16 tingkat diwakili oleh 64 mahasiswa dan 64 mahasiswa dengan pendapatan orang
tua diatas dan dibawah Rp 2.000.000,00 serta berdomisili di dalam dan di luar pulau Jawa. Sedangkan untuk karateristik lain jumlah responden tidak terbagi
sama untuk tiap kelompok kategori. Untuk pembagian berdasarkan daerah asal orangtua lebih banyak berasal dari dalam pulau jawa 70 mahasiswa, berdasarkan
jenis kelamin lebih banyak wanita 69 mahasiswa, berdasarkan asal daerah ketika sekolah lebih banyak yang sekolah di dalam Pulau Jawa 74 mahasiswa,
berdasarkan pekerjaan orang tua lebih banyak orangtua mahasiswa yang bekerja sebagai pegawai negri 55 mahasiswa dan berdasarkan pendidikan lebih banyak
yang lulusan sarjana atau S1 49 mahasiswa. Sebesar 64,1 responden belum mengetahui keberadaan produk minuman madu. Penelitian ini memberikan
informasi pada peneliti tentang kondisi masyarakat yang belum mengetahui adanya produk air madu di pasaran.
2.4 Tinjauan Empiris Strategi Pemasaran
Penelitian tentang strategi pemasaran sudah banyak dilakukan di Indonesia. Dalam penelitian-penelitian terdahulu strategi pemasaran dengan
beragam komoditas variebel yang digunakan permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan volume penjualan, unggul dalam persaingan dan
memenangkan pasar. Faktor internal yang biasa digunakan adalah manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, pengembangan, dan sistem
informasi, sedangkan faktor eksternal yang digunakan adalah hukum dan politik, ekonomi, sosial, budaya, demografi, tekonologi dan persaingan. Salah satunya
yang dikaji oleh Sembiring 2009 tentang strategi pemasaran produk stimuno pada PT Dexa Medica Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis yang sama
dengan yang dilakukan peneliti, yakni analisis SWOT dan matriks IFE EFE. PT Dexa Medica disebutkan memiliki faktor internal yang terdiri dari kualitas dan
mutu produk, kemasan produk praktis dan harga relatif murah, memperoleh pengakuan dari berbagai instansi, aktif melakukan penelitian khusus untuk
meningkatkan kinerja, memiliki alat produksi yang lengkap dan telah mengikuti standar proses produksi yang ditetapkan oleh pemerintah. Kelemahan yang
17 dimiliki oleh PT Dexa Medica adalah promosi yang masih kurang khususnya
melalui televisi. Faktor eksternal yang dimiliki oleh PT Dexa Medica adalah harga produk
subtitusi meningkat, ketersediaan bahan baku cukup, teknologi yang digunakan modern, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendukung penggunaan obat
alami, masyarakat memiliki tradisi mengkonsumsi obat tradisional serta gaya hidup masyarakat yang cenderung kembali ke alam back to nature. Ancaman
yang dimiliki adalah daya beli masyarakat yang menurun, adanya anggapan bahwa obat alami kurang bermanfaat dibanding obat kimia, kesadaran
masyarakat masih kurang terhadap pentingnya mencegah daripada mengobati penyakit dan konsumen memiliki banyak pilihan produk lain.
Pada analisis internal perusahaan, faktor kekuatan utama adalah kualitas dan mutu produk yang baik. Sedangkan kelemahan utama terletak pada
promosinya yang masih kurang. Matriks IFE yang telah dianalisis menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kondisi rata-rata.
Faktor kunci peluang utama bagi PT Dexa Medica adalah ketersediaan bahan baku cukup sehingga perusahaan dapat terus berproduksi tanpa impor.
Ancaman utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah daya beli masyarakat menurun dan disertai kesadaran masyarakat yang kurang mengenai pentingnya
mencegah daripada mengobati penyakit. Matriks EFE menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kondisi tinggi. Bila diposisikan ke dalam matriks IE maka
posisi perusahaan berada pada sel II yaitu pada strategi tumbuh dan kembangkan growth and build. Matriks SWOT menghasilkan alternatif strategi yang dapat
diterapkan oleh perusahaan yaitu: mempertahankan kualitas, memperluas pemasaran, meningkatkan promosi, mempertahankan harga murah dan
mensosialisasikan mengenai pentingnya mencegah daripada mengobati penyakit dan melakukan riset pasar untuk menentukan strategi pemasaran yang lebih baik.
Matriks QSPM menghasilkan alternatif strategi yang paling tepat diterapakan oleh PT Dexa Medica berdasarkan skala prioritas utama adalah
meningkatkan promosi khususnya melalui iklan televisi. Penelitian terdahulu banyak menghasilkan alternatif prioritas yang sama yaitu menggunakan promosi
18 sebagai alternatif yang tepat dijalankan. Jika dikaji ulang pada penelitian
terdahulu banyak faktor internal dan eksternal yang digunakan masih bersifat umum sehingga didapat hasil yang sama.
