5.2.2 Penanganan di pelabuhan
Kapal pancing tonda yang telah berlabuh secepatnya dibongkar untuk menghindari kemunduran mutu ikan. Tuna yang telah sampai di pelabuhan
Sadeng, dilakukan tahap pembongkaran ikan ke TPI tempat pelelangan ikan. Hal pertama yang dilakukan yaitu membuka penutup palka kemudian beberapa ABK
masuk kedalam palka untuk mengeluarkan es serta membantu saat pengangkatan ikan ke dek. Proses pengangkatan ikan dari palka ke atas kapal, dengan jumlah
nelayan yang mengangkat 2 sampai 3 orang. Proses pengangkatan membutuhkan waktu tidak kurang dalam satu menit. Masih dalam proses penanganan di kapal,
ikan tuna di tempatkan di ruang yang kosong dan tempat memiliki permukaan yang halus, agar ikan tuna tidak terjadi benturan atau gesekan dengan benda
sekitar kapal seperti yang terlihat pada Gambar 9. Menurut Poernomo 2002, metode penanganan ikan tuna dipelabuhan
khususnya untuk pembongkaran tuna dari palka pendingin dapat dilakukan menggunakan katrol. Pada saat tuna dikeluarkan dari palka, disarankan
terbungkus dengan kain pendingin kain terpal atau karung tebal yang dalam keadaan basah yang dikaitkan pada mata katrol. Selain itu, di atas lubang palka
disarankan dipasang tenda untuk melindungi tuna dari sinar matahari. Tuna yang diangkat menggunakan katrol, diusahakan tidak terbentur lubang palka. Hal
tersebut dilakukan agar tidak merusak kulit dan tubuh ikan tuna. Masih menurut Poernomo 2002, pengangkutan ikan tuna dari atas kapal ke
darmaga dapat dilakukan secara manual, sebaiknya menggunakan papan pelucur yang pada bagian atasnya diberikan tenda pelindung dari sinar matahari.
permukaan dan sudut papan peluncur harus halus dan dalam keadaan basah yang terus dialiri air dengan suhu 0
C.
Apabila papan peluncur tersebut memilki panjang lebih dari 2,5 meter, maka tuna harus diberi pelindung dengan
plastikkainkain tebal.
Gambar 10 Pengangkatan yellowfin tuna dari palkah ke atas kapal.
Dengan segera yellowfin tuna ditempatkan di ruang kosong dan memiliki permukaan yang halus, lalu tuna diberi terpal seperti yang terlihat pada Gambar
10. Fungsi terpal ini untuk menutupi ikan agar tidak terkena cahaya matahari terlalu lama dan untuk menjaga suhu tubuh ikan agar tidak naik. Menurut DKP
2006, Suhu udara yang lebih panas meningkatkan tingkat penurunan mutu, khususnya apabila hasil tangkapan ditumpuk diatas geladak dengan sedikit atau
tanpa es untuk menjaganya tetap dingin. Sengatan matahari dengan cepat menjadikan ikan terlalu panas dan mempercepat perubahan pasca kematian.
Setelah yellowfin tuna telah ditempatkan di ruang kosong, dan telah dibungkus dengan terpal, maka kuli angkut siap untuk mengangkat ke TPI, cara
pengangkatan dilakukan dengan sangat sederhana yaitu dengan tangan nelayan per ekornya.
Gambar 11 Pembungkusan ikan dengan terpal.
Gambar 12 Penyeleksian baby tuna dari palka ke keranjang.
Berbeda hal dengan bigeye tuna, hanya diseleksi untuk ditempatkan di keranjang ikan. Hal ini dilakukan karena ukuran bigeye tuna masih terbilang
kecil, sehingga masih bisa untuk ditempatkan ke keranjang ikan. Tidak ada
perlakuan khusus dalam penanganannya, selain hanya menyeleksi ikan-ikan berdasarkan jenis dan ukuran. Setelah semua bigeye tuna ditempatkan di
keranjang, maka kuli pengangkut dan nelayan kapal siap untuk mengangkat bigyeye tuna ke TPI.
Gambar 13 baby tuna yang di timbang. Ikan tuna yang diangkat dari kapal ke TPI dilakukan proses pelelangan,
sebelum itu dilakukan penimbangan seperti yang terlihat pada Gambar 12, lalu pelabelan pada Gambar 13. Dalam proses pelelangan, pihak yang menang dalam
penentuan harga tertinggi akan mendapatkan ikan tuna tersebut.
Gambar 14 Pelabelan ikan tuna setelah di timbang.
Setelah proses pelelangan dilakukan, ikan tuna di bawa ke ruang pendingin untuk menjaga kestabilan ikan tuna tersebut, ini dilakukan apabila para bakul
tidak memiliki tempat untuk menaruh ikan tuna untuk nantinya di jual. Sebagian bakul ada yang langsung membawa cool box beserta mobil pengangkut untuk
nantinya langsung dijual. Hal lain yang kurang diperhatikan dalam penanganan di TPI maupun di
ruang pendingin adalah masalah kebersihan tempat, dapat di lihat pada gambar 17. Pada saat peletakan ikan tuna di TPI maupun di ruang pendingin, tempat sekitar
masih sangat kotor. Hal ini memungkinkan ikan hasil tangkapan terkontaminasi dengan kotoran dan bakteri yang ada di tempat itu yang menyebabkan ikan tuna
cepat membusuk.
Gambar 15 Ruang pendingin ikan di TPI. Pendistribusian di PPP sadeng terdapat 3 pola pendistribusian ikan tuna
dari nelayan ke konsumen. Pola pertama yaitu dari nelayan ke pedagang besar dilanjutkan ke perusahaan industri kemudian ekspor. Pola ini terjadi jika nelayan
tidak melakukan pelelangan di TPI dan langsung menjual ke pedagang besar kemudian dipasarkan diperusahaan di Surabaya untuk kebutuhan ekspor. Pola
kedua adalah dari nelayan yang mengikuti proses pelelangan TPI yang diikuti oleh pedagang besar dan pedagang kecil kemudian ke konsumen. Ikan hasil pelelangan
yang dibawa pedagang kecil masih di pasarkan di wilayah kabupaten gunungkidul dan sekitar Yogyakarta, sedangkan ikan hasil pelelangan yang dibawa oleh
pedagang besar dipasarkan ke luar wilyah Yogyakrata, seperti ke Semarang, Solo, Jepara, Pekalongan dan Cilacap. Pola ketiga adalah dari nelayan ke TPI kemudian
ke pedagang besar dilanjutkan ke industri pengolahan di Surabaya untuk keperluan ekspor. Perusahaan pengolahan di Surabaya adalah PT. Aneka Tuna
Indonesia ATI, ikan tuna yang dipasarkan ke Surabaya dilakukan apabila ikan tuna tersebut memliki mutu baik dan berjumlah minimal dua ton. Pola ini
biasanya dilakukan pada hasil tangkapan dari kapal motor Rahmi, 2010.
Keterangan : : Pola 1
: Pola 2 : Pola 3
Gambar 16 Proses distibusi ikan tuna di Sadeng.
5.3 Analisis Peta Kendali p Mutu Ikan Tuna