Tinjauan Empiris Air Madu Dalam Kemasan

14 Adanya campuran angkak pada proses pembuatan air madu ini menjadi salah satu kelebihan yang ditawarkan oleh air madu Wanajava. Bahan angkak ini merupakan suatu zat yang dihasilkan dari jamur Monascus purpureus yang difermentasikan dengan nasi beras yang dikeringkan. Angkak ini memiliki manfaat untuk menurunkan kadar kolesterol serta dapat membantu memperbaiki metabolisme tubuh.

2.3 Tinjauan Empiris Air Madu Dalam Kemasan

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai air madu belum terlalu banyak untuk dijadikan referensi. Salah satunya yakni yang dilakukan oleh Anggabrata 2004 yang meneliti Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Madu dan Minuman Madu di Pusat Perlebahan Nasional Pusbahnas Parungpanjang, Bogor. Untuk menganalisis nilai tambah yang didapatkan dari madu murni dan minuman madu dapat diketahui melalui RC atas biaya tunai maupun RC atas biaya total. Penelitian ini memberikan gambaran pada peneliti mengenai nilai tambah yang bisa diberikan produk air madu pada produsen. Nilai tambah yang diperoleh madu murni sebesar Rp 12.079,48 dari setiap kilogram madu randu yang diolah menjadi madu murni sedangkan nilai tambah yang diperoleh dari kegiatan produksi minuman madu sebesar Rp 12.572,21 dari setiap kilogram madu karet yang diolah menjadi minuman madu. Nilai tambah yang tidak jauh berbeda tersebut dapat terjadi karena pada madu murni nilai output yang kecil disertai dengan nilai sumbangan lain yang juga kecil. Minuman madu memiliki nilai output yang besar namun karena nilai sumbangan input lain yang besar menyebabkan nilai tambah yang diperoleh tidak terlalu besar. Jika ditinjau dari tingkat keuntungan yang dapat diperoleh madu murni dapat memberikan keuntunan yang lebih besar dari tiap kilogram bahan baku yang diolah yaitu sebesar 41,00 persen sedangkan minuman madu hanya dapat memberikan keuntungan sebesar 34,29 persen. Bila dibandingkan dari tingkat balas jasa terhadap faktor produksi, madu murni menyumbangkan 71,26 persen dari marjin yang diperoleh bagi keuntungan Pusbahnas, 25,69 persen bagi sumbangan input lain dan 3,05 persen bagi pendapatan tenaga kerja. Pada minuman madu, tingkat kontribusi terbesar terhadap marjin diterima oleh input 15 lain, yaitu sebesar 78,55 persen, keuntungan Pusbahnas sebesar 18,96 persen dan pendapatan tenaga kerja sebesar 2,51 persen. Dari analisis nilai tambah yang dilakukan dapat dilihat bahwa walaupun nilai tambah kegiatan produksi madu murni dan minuman madu memberikan nilai tambah yang hampir sama bagi Pusbahnas namun proporsi keuntungan yang didapat dari kegiatan produksi madu murni lebih besar daripada proporsi keuntungan yang didapat dari kegiatan produksi minuman madu. Analisis tingkat pendapatan dilakukan dengan menghitung pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biata total untuk memperoleh nilai RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh RC atas biaya tunai pada kegiatan produksi madu murni sebesar 1,75 dan RC atas biaya total sebesar 1,69. Pada madu murni, diperoleh nilai RC atas biaya tunai sebesar 1,54 dan nilai RC atas biaya total sebesar 1,18. Dari rasio atas biaya tunai dapat disimpulkan bahwa kagiatan produksi madu murni dan minuman madu di Pusbahnas masih layak untuk dilakukan. Jika nilai RC antara madu murni dan minuman madu di Pusbahnas dibandingkan, baik nilai RC atas biaya tunai maupun nilai RC atas biaya total, dapat disimpulkan bahwa kegiatan produksi madu murni selama tahun 2003 memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding dengan kegiatan produksi minuman madu. Wibowo 2005 juga mengkaji tentang produk air madu ini. Kajian yang dilakukan yakni berupa analisis persepsi mahasiswa pada atribut produk minuman madu di Institut Pertanian Bogor. Analisis dilakukan dengan menggunakan tiga alat, yaitu 1 analisis model multiatribut angka ideal untuk mengetahui sikap responden terhadap atribut produk minuman madu, 2 analisis regresi logistik ordinal untuk melihat pengaruh karateristik responden terhadap sikap mereka terhadap atribut produk minuman madu dan 3 analisis deskriptif bauran pemasaran untuk menghasilkan alternatif saran bauran pemasaran untuk pemasaran minuman madu. Responden terbagi rata untuk karateristik program studi, tingkat perkuliahan tingkat 2 dan tingkat 3 dan pendapatan orang tua di bawah dan di atas Rp 2.000.000,00. Tiap program studi diwakili oleh 32 mahasiswa, dari tiap 16 tingkat diwakili oleh 64 mahasiswa dan 64 mahasiswa dengan pendapatan orang tua diatas dan dibawah Rp 2.000.000,00 serta berdomisili di dalam dan di luar pulau Jawa. Sedangkan untuk karateristik lain jumlah responden tidak terbagi sama untuk tiap kelompok kategori. Untuk pembagian berdasarkan daerah asal orangtua lebih banyak berasal dari dalam pulau jawa 70 mahasiswa, berdasarkan jenis kelamin lebih banyak wanita 69 mahasiswa, berdasarkan asal daerah ketika sekolah lebih banyak yang sekolah di dalam Pulau Jawa 74 mahasiswa, berdasarkan pekerjaan orang tua lebih banyak orangtua mahasiswa yang bekerja sebagai pegawai negri 55 mahasiswa dan berdasarkan pendidikan lebih banyak yang lulusan sarjana atau S1 49 mahasiswa. Sebesar 64,1 responden belum mengetahui keberadaan produk minuman madu. Penelitian ini memberikan informasi pada peneliti tentang kondisi masyarakat yang belum mengetahui adanya produk air madu di pasaran.

2.4 Tinjauan Empiris Strategi Pemasaran