7 Kondisi harga yang cukup tinggi ini menyulitkan air madu Wanajava
untuk bersaing dengan produk minuman dalam kemasan dari perusahaan lain. Hal ini tercermin dari data target penjualan yang belum tercapai. Data sampai dengan
Oktober 2011 melaporkan penjualan air madu Wanajava ini baru tercapai Rp 480 juta dari target sebesar Rp 1 Milyar.
Banyaknya air minum dalam kemasan dengan berbagai varian yang beredar di pasaran dapat menggambarkan persaingan yang ada. Misalnya saja PT
Sosro yang memiliki frutea dan teh sosro dalam kemasan karton, PT Madu Nusantara yang juga memiliki air madu, Perum Perhutani Jawa Barat yang
memiliki produk Armadu, dan Wingsfood yang memiliki produk ale-ale yang menuntut perusahaan untuk dapat mengembangkan usahanya dengan strategi yang
sesuai dengan kondisi perusahaan serta kondisi persaingan yang ada di dalam industri minuman dalam kemasan. Perum Perhutani khususnya KBM
Agroforestry perlu membuat suatu konsep pemasaran yang tepat dan terintegrasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Adanya suatu strategi pemasaran yang
disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan dapat berimplikasi pada penciptaan keunggulan bersaing yang mampu menghasilkan laba yang tinggi
secara berkelanjutan. Hal ini pun akan berdampak pada keberhasilan pengembangan air madu Wanajava.
Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal apakah yang
mempengaruhi pemasaran produk air madu Wanajava? 2.
Bagaimana strategi yang tepat bagi pemasaran produk air madu Wanajava untuk meningkatkan keuntungan usaha perusahaan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pemasaran produk air madu Wanajava.
8 2.
Merumuskan strategi pemasaran yang tepat dan efektif pada KBM Agroforestry Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Bahan masukan bagi KBM Agroforestry Perum Perhutani dalam mengembangkan produk air madu Wanajava yang dapat memenuhi
keinginan konsumen. 2.
Bagi pembaca, dapat memperluas wawasan mengenai produk turunan madu, yakni air madu serta strategi pemasarannya sehingga dapat menjadi
rujukan untuk penelitan terkait selanjutnya bagi yang memiliki kaitan topik maupun komoditi yang sama.
1.5 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah produk air madu yang digunakan adalah produk air madu merek Wanajava produksi KBM Agroforestry
Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Madu
Madu merupakan zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga dan sumber energi serta bahan yang diubah menjadi lemak dan
glikogen. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Lebah madu memperoleh sebagian energi dari
karbohidrat dalam bentuk gula. Perubahan nektar menjadi madu dimulai ketika lebah pekerja membawa nektar dan membentuknya ke suatu sarang. Nektar yang
dibawa pulang diberikan kepada lebah pekerja lain untuk dicampur dengan air liur di mulut lebah dan dihilangkan airnya untuk mencegah peragian. Lebah pekerja
mengunyah nektar sambil menambahkan diastase dan invertase, dan bahan itulah yang diproses menjadi madu. Komposisi gizi madu tergantung pada sumber-
sumber nektar, sifat tanah di mana tanaman sumber nektar tumbuh, cuaca, derajat pemasakan dan cara ekstraksi. Menurut Francis G. Smith, madu yang telah masak
mengandung zat-zat fruktosa 41 persen glukosa 35 persen sukrosa 1,9 persen, dextrin 1,5 persen, mineral 0,2 persen, air 17 persen dan zat-zat
lainnya. Sedangkan vitamin yang terkandung di dalam madu antara lain adalah thiamin, riboflavin, biotin, asam askorbat, piridoksin, niasin dan asam pantotenat
yang jumlahnya tergantung pada jenis dan kualitas madunya. Untuk kandungan protein dalam madu relatif kecil, rata-rata sekitar 2,6 persen. Asam-asam amino
yang terdapat dalam protein madu adalah alanin, asparagin, argirin, asam glutamat, glisin, histidin, leusin, isoleusin, lisin, fenilalanin, serin, theorin, valin,
sistein dan prolin. Madu merupakan satu-satunya pemanis yang dapat disimpan dan
digunakan sebagai produk alami dengan dua macam kandungan gula yang utama yaitu fruktosa dan glukosa. Jumlah keduanya mencapai 85-95 persen dari total
karbohidrat yang terdapat pada madu. Satu bagian volume madu mempunyai tingkat kemanisan kira-kira 1,67 bagian gula pasir. Glukosa dapat diserap ke
dalam darah secara langsung tanpa melalui berbagai proses, sebaliknya fruktosa harus diubah dulu menjadi komponen-komponen sederhana sebelum diserap
tubuh. Karena madu pada umumnya terdiri dari fruktosa dan glukosa, madu
10 mudah dicerna dan digunakan untuk keperluan sel, jaringan, dan organ-organ agar
berfungsi normal. Selain memiliki rasa manis, di dalam madu juga terdapat rasa asam.
Tingkat keasaman pH madu sekitar 3,4-6,1. Nilai pH madu yang cukup rendah ini disebabkan oleh kandungan beberapa asam organik, yaitu asam glukonat,
asetat, butirat, sitrat, format, laknat, malat, piroglutamat, dan asam suksinat. Kandungan mineral dalam madu sangat beragam, tetapi kalium adalah kandungan
mineral yang utama. Mineral lainnya adalah natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor dan sulfur. Karena jumlah mineral dalam madu relatif sedikit,
madu bukan merupakan sumber mineral utama bagi kebutuhan diet manusia. Namun, imbangan dan banyaknya mineral dalam madu mendekati jumlah yang
terkandung di dalam darah manusia. Oleh karena itu, mineral madu merupakan sumber yang ideal bagi tubuh manusia.
