstra keras yang mengeluarkan tenaga maupun pikiran. Semakin lama
responden bekerja sebagai pekerja seks komersil maka akan memberikan pengaruh yang besar untuk kesehatannya khusunya terhadap ancaman tertular penyakit menular
seksual dan HIVAIDS, untuk itu PSK sebaiknya rajin memeriksakan kesehatannya
Universitas Sumatera Utara
walaupun belum tampak gejalanya, yaitu dengan semakin rutinnya mengunjungi dan memanfaatkan pelayanan klinik VCT.
5.1.4. Hubungan Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Klinik VCT