I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air, dan tidak seorang pun dapat
bertahan hidup lebih dari 5 hari tanpa air. Volume air dalam tubuh manusia rata- rata ialah 65 persen dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat
bervariasi pada masing-masing orang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air antara lain yakni otak 74,5 persen, tulang 22 persen,
ginjal 82,7 persen, otot 75,6 persen dan darah 83 persen. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat
badan dan aktivitasnya. Kebutuhan akan air ini bervariasi tergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat
1
. Tingginya kebutuhan manusia akan air minum ini menjadikan industri minuman pun menjadi
salah satu industri yang penting dan cukup menjanjikan saat ini. Perkembangan industri minuman ini setidaknya dipengaruhi oleh dua hal.
Pertama yakni tuntutan hidup yang serba cepat. Hal tersebut membuat
masyarakat saat ini lebih menggemari segala sesuatu yang bersifat instan, termasuk minuman. Saat ini sedang berkembang penjualan minuman dalam
bentuk kemasan agar lebih mudah diperoleh masyakat di pasaran. Selain mudah diperoleh di pasaran, minuman ini memiliki aneka pilihan rasa dan kandungan zat
gizi. Minuman ini juga praktis dibawa bepergian atau bekal sekolah, karena ketika habis bungkus minuman tersebut dapat langsung dibuang. Jenis-jenis minuman
olahan yang banyak dijual di pasaran umumnya dikemas dalam kaleng, botol, kertas karton, gelas plastik dan plastik. Jenisnya ada yang berupa jus buah, susu,
teh, yogurt, soda dan minuman kesehatan. Saat ini terdapat lebih dari 350 industri air minum dalam kemasan
dengan produksi lebih dari lima miliar liter per tahun
2
. Berkembangnya industri
1
Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. http:blog.unnes.ac.idmarlaunnes- konservasiartikel-kesehatan-lingkunganmanfaat-air-bagi-kehidupan-manusia [25 Januari 2012]
2
Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin. http:www2.kompas.comkompas- cetak040107inspirasi785616.htm [16 September 2011]
2 air minum dalam kemasan ini ternyata menjadi salah satu sumber investasi yang
menjanjikan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Aspadin, Hendro Baroeno, yang
menyebutkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk air minum dalam kemasan setiap tahun naik sekitar 10-15 persen. Pada 2009, konsumsi
AMDK mencapai 13 miliar liter air dan pada 2010 ditargetkan mencapai 14,5 miliar liter. Aspadin dengan 188 anggota perusahaan tersebut memperkirakan
produksi air minuman dalam kemasan pada 2010 bisa mencapai 17 miliar liter. Jumlah tersebut berarti meningkat hingga 15 persen dibanding tahun sebelumnya
yang baru mencapai 15,5 miliar liter. Aspadin Indonesia pun menargetkan investasi di industri air minum dalam kemasan pada 2011 naik 10 persen menjadi
Rp 1,56 triliun dibandingkan 2010. Hendro Baroeno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia, mengatakan peningkatan
investasi itu didorong kenaikan konsumsi dan produksi air minum dalam kemasan. Hal ini tentu menjadi peluang besar bagi bisnis air minum dalam
kemasan pada umumnya. Selain tuntutan hidup yang serba cepat, pola konsumsi masyarakat saat ini
juga dipengaruhi oleh adanya tren lain yang sedang berkembang saat ini yakni peningkatan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan. Masyarakat mulai
menyukai produk-produk yang dapat meningkatkan kesehatan Siswono, 2002, sehingga saat ini makin banyak produk yang beredar di pasaran dengan citra
sehat. Hal ini menimbulkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat yang kedua, yakni gaya hidup sehat. Adanya tren ini ditandai dengan
makin berkembangnya segala produk-produk konsumsi berbasis organik, meningkatnya kampanye go green, hingga banyaknya produk-produk pangan
berlabelkan “sehat”. Saat ini banyak masyarakat yang khawatir karena banyak produk-produk yang beredar dipasaran memang cenderung instan, namun tidak
sehat bahkan berbahaya. Hal tersebut ditandai dengan makin banyaknya produk-produk yang
mengandung bahan pengawet, pewarna, dan pemanis buatan yang berbahaya. Beberapa minuman kemasan yang beredar di pasaran saat ini mengandung bahan
3 pengawet dalam kandungan yang cukup besar seperti natrium benzoat, sitrat dan
askorbat. Ini merupakan hasil penelitian Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet Kombet, Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor, dan Biopharmaka
Research Center IPB di Bogor pada bulan Oktober-November 2006. Hasil riset Sucofindo terhadap 15 produk minuman mengandung pengawet natrium benzoat
dengan kadar antara 214.15 mgl hingga 376.17 mgl. Beberapa produsen minuman itu hanya mencantumkan sebagian atau tidak mencantumkan sama
sekali jenis bahan pengawet yang digunakan. Kadar kandungan bahan pengawet yang digunakan dalam produk minuman tersebut sebetulnya masih sesuai dengan
prosedur. Untuk benzoat dan kalium sorbat batas maksimum diperbolehkan menggunakan 600 mgl. Meskipun demikian bila dikonsumsi terus-menerus akan
terakumulasi dan kemudian dapat menimbulkan efek buruk bagi konsumen. Bahan pengawet natrium benzoat dan kalium sorbat diduga berbahaya dan dapat
menyebabkan penyakit Lupus, yaitu penyakit autoimun artinya tubuh pasien membentuk antibodi yang salah arah Fitriana dan Resmi, 2009. Kedua faktor
tersebut akhirnya membuat konsumen memerlukan suatu alternatif produk minuman baru yang instan namun tetap menyehatkan dan tidak membahayakan
tubuh, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Di Indonesia sendiri saat ini sudah mulai banyak produsen minuman
ringan yang mulai memproduksi minumannya dengan mengusung konsep minuman ringan kesehatan dengan bahan baku seperti mengkudu, lidah buaya,
madu dan lain-lain. Hal ini juga didukung faktor alam Indonesia yang sangat berpotensi untuk memproduksi aneka ragam produk, baik produk segar maupun
olahan dengan kekayaan sumberdaya yang dimiliki. Kondisi alam Indonesia yang memiliki keberagaman jenis flora dalam jumlah yang banyak dan iklim yang
kondusif tropis membuat Indonesia sangat cocok menjadi tempat perkembangan peternakan lebah madu. Potensi inilah yang dibaca dengan sangat baik oleh KBM
Agroforestry sebagai salah satu instansi yang memproduksi minuman ringan berbahan dasar madu, atau yang saat ini dinamakan air madu merek Wanajava.
KBM Agrofrestry sendiri merupakan bagian dari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang mengelola unit-unit usaha di bidang non-kayu termasuk
4 perlebahan. KBM Agroforestry awalnya merupakan pusat pusat informasi
perlebahan, penyuluhan, pemrosesan dan pengujian mutu produk madu yang dinamakan UP3R Unit Pelaksana Pengembangan Perlebahan Regaloh.
Perubahan status Perum Perhutani menjadi PT. Perhutani pada pertengahan tahun 2001 akhirnya merubah orientasi UP3R menjadi berparadigma bisnis dengan
tujuan maksimisasi profit. Namanya pun akhirnya diubah menjadi KBM Agroforestry, setelah mengalami beberapa perubahan. Sesuai dengan orientasi
barunya, KBM Agroforestry sudah memasuki pasar minuman ringan, dan harus terus menerus melakukan perbaikan mutu dan kualitas produk yang dihasilkan
dengan tujuan utama maksimisasi profit KBM Agroforestry. Namun pada tahun 2004, bentuk perusahaan diubah kembali menjadi Perum atas kebijakan
pemerintah, sehingga tujuan utamanya ialah melayani masyarakat, namun tetap mencari profit dalam usahanya.
Adanya air madu Wanajava ini hadir sebagai salah satu alternatif solusi produk minuman ringan yang instan namun dapat tetap terjamin sehat karena
mengandung madu, bahan angkak dan air. Bahan dasar produk berupa madu yang merupakan salah satu produk zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan
baku nektar bunga adalah salah satu bahan yang sangat potensial untuk dijadikan bahan olahan pangan yang aman dan sehat dikonsumsi. Madu menurut hasil riset
diketahui mengandung dua puluh empat macam zat gula, di samping mengandung zat ferment, vitamin mineral, asam, asam-asam amino, hormon, zat bakterisidal
dan bahan-bahan aromatik. Kandungan gizi madu per 100 gram dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Madu per 100 gram No.
Kandungan Madu Bobot Kandungan
1. Energi 294
kalori 2. Karbohidrat
9,5 g
3. Air 24
g 4. Fosfor
16 mg
5. Kalsium 5
mg 6. Vitamin
C 4
mg Sumber : http:maduterapi.blogspot.com
5 Konsumsi madu di negara industri seperti Jerman, Jepang, Perancis,
Inggris dan lain-lain rata-rata mencapai jumlah 1000-1600 gr per kapita per tahun. Di negara-negara berkembang konsumsi madu diperkirakan sekitar 70 gr per
kapita per tahun. Hal ini menunjukkan besarnya manfaat yang diberikan oleh madu dan sudah dapat dimanfaatkan di negara-negara maju tersebut. Karenanya
perkembangan berbagai produk industri makanan dan minuman pun terutama yang berguna untuk menjaga kesehatan, semakin meluas dan meningkat.
Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang telah dipaparkan diatas, produk air madu Wanajava ini sangat potensial untuk menjadi minuman pelepas dahaga
sekaligus minuman kesehatan. Namun air madu Wanajava yang baru dipasarkan selama dua tahun di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah ini ternyata belum bisa
bersaing dengan minuman kemasan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan keberadaannya yang belum banyak diketahui masyarakat, serta target penjualan
perusahaan yang tidak tercapai. Hal ini juga dipicu oleh mahalnya harga air madu Wanajava jika dibandingkan dengan air minum dalam kemasan lainnya, sehingga
konsumen cenderung memilih produk dengan harga yang lebih murah. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tentang strategi pemasaran untuk mengkaji kembali strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menemukan
alternatif strategi yang cocok untuk siklus produk air madu Wanajava. Tujuan untuk memperoleh profit tentu perlu ditunjang dengan sistem pemasaran yang
baik agar dapat benar-benar mencapai target penjualan yang dibuat oleh perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah