Analisis Diagram Pareto Mutu Ikan Tuna

3 Khusus untuk ikan berukuran besar diikuti dengan pembuangan darah ikan bleeding, karena darah merupakan media penyebaran mikroba pembusuk dari insang ke daging ikan melalui pembuluh darah ikan. 4 Menyiangi dengan membuang insang dan isi perut ikan sebagai pusat konsentrasi mikroba alami. 5 Mencuci ikan segera setelah ditangkap, mati dan disiangi, dengan tujuan membersihkan lendir dipermukaan tubuhnya yang merupakan salah satu pusat konsentrasi mikroba pembusuk yang secara alami ada di tubuh ikan, dan sisa- sisa darah selama proses penyiangan.

5.4 Analisis Diagram Pareto Mutu Ikan Tuna

Penurunan mutu tuna sering disebut dengan cacatmutu tidak baik, yang terjadi akibat dari penanganan yang kurang baik. Penentuan mutu tidak baik dapat diketahui dengan pengujian organoleptik, dimana mengamati kondisi seperti mata, insang, keadaan tubuh dan lain-lain. Tipe cacat yang dapat terjadi diantaranya mata merah, daging perut lembek dan sebagianya. Untuk mengetahui tipe cacat yang yang dominan dan yang tidak dalam hubugan penurunan mutu ikan, maka dilakukan suatu analisis diagram pareto yang sebelumnya dilakukan pengecekan dengan bantuan checksheet, seperti paada Tabel 8. Tabel 8 Checksheet ketidaksesuain tipe cacat pada ikan tuna. Ikan : Tuna Data : 15-29 Juli 2010 Tempat : PPP Sadeng Proses : Pengamatan di TPI Total Pengecekan : 150 ekor Nama : Bayu wiratama Tipe Cacat Check Subtotal Mata merah IIII I 6 Kornea agak keruh IIII 5 Insang berlendir IIII IIII 9 Warna insang merah cokelat IIII 4 Daging perut agak lembek III 3 Total 27 Tabel 8 menunjukkan bahwa dari jumlah total ikan tuna yang di check berjumlah 150 ekor yang dimana proses pengamatan dilakukan di TPI PPP Sadeng, ikan tuna yang mengalami ketidaksesuaian berjumlah 27 ekor, di mana hasil penjumlahan dari tipe cacat mata merah 6 ekor, kornea agak keruh 5 ekor, insang berlendir 9 ekor, warna insang merah cokelat 4 ekor, daging perut agak lembek 3 ekor. Checksheet memudahkan diagram pareto untuk mengetahui faktor cacat apa yang terjadi, sedangkan diagram pareto untuk mengetahui faktor cacat yang harus ditangani terlebih dahulu, sehingga penurunan mutu ikan dapat ditekan atau dikurangi, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 9. Tabel 9 Tabel perhitungan diagram pareto untuk tipe cacat ikan tuna. Tipe cacat Jumlah cacat ekor Jumlah kumulatif ekor Persentase cacat Persentase kumulatif Insang berlendir 9 9 33,33 33,33 Mata merah 6 15 22,22 55,55 kornea agak keruh 5 20 18,52 74,07 Warna insang merah cokelat 4 24 14,82 88,89 Daging perut agak lembek 3 27 11,11 100 Total 27 95 100 Gambar 18 Diagram pareto tipe cacat pada ikan tuna. Aksis vertikal sebelah kiri menunjukkan jumlah cacat, sedangkan aksis vertikal sebelah kanan menunjukkan persentase terhadap jumlah kumulatif cacat. Aksis horisontal menunjukkan, dari kiri ke kanan, jenistipe cacat dari yang paling sering timbul ke yang paling sedikit timbul. Total akumulasi jumlah cacat 9 6 5 4 3 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Insang berlendir mata merah kornea agak keruh Warna insang merah cokelat Daging perut agak lembek Ju m la h ca ca t Tipe cacat ditunjukkan oleh garis yang melintang dari kiri bawah ke kanan atas. Penggunaan diagram batang membantu mempermudah untuk melihat faktor apa yang paling dominan, dan urutan berikutnya, dari pada data dalam bentuk angka. Diagram Pareto pada Gambar 18, mengindikasikan bahwa tipe cacat dominan tidak ada, melainkan menyebar secara merata dalam contoh di atas kemungkinan terjadi karena rantai dingin yang dilakukan dalam penanganan ikan tuna masih sangat kurang. Menurut Ishikawa 1989, Faktor yang dominan ialah faktor-faktor yang secara bersama-sama menguasai sekitar 70 smapai 80 dari nilai akumulasi tetapi biasanya hanya terdiri dari sedikit faktor critical. Dari hasil tabel didapatkan nilai tertinggi yaitu insang berlendir dengan nilai jumlah cacat 9 ekor dengan persentase kumulatif 33,33, lalu mata merah dengan jumlah cacat 6 ekor dengan persentase kumulatif 55,55, lalu kornea agak keruh dengan jumlah cacat 5 ekor dengan persentase kumulatif 74,07, lalu Warna insang merah cokelat dengan jumlah cacat 4 ekor dengan persentase kumulatif 88,89, lalu daging perut agak lembek dengan jumlah cacat 3 ekor dengan persentase kumulatif 100. Cacat pada ikan tuna seperti daging perut agak lembek, dapat disebabkan oleh oleh tekanan dan benturan fisik yang dialami ikan selama penangkapan dan penanganannya di atas kapal dan di pangkalan pendaratan ikan. Tekanan dan benturan ini harus segera diminimalisir agar nantinya ikan tuna yang cacat dapat bisa dikurangi lagi. Menurut Kushardiyanto 2010, tekanan dan benturan fisik yang dialami ikan selama penangkapan dan penanganannya di atas kapal dan di pangkalan pendaratan ikan dapat menyebabkan kerusakan fisik pada tubuh ikan seperti dagingnya memar, tubuhnya luka, perutnya pecah dsb. Tekanan dan benturan fisik atas ikan harus dihindari pada tahapan-tahapan kegiatan penanganan ikan di atas kapal dan di pangkalan pendaratan ikan atau pelabuhan perikanan. Prinsip cara menghindarinya antara lain: 1 Memahami tahapan kegiatan penanganan ikan di kapal penangkap ikan dan di pangkalan pendaratan ikan PPI atau pelabuhan perikanan. 2 Menyiapkan peralatan dan perlengkapan handling yang cocok dengan jenis ukuran ikan dan kondisi tempat penanganan dengan jumlah cukup antara lain meliputi wadah dan peralatan bongkar muat ikan yang memudahkan pelaksanaan pekerjaan pemindahan, pengangkutan dan penyimpanan ikan. 3 Setiap saat melakukan pemindahan ikan agar selalu berusaha mencegah atau melindungi ikan dari perlakuan kasar atau tekanan fisik yang dapat melukai ikan atau membuat dagingnya memar. Oleh karena itu harus diusahakan seminimal mungkin melakukan pemindahan ikan.

5.5 Diagram Sebab Akibat Mutu Ikan Tuna