Selain itu, madu adalah bahan makanan yang berpotensi sebagai basa. Unsur-unsur yang bersifat basa adalah kalium, natrium, kalsium, magnesium.
Sedangkan yang bersifat asam adalah sulfur, fosfor, dan klor. Ketidakseimbangan asam-basa akan menyebabkan gangguan fisiologis yang dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh. Banyaknya keunggulan yang dimiliki oleh madu membuatnya menjadi komoditi non-migas yang penting bagi Indonesia di era presiden
Soeharto. Jika ditinjau dari kekayaan alamnya, Indonesia menyimpan potensi besar
bagi pengembangan usaha perlebahan. Menurut pakar perlebahan, Indonesia
dikatakan sangat potensial untuk pengembangan bidang perlebahan karena
memiliki tiga modal dasar; jumlah penduduk nomor lima terbesar di dunia yang
mempunyai budaya bertani dan beternak, terdapat areal daratan sekitar 193 juta hektar dengan luas hutan sekitar 14,3 juta hektar yang berbunga secara bergiliran
sepanjang tahun. Bahkan, enam dari tujuh spesies lebah madu di dunia ada ada di bumi nusantara, dan sudah dimanfaatkan masyarakat untuk diambil madu dan
lilin. Negeri dengan luas tanah sekitar 200 juta hektar; pertanian 11.757.900 hektar dan hutan sekitar 123.200.000 hektar, yang dianggap produktif sebagai
sumber pakan lebah bee forage hanya 80.000.000 hektar. Dari total areal yang
11 produktif tersebut dapat menghasilkan sekitar 80.000-200.000 ton dalam setahun.
Menurut Algamar dkk 1986, Indonesia bisa menjadi negara industri perlebahan paling unggul di dunia. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara
baik. Data Asosiasi Perlebahan Indonesia API 2005 menyebut, lingkungan pertanian dan hutan Indonesia seluas 19,2 juta hektar tersebut bila dioptimalkan,
dalam jangka waktu satu tahun Indonesia bisa menghasilkan minimal 200 ribu ton madu dari berbagai bunga, dari pertanian maupun hutan. Merunut pada asumsi
ini, Indonesia bisa menghasilkan devisa negara Rp 20 trilliun per tahun dan jika dimaksimalkan bisa 2 juta ton per tahun dari bisnis perlebahan. Di samping itu,
masyarakat bisa menjadikan madu sebagai suplemen makanan karena gizinya yang natural. Tradisi konsumsi madu di Indonesia sebenarnya sudah terjadi sejak
ratusan tahun silam, namun baru sebatas obat dan dalam takaran yang sangat sedikit.
Di sejumlah negara maju, lebah madu ditempatkan dalam mata rantai paket teknologi modern di bidang pertanian, minimal untuk sektor hortikultura. Ia
dilindungi dari bahaya kemusnahan oleh obat-obatan anti hama. Bahkan, para pengusaha perkebunan buah-buahan sengaja menyewa serangga dari peternakan
lebah ketika tanaman perkebunan sedang berbunga. Meksiko merupakan negara produsen madu terbesar di dunia. Negeri ini
bisa produksi madu sekitar 37.200 ton per tahun dan juga tercatat sebagai negara terbesar yang menyuplai pasar madu dunia 20,1 persen dari total pasar madu
dunia per 1984. Sedangkan Jerman Barat menjadi negara pengimpor madu terbesar di dunia yakni sekitar 28,3 persen dari total madu di pasaran dunia per
1984 Foo, 1986 . Di Jepang, impor madu terus meningkat 3 ton per tahun 1955- 1959, 79 ton per tahun 1960-1964, 10.889 tontahun 1965-1969
Soerodjotanojo et, al, 1980. Makin tinggi teknologi suatu negara, makin tinggi pula jumlah konsumsi madu Winarno, 1980. Setahun, tingkat konsumsi madu di
negara-negara maju seperti Jerman, Jepang, Inggris dan Perancis mencapai 700- 1500 gr per kapita. Negara berkembang kurang dari 70 gr per kapita per tahun,
dan Indonesia kurang dari 20 gr per kapita per tahun Winarno, 1980, dan bahkan hanya 1,335 gr per kapita per tahun.
12 Saat ini, kesadaran masyarakat akan madu sebagai salah satu food
suplement memicu terjadinya peningkatan terhadap kebutuhan madu. Data
Asosiasi Perlebahan Indonesia API 2005 menyebut, angka konsumsi madu Indonesia berkisar 7000-15.000 ton per tahun. Sedangkan produksi madu
Indonesia per 2002 baru mencapai 4.000-5.000 ton per tahun. Di sini jelas tercipta jurang lebar antara tingkat kebutuhan dan produksi. Potret miring ini memacu
beredarnya madu palsu di pasaran. Kini, di pasaran madu dikenal original honey madu asli dan sintetis honey madu proses atau campuran. Dari pengamatan
API, sintetis honey paling dominan beredar di pasaran dan original honey hanya 10 persen ada di mal-mal, apotek, pasar swalayan, agen dan pasar-pasar
tradisional.
2.2 Air Madu Wanajava Perum Perhutani