Keterpaduan Pasar Ravalion Analisis Keterpaduan Pasar dan Transmisi Harga Ayam Broiler di Kabupaten Bogor

17 Goletti dan Christina-Tsigas 1996 dalam Sianturi 2005 mendefinisikan integrasi pasar sebagai kondisi yang dihasilkan akibat tindakan pelaku pemasaran serta lingkungan pemasaran yang mendukung terjadinya perdagangan, yang meliputi infrasruktur pemasaran dan kebijakan pemerintah, yang menyebabkan harga di suatu pasar ditransformasikan ke pasar lainnya. Suryana 1998 mengartikan integrasi pasar sebagai hubungan yang erat antara kekuatan supply dan demand pada suatu pasar terhadap kekuatan supply dan demand pada pasar lainnya. Simatupang dan Situmorang 1988 mengatakan bahwa dua pasar terpadu apabila perubahan harga di salah satu pasar dirambatkan ke pasar lain, semakin cepat perambatan maka semakin terpadu pasarnya. Berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, Keterpaduan pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a Keterpaduan pasar Horisontal , merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya, dan b Keterpaduan pasar vertikal, merupakan tingkat keterkaitan hubungan suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran. Menurut Conforti, 2004 Keterpaduan harga yang simetris terjadi pada pasar yang menganut prinsip law of one price, artinya jika harga pada suatu pasar mengalami peningkatan maka pasar yang menjual produk yang sama akan merespon perubahan harga tersebut mengikuti harga yang terjadi di pasar. Hal ini menandakan bahwa pasar sudah terintegrasi dengan baik dan sudah efisien karena persebaran informasinya merata yang dapat dilihat melalui respon yang ditimbulkan terhadap perubahan harga tersebut, sehingga tidak menimbulkan adanya kemungkinan timbulnya abnormality return. Law of One Price diharapkan dapat mengukur hubungan harga spasial, yang mana harga pada setiap rantai produksi akan berbeda, bergantung pada biaya produksi. Ada enam faktor yang mempengaruhi transmisi harga; 1. Biaya Transportasi dan Transaksi Hal ini dapat diklasifikasi kembali menjadi tiga grup yang terdiri atas biaya informasi, biaya negosiasi dan biaya monitoring serta biaya 18 penegakan pelaksanaan. Hal ini dapat membuat harga antar pasar menjadi berbeda, yang dapat diatasi dengan menetapkan harga yang berbeda di dua tempat yang berbeda agar terjadi keadilan dan integrasi di antara dua buah tempat tersebut. 2. Kekuatan Pasar Pada sebuah rantai produksi yang panjang, beberapa agen akan berlaku sebagai price maker pembuat harga, bergantung pada sisi mana industri tersebut terkonsentrasi. 3. Increasing returns to scale pada produksi Hal ini terjadi biasanya pada permulaan pasar. Increasing returns to scale dapat mempengaruhi transmisi harga secara vertikal. 4. Produk yang homogen dan differensiasi Tingkat substitusi pada konsumsi barang serupa yang diproduksi pada dua buah negara berbeda akan mempengaruhi integrasi pasar dan transmisi harga. 5. Nilai Tukar Pengaruh perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lain akan memiliki pengaruh pada kemampuan sebuah perusahaan untuk membedakan harga yang bergantung pada tujuan price-to-market behaviour, struktur pasar, produk non-homogen, dan biaya pada perusahaan. 6. Kebijakan dalam negeri suatu negara Hal ini secara langsung mempengaruhi transmisi harga spasial, antara lain kebijakan perdagangan, sedangkan kebijakan domestik yang berkenaan dengan harga akan mempengaruhi transmisi harga secara vertikal dan spasial. Melemahnya keterpaduan pasar akan mengindikasikan proses pemasaran suatu komoditas tidak efisien, karena harga tidak ditransformasikan secara tepat kepasar lainnya baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu, keterpaduan pasar harus ditunjang dengan adanya alur informasi yang lancar, sarana dan prasarana transportasi yang memadai, komponen ini juga akhirnya dapat menentukan struktur dan prilaku pasar. 19 Harga komoditas pangan di pasar umumnya, didominasi penentuan harganya oleh harga di tingkat produsen, tetapi tidak semua perubahan harga di tingkat konsumen ditransmisi ke pasar produsen, sehingga melemahnya keterpaduan pasar secara vertikal di sisi lain melemah nya keterpaduan horisontal sebagai akibat lokasi yang berjauhan dan merupakan pembatas lancarnya komunikasi antara dua level pasar yang berjauhan. Keterpaduan pasar vertikal digunakan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar pasar produsen dan ritel pedagang. Pasar produsen adalah pasar yang di dalamnya bekerja kekuatan permintaan dari pedagang dan kekuatan penawaran dari produsen, sedangkan pasar ritel adalah pasar yang di dalamnya bekerja kekuatan permintaan dari konsumen akhir dan penawaran dari pedagang. Suatu pasar dikatakan terintegrasi vertikal dengan baik apabila harga pada suatu lembaga pemasaran ditransformasikan kepada lembaga pemasaran lainnya dalamsatu rantai pemasaran. Tingkat keterpaduan pasar yang tinggi menunjukkan telah lancarnya arus informasi diantara lembaga pemasaran sehingga harga yang terjadi pada pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran yang lebih rendah dipengaruhi oleh lembaga pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan apabila arus informasi berjalan dengan lancar dan seimbang, tingkat lembaga pemasaran yang lebih rendah mengetahui informasi yang dihadapi oleh lembaga pemasaran di atasnya, sehingga dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga Sianturi , 2005.

3.1.4 Keterpaduan Pasar Horisontal

Menurut Tomek dan Robinson 1990, Ketepaduan pasar horisontal digambarkan sebagai hubungan harga dari pasar yang terpisah secara geografis. Keterpaduan pasar horisontal merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya. Keterpaduan pasar horisontal menunjukkan pergerakan harga, dan secara umum merupakan signal dari transmisi harga dan informasi diantara pasar yang terpisah secara spasial.