Tinjauan lain mengenai strategi pemasaran yakni yang dilakukan oleh Meisya 2011 yang menganalisis strategi pemasaran susu pasteurisasi di
Koperasi Produksi Susu Bogor, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan data primer dan data sekunder, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data disajikan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan strategi pemasaran. Analisis deskriptif kualitatif untuk
mengetahui lingkungan perusahaan baik itu lingkungan internal maupun eksternal. Keterkaitan utama dengan penelitian ini ialah di analisis kuantitatif
yang digunakan, yakni matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh KPS Bogor dalam
memasarkan produk susu pasteurisasi menggunakan kontrak pemasaran yang biasa disebut dengan istilah job order. Job order merupakan sistem penjualan
produk berdasarkan pemesanan dari pelanggan. Job order di KPS Bogor memberikan keuntungan diantaranya kontinuitas pemasaran susu pasteurisasi
lebih terjamin, pasar lebih pasti, dapat meminimalisir biaya promosi, dapat meminimalisir risiko kerugian akibat belum menguasai pasar, serta
meminimalisasi risiko kerugian susu pasteurisasi yang rusak akibat tidak laku terjual. Selain memberikan keuntungan job order di KPS Bogor juga memberikan
kerugian diantaranya menimbulkan ketergantungan produksi kepada pelanggan. Pemasaran susu pasteurisasi di KPS Bogor dipengaruhi oleh kondisi internal dan
eksternal yang ada. Kondisi internal tersebut mencakup kekuatan KPS bogor seperti kualitas
produk yang baik, SDM yang berkualitas, saluran distribusi yang jelas dan pasti, harga jual produk yang lebih murah, citra rasa produk yang beragam, wilayah
pemasaran yang terjangkau dan delivery service program dan kelemahan yang ada di KPS Bogor yaitu ketergantungan jumlah produksi kepada pelanggan, kegiatan
promosi penjualan yang kurang efektif dan design produk yang kurang menarik dan kondisi eksternal perusahaan mencakup peluang yang terdiri dari pangsa
19 pasar susu pasteurisasi yang masih luas, loyalitas konsumen, kemajuan teknologi,
tren gaya hidup sehat, penurunan harga BBM. Dan ancaman yang terdiri dari kebijakan tarif impor menjadi 0 persen, peningkatan harga bahan baku susu
pasteurisasi, tingkat persaingan industri pengolahan susu yang kompetitif, banyaknya produk substitusi susu pasteurisasi.
Total skor IFE yang dihasilkan adalah sebesar 2,927 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kondisi internal yang kuat dan dapat memanfaatkan
kekuatan dan mengatasi kelemahan. Kekuatan utama yang dimiliki oleh perusahaan yaitu kualitas produk yang baik. Kelemahan utama yang dimiliki oleh
perusahaan adalah ketergantungan jumlah produksi susu pasteurisasi. Total EFE yang dihasilkan sebesar 2,940. Hal ini menunjukkan bahwa KPS Bogor merespon
faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman dengan baik. Peluang yang paling besar yang dimiliki KPS Bogor adalah
pangsa pasar yang masih luas. Peluang pasar masih luas disebabkan karena adanya pertumbuhan jumlah penduduk serta adanya perubahan gaya hidup
masyarakat mengkonsumsi produk susu. Ancaman terbesar yang dihadapi KPS Bogor adalah adanya kebijakan pemerintah mengenai tarif impor susu yang turun
hingga 0 persen. Nilai total matriks IFE sebesar 2,927 dan matriks EFE sebesar 2,940
menempatkan KPS Bogor pada posisi sel V dalam matriks IE. Posisi ini disebut Hold and Maintan
jaga dan pertahankan, dan strategi yang tepat digunakan pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk David 2006.
Hasil analisis matriks SWOT menunjukkan alternatif strategi pemasaran yang digunakan oleh KPS Bogor yaitu: diversifikasi produk, menambah jaringan
distribusi melalui kerjasama dengan agen-agen baru dalam bentuk job order, melakukan pemasaran langsung ke konsumen akhir, memperluas sistem
pemasaran dengan kontrak pemasaran, meningkatkan kegiatan promosi, dan harga jual produk yang lebih murah.
Hasil Analisis QSPM adalah strategi diversifikasi produk. Diversifikasi produk yang dilakukan KPS Bogor adalah menambah citra rasa susu pasteurisasi
dan melakukan diversifikasi pada kemasan produk.
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pemasaran