Gebyar Minum Madu 10.000 orang secara bersama-sama tersebut juga dicatat oleh Museum Rekor Indonesia MURI sebagai Gerakan Minum Madu Terbanyak
Se-Indonesia. Kementerian
Kehutanan bersama
pihak terkait
senantiasa mendorong peningkatan konsumsi madu masyarakat, dan pengembangan potensi
perlebahan nasional. Adanya produk air madu yang praktis dan mudah dikonsumsi diharapkan dapat turut mensukseskan program pemerintah “Gebyar
Minum Madu” serta meningkatkan penjualan perusahaan. 5.
Pasar minuman dalam kemasan yang masih luas Usaha untuk memenuhi kebutuhan air minum penduduk memang tidak
mudah. Di wilayah Jakarta misalnya, saat ini jumlah penduduk yang terdaftar 8 juta, ditambah sekitar 4 juta orang yang bekerja di Jakarta namun tidak menetap.
Maka paling tidak ada sekitar 14 juta jiwa yang membutuhkan air di Jakarta. Dengan tingkat konsumsi air minum rata-rata antara 2,1 dan 2,8 liter per orang per
hari, maka di Jakarta saja sebanyak 27 juta - 36 juta liter per hari. Kebutuhan manusia yang sangat besar terhadap air minum ini membuat industri minuman
menjadi industri yang terus berkembang. Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia Aspadin dengan 188 anggota perusahaan AMDK
memperkirakan produksi AMDK pada 2010 bisa mencapai 17 miliar liter. Jumlah tersebut berarti meningkat hingga 15 persen dibanding tahun sebelumnya yang
baru mencapai 15,5 miliar liter. Peningkatan jumlah konsumsi ini tentu menjadi peluang besar bagi bisnis AMDK Air Minum Dalam Kemasan pada umumnya,
termasuk bagi KBM Agroforestry yang tergolong baru memasuki bisnis air minum dalam kemasan tersebut.
b. Faktor Ancaman
1. Perubahan Iklim yang menyebabkan kekurangan ketersediaan pakan alami
lebah Lebah merupakan hewan yang pakan alaminya ialah nektar dari pohon
atau tumbuh-tumbuhan di sekitarnya. Pakan lebah ini akan berpengaruh terhadap apa yang juga dihasilkan oleh lebah. Jika lebah mengambil sari bunga, maka yang
akan dihasilkan adalah madu. Sedangkan jika bunga yang dibutuhkan lebah sedang tidak bermusim, maka lebah akan menghisap polen misalnya pada
99
tanaman jagung dan tidak akan menghasilkan madu, melainkan bee pollen. Pada kondisi normal, ada dua musim yang perlu diperhatikan dalam budidaya lebah
madu Appis Mellyfera. Pada bulan Mei hingga Juli, biasanya peternak memanen madu randu. Sedangkan pada bulan September hingga Nopember, madu yang
dipanen ialah madu karet, mangga, durian, dan rambutan. Pada bulan Desember hingga Mei dan Agustus, peternak biasa menyebut masa ini sebagai masa
paceklik, atau kekurangan pangan bagi lebah. Di masa inilah peternak lebah KBM Agroforestry biasanya memberi makan lebah dengan stimulan atau polen.
Namun saat ini karena adanya perubahan iklim, musim ini pun menjadi tidak menentu. Banyak pohon yang tidak menghasilkan bunga karena gugur terbawa
oleh air hujan. Hal ini akhirnya mengancam ketersediaan pangan bagi lebah dan tentu mengancam produksi madu bagi KBM Agroforestry.
2. Produk subtitusi yang mudah diperoleh masyarakat
Produk air minum dalam kemasan saat ini dapat ditemui masyarakat di berbagai tempat dengan berbagai varian dan rasa. Varian yang disediakan
berbagai macam, mulai dari yang berbahan dasar teh, palawija, sari buah, bahkan air isotonik. Produk substitusi yang dapat menjadi ancaman untuk perusahaan
dalam memasarkan air madu Wanajava ini merupakan air minum dalam kemasan cup maupun botol produksi perusahaan besar. Produk tersebut umumnya memiliki
harga yang relatif lebih murah, volume air yang lebih banyak, rasa yang cenderung lebih manis, serta lebih bervariasi dalam rasa. Selain itu produk-produk
air minum dalam kemasan tersebut mudah didapatkan di pasar, supermarket hingga warung-warung. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi air madu Wanajava
karena perusahaan masih memiliki wilayah distribusi yang terbatas. 3.
Peternak lebah yang madunya yang tidak sesuai standar perusahaan Air madu yang diproduksi oleh KBM Agroforestry sudah ditentukan harus
menggunakan madu karet. Madu karet yang tidak dipanen sepanjang tahun membuat persediannya harus diantisipasi dengan baik oleh perusahaan. Risiko
akan kekuarangan bahan baku ini ditekan dengan mengambil juga madu dari peternak lebah lain. Namun ancaman yang bisa terjadi ialah ketika peternak madu
yang menyetorkan madunya tidak sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan. 100
Hal ini bisa menjadi ancaman bagi ketersediaan madu yang akan diproduksi menjadi air madu.
4. Fluktuasi perekonomian nasional
Tingkat inflasi yang semakin tinggi yang diikuti dengan adanya kenaikan harga rata-rata barang atau jasa akan mempengaruhi kelancaran usaha air madu
ini. Harga-harga yang meningkat pun dapat berdampak pada harga input, utamanya angkak, di tingkat produsen. Di sisi konsumen atas adanya kondisi ini
adalah menurunnya kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang dan jasa sehingga hal tersebut akan berpengaruh pada penjualan air madu Wanajava.
7.1.2 Analisis Matriks IFE
Analisis matriks IFE dilakukan dengan mengolah faktor-faktor strategi internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan KBM Agroforestry. Identifikasi
beberapa faktor internal dilakukan melalui wawancara serta pemberian kuesioner kepada pihak manajemen atas perusahaan yaitu asisten manajer, kepala urusan
pemasaran dan bagian RD. Nilai rating 4 diberikan oleh responden pada faktor yang menjadi kekuatan utama bagi KBM Agroforestry dan rating 1 untuk
kelemahan utama. Faktor strategis internal menggambarkan hal-hal yang dimiliki oleh KBM
Agroforestry. Faktor strategis kekuatan utama dengan nilai terbesar adalah faktor produk yang dihasilkan oleh KBM Agroforestry menggunakan bahan-bahan
berkualitas yang terjamin keamanannya, yaitu bernilai rata-rata 0,292. Kekuatan tersebut merupakan sesuatu yang harus selalu dijaga serta ditingkatkan oleh
perusahaan. Kualitas produk dapat menciptakan loyalitas konsumen yang tinggi serta menciptakan citra yang baik di mata pasar, sehingga diharapkan produk ini
memiliki daya saing yang tinggi di dalam industri minuman dalam kemasan. Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui faktor strategis kelemahan utama
perusahaan adalah kegiatan promosi yang masih minim yaitu dengan nilai 0,077. Hal ini yang berarti harus diperhatikan lebih oleh perusahaan agar faktor ini dapat
segera diperbaiki dan tidak lagi menjadi kelemahan perusahaan. Secara keseluruhan total dari nilai rata-rata faktor strategis internal adalah 2,826. Nilai
101
tersebut mengindikasikan
posisi rata-rata
perusahaan 2,0-2,99
dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Tabel 10. Matriks IFE Air Madu Wanajava KBM Agroforestry
7.1.3 Analisis Matriks EFE
Identifikasi matriks EFE dilakukan dengan mengolah faktor strategi eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman KBM Agroforestry. Setelah
102
No Faktor Strategis Internal
Asisten Manajer
Kaur Pemasaran
Divisi RD
Rata- rata
Ibu Endah
35 Ibu Siwi
40 Bpk
Naryaka 25
Kekuatan
1 Perusahaan memiliki peternakan lebah
sendiri 0.09
0.228 0.172
0.1657 2
Pengelola memiliki jiwa wirausaha yang tinggi
0.243 0.292
0.264 0.26785
3 Produk menggunakan bahan-bahan
berkualitas 0.336
0.264 0.288
0.2952
4 Sebagian besar peralatan yang
digunakan sudah sesuaistandar bagi mesin pabrik serta memiliki jaminan
mutu 0.336
0.192 0.195
0.24315 5
Adanya pencatatan dan administrasi yang transparan
0.316 0.256
0.148 0.25
6 Kemasan produk berstandarkan SNI 0.336
0.071 0.248
0.208 7
Memiliki divisi RD yang melakukan riset produk secara kontinu
0.26 0.059
0.201 0.16485
8 Produk memiliki berbagai sertifikasi 0.304
0.069 0.28
0.204
Kelemahan
9 Perusahaan memiliki website namun
tidak diperbarui secara berkala 0.135
0.276 0.05
0.17015 10
Jumlah armada distribusi yang sangat sedikit dan tidak memiliki depo
0.106 0.292
0.07 0.1714
11 Produksi pabrik bersifat padat karya,
sehingga harga produk cukup tinggi 0.13
0.276 0.09
0.1784 12 Kendala birokrasi
0.09 0.376
0.079 0.20165
13 Kegiatan promosi masih sangat
minim 0.09
0.076 0.062
0.0774
14 SDM pemasaran jumlahnya sangat
sedikit kurang dari 10 0.072
0.244 0.086
0.1443 15 Risiko retur produk karena fermentasi
0.152 0.035
0.067 0.08395
Jumlah 2.996
3.006 2.3
2.826
identifikasi, matriks EFE disusun dan dilakukan pembobotan serta pemberian peringkat pada masing-masing variabel peluang dan ancaman. Perhitungan faktor
strategis eksternal dapat di lihat di matriks EFE pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa terdapat lima faktor eksternal
peluang yang dianggap paling mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan yaitu tren hidup sehat dan alami dengan nilai rataan tertimbang 0.418, faktor ini
merupakan faktor yang mendasari preferensi konsumen untuk memilih produk air minum dalam kemasan yang terbuat dari bahan alami dan sehat. Hal tersebut
merupakan alasan mengapa perusahaan memberikan bobot dan rating yang tinggi pada faktor eksternal peluang ini. Sedangkan ancaman utama yang dihadapi oleh
KBM Agroforestry adalah perubahan iklim yang mengancam ketersediaan pakan alami lebah dengan nilai tertimbang 0, 417.
Tabel 11. Matriks EFE Air Madu Wanajava KBM Agroforestry
103
No Faktor Strategis Eksternal
Asisten Manajer
Kaur Pemasaran
Divisi RD Rata-
rata Ibu Endah
35 Ibu Siwi
40 Bpk Naryaka
25
Peluang 1 Tren hidup sehat
0.416 0.408
0.44 0.4188
2 Adanya isu mengenai
minuman berpewarna, berpemanis buatan, dan bahan
pengawet yang berlebihan 0.444
0.15 0.29
0.2879 3 Laju pertumbuhan penduduk
0.249 0.136
0.28 0.21155
4 Program Pemda Jawa Tengah
“Gemar Minum Madu” 0.312
0.736 0.552
0.5416 5
Pasar minuman dalam kemasan yang masih luas
0.312 0.544
0.44 0.4368
Ancaman 6 Perubahan Iklim
0.612 0.164
0.552 0.4178
7 Produk subtitusi yang mudah
didapat 0.083
0.544 0.288
0.31865 8
Peternak lebah yang madunya tidak sesuai standar
perusahaan 0.146
0.258 0.351
0.24205 9
Fluktuasi perekonomian nasional
0.111 0.176
0.228 0.16625
Jumlah 2.685
3.116 3.421
3.0414
Hasil perhitungan dari nilai faktor strategis eksternal dapat mencerminkan kondisi perusahaan dalam merespon faktor eksternal. Jumlah total rata-rata
tertimbang faktor strategis eksternal yaitu 3,041 yang menunjukkan kemampuan perusahaan yang tinggi 3,0-4,0 dalam merespon faktor eksternal seperti
menangkap peluang dan mengatasi ancaman.
7.2 Tahap Pencocokan