Variance Decomposition Analisis Transmisi Harga Horisontal

37 Berdasarkan model Ravallion diatas, diperoleh nilai R-SQ= 65,3 yaitu menandakan bahwa keterpaduan pasar dari naik dan turunnya harga mampu dijelaskan secara serentak oleh variabel variabel harga di pasar peternak di minggu sebelum nya, selisih antara harga minggu ini dan minggu lalu di pasar pengecer, dan harga di pasar pengecer di minggu sebelumnya sebesar 65,3 . Sedangkan sisanya sebesar 34,7 dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam model. Uji F-hitung digunakan untuk uji hipotesis model dugaan secara bersama-sama yang menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada satu peubah bebas pada persamaan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas pada taraf nyata lima persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value model yaitu 0,000 lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Maka dapat diindikasikan bahwa variabel-variable pada model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterpaduan antar pasar. Uji multikolinearitas yang dilakukan terhadap model yang diduga dengan melihat Varian Inflation Factor VIF. Hasil VIF menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai VIF 10, menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas antar masing masing variabel bebas. Uji durbin- watson digunakan untuk menguji autokorelasi, koefisien DW stat yang diperoleh adalah sebesar 2,01139, sehingga tidak terdapat autokorelasi dalam pengamatan. Hasil estimasi parameter koefisien penduga b1 harga di tingkat petani minggu sebelumnya adalah sebesar 0.432 dengan nilai P-value adalah 0,003. Model akan signifikan jika nilai P-value lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal ini berarti berapapun harga yang terjadi di tingkat petani pada minggu lalu nya berpengaruh nyata pada penentuan harga minggu ini, dimana peningkatan perubahan harga pada minggu lalu sebesar 100 , ceteris paribus, akan meningkatkan harga pada minggu ini sebesar 43,2 pada taraf nyata lima persen. Nilai koefisien b2 adalah 0,544 dengan nila P-value adalah 0,000 yang menunjukkan bahwa peningkatan perubahan harga di pasar acuan yaitu 38 pasar pengecer sebesar 100, ceteris paribus, akan meningkatkan harga di tingkat peternak sebesar 54,4 . Nilai koefisien penduga b3 atau harga di pasar pengecer minggu lalu adalah sebesar 0,360 dengan P-value 0. Hal ini menunjukkan bahwa pada taraf nyata lima persen peningkatan perubahan harga di Pasar pengecer pada minggu lalu berpengaruh nyata pada peningkatan harga di tingkat peternak dimana peningkatan perubahan harga pada minggu lalu sebesar 100, ceteris paribus, akan meningkatkan harga pada minggu ini sebesar 36 pada taraf nyata lima persen. Nilai b 2 =1 juga dapat diartikan bahwa pasar berada dalam kondisi persaingan sempurna. Sedangkan nilai b 2 1 menunjukkan pasar berada dalam kondisi persaingan tidak semupurna. Nilai koefisien b 2 sebesar 0,544 dimana kurang dari satu juga menunjukkan bahwa pasar ayam broiler di kabupaten bogor berada dalam kondisi tidak bersaing secara sempurna karena memiliki nilai b 2 yang lebih kecil dari satu. Indikator keterpaduan jangka pendek juga dapat dilihat dari nilai Indeks Market Connection IMC, dimana keterpaduan jangka pendek terjadi jika nilai IMC lebih kecil dari satu. Nilai IMC yang didapat adalah sebesar 1,19, dimana 1,19 1 sehingga dalam jangka pendek juga dapat diduga bahwa tidak terdapat keterpaduan harga antara pasar produsen dan pasar konsumen. Keseimbangan jangka panjang di tunjukkan oleh nilai b 2 =1, artinya, semakin dekat nilai parameter dugaan b 2 dengan satu, maka keterpaduan jangka panjang akan semakin baik. Dari hasil didapat bahwa nilai koefisien b 2 adalah sebesar 0,544 sehingga dapat diduga bahwa dalam jangka panjang keterpaduan antara pasar konsumen dan pasar produsen lemah. Hasil diatas diperkuat dengan melakukan hipotesis uji-t untuk melihat tingkat keterpaduan jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka pendek, Pada hipotesis uji-t untuk koefisien b 1 diperoleh bahwa 3,099 1,645 atau t-hitung t-tabel lampiran 1 sehingga hipotesis nol ditolak pada taraf nyata lima persen yang artinya tidak terdapat keterpaduan pada 39 jangka pendek antara perubaha harga di tingkat pengecer atau pasar konsumen dengan perubahan harga di tingkat peternak pasar produsen. Tingkat keterpaduan jangka panjang berdasarkan uji-t dengan melihat indikator nya adalah variabel bebas b 2 menunjukkan bahwa 4,443 1,645 atau t-hitung t-tabel sehingga hipotesis nol ditolak pada taraf nyata lima persen lampiran 1 artinya dalam jangka panjang, harga di pasar produsen tidak terpadu dengan harga di pasar konsumen dalam jangka panjang. Berdasarkan hasil analisis keterpaduan pasar secara vertikal melalui pendekatan analisis harga di tingkat peternak yang berperan sebagai pasar lokal selaku pengikut harga dan pasar pengecer yang berperan sebagai pasar acuan selaku penentu harga, dapat diketahui bahwa pasar ayam broiler di tingkat peternak dan di tingkat pengecer tidak terpadu baik secara jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai perubahan harga pada tingkat pengecer tidak di teruskan atau diterima di tingkat peternak secara proposional. Artinya perubahan harga ayam broiler di pasar pengecer pada kurun waktu sebelummnya tidak di transmisikan ke harga pada tingkat peternak. Ketidak terpaduan pasar ini menunjukkan tidak lancarnya arus informasi dan komunikasi di antara lembaga pemasaran sehingga harga yang terjadi di pasar yang dihadapi oleh peternak tidak dipengaruhi oleh pasar pengecer. Hal ini di duga karena penetuan harga di tingkat peternak, biasanya lebih di tentukan oleh pembentukan harga di pasar input seperti pakan dll, dan pasar output seperti inti dll. Atau bisa disebutkan bahwa masing masing pasar berjalan secara independen dan tidak terkait satu sama lain. Selain itu, arus informasi yang tidak berjalan dengan lancar dan seimbang, sehingga informasi pasar tidak tersalurkan dengan baik ke tingkat peternak. Peternak tidak mengetahui informasi yang dihadapi oleh pedagang di pasar pengecer, sehingga peternak tidak dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga, di duga tidak lancarnya arus informasi harga ini sesuai dengan struktur pasar yang dihadapi pasar ayam broiler di kabupaten bogor menurut penelitian sebelum nya oleh Asmarantaka 